Minggu, 27/12/2009 17:34 WIB
Perampokan Kantor Diyakini Tak Terkait Sikap Kritis Syafii
Amanda Ferdina - detikNews
Jakarta - Pembobolan Syafii Maarif Institute murni kriminal. Perampokan sejumlah uang dinilai tidak berhubungan dengan sikap kritis mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Syafii Maarif.
"Kasus pencurian ini murni kriminal. Kami belum sampai pada kesimpulan bahwa peristiwa ini berhubungan dengan aktivitas institusi ataupun sikap kritis Buya Syafii Maarif selama ini," kata Direktur Eksekutif Syafii Maarif Institute Fajar Riza Ul Haq, dalam media rilis yang diterima detikcom, Minggu (27/12/2009).
Pengelola Syafii Maarif Institute hingga kini belum melihat motif lain dan masih berpegang kepada proses yang dilakukan kepolisian.
"Namun hal ini akan menjadi lain bila pengusutan kepolisian menemukan indikasi bahkan bukti-bukti kuat yang mengarah ke sana," terang Fajar.
Fajar juga mengapresiasi kerja polisi yang sigap mengusut kasus tersebut. "Kami sangat berharap semua pelaku dapat diringkus secara cepat dan motif pelaku terungkap terang sehingga dapat meredam isu-isu liar yang muncul," jelasnya.
(amd/iy)
Minggu, 27/12/2009 11:40 WIB
Kontroversi 'Gurita Cikeas'
Syafii: Buku Harus Dihargai Tapi Jangan Memfitnah
Amanda Ferdina - detikNews
Jakarta - Terbitnya buku 'Membongkar Gurita Cikeas' Di Balik Skandal Bank Century semestinya tidak dipermasalahkan. Pengungkapan fakta dalam buku itu harus dihargai.
"Pengungkapan itu harus dihargai. Tapi kita tidak boleh memfitnah," kata Syafii pada detikcom, Minggu (27/12/2009).
Syafii mengaku tidak tahu terkait fakta-fakta yang disebutkan George seperti keterlibatan Presiden SBY dan keluarganya dalam kasus Century. "Makanya saya tidak memasukkan materinya dulu," tuturnya.
Menurut Syafii, Membongkar Gurita Cikeas tidak perlu dipermasalahkan sebab, buku seperti itu bukanlah perkara baru.
Sebelumnya, Mei 2006, George juga pernah mengeluarkan buku mengenai korupsi di lembaga kepresidenan berjudul 'Korupsi Kepresidenan Reproduksi Oligarki Berkaki Tiga: Istana, Tangsi, dan Partai Penguasa'.
"Dia orang intelektual, mantan wartawan, dan juga seorang pengamat. Dia bukan orang sembarangan," pungkasnya.
(amd/iy)
Buku Gurita Cikeas Laris Manis
Minggu, 27 Desember 2009 19:30 WIB 0 Komentar 0 0
Penulis : Sulis Setiono
ANTARA
YOGYAKARTA--MI: Buku berjudul 'Membongkar Gurita Cikeas: Di Balik Skandal Bank Century' yang ditulis peneliti independen George Junus Aditjondro laris di pasaran.
Tentu saja, itu terjadi tidak di toko buku yang tidak satu jaringan dengan Toko Buku Gramedia.
Namun, karena jumlah buku yang dijual di toko buku yang ada hanya sedikit, maka banyak pembeli yang kecewa. Maklum, banyak yang tidak berhasil mendapat buku terbitan Galangpress Yogyakarta itu.
Pantauan Media Indonesia di salah satu toko buku di Yogyakarta, yaitu Social Agency Baru, buku itu sudah habis sejak pagi. Toko buku yang beralamat di Jalan Laksda Adisutjipto Nomor 22 Yogyakarta ini hanya mendapatkan jatah 20 eksemplar.
"Buku sudah habis. Kami juga tidak tahu apakah masih akan mendapatkan jatah buku itu lagi atau tidak," kata Novi, salah satu karyawan di toko buku tersebut. Menurutnya, banyak pembeli yang datang menanyakan buku itu.
Direktur Utama Galangpress Yogyakarta Julius Felicianus mengatakan, pihaknya tetap berkomitmen untuk memasarkan buku tersebut. Kalau ada toko buku yang tidak mau menjual, maka pihaknya bisa menjual di pameran-pameran buku.
"Cetakan pertama buku ini sekitar 4.000 eksemplar dan untuk didistribusikan di Jawa. Seharusnya, penarikan buku itu tidak perlu terjadi," katanya. Kalau tidak ada yang sependapat, maka bisa membuat buku tandingan. Dengan begitu, bisa terjadi diskusi intelektual. (SO/OL-04)
Buku Gurita Cikeas Hilang Dari Pasaran
Sabtu, 26 Desember 2009 | 19:03 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta -Buku karangan George Junus Aditjondro yang berjudul "Membongkar Gurita Cikeas : Dibalik Skandal Bank Century" hilang dari pasaran.
Buku yang mendapat reaksi keras dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu diduga sengaja disembunyikan oleh pihak toko karena munculnya kabar larangan pengedarkan.
Direktur Penerbit Galangpress Julius Felicianus, yang menerbitkan buku tersebut mengatakan bahwa sejak kemarin malam buku George telah ditarik dari display-display yang ada di toko buku. "Khususnya toko buku yang berada di Jabodetabek," ujar Julius kepada Tempo, Sabtu malam (26/12). Kabar tentang penarikan dari display itu, kata Julius dia dapat dari sales dan distributor di Jakarta.
Mengenai apa yang menjadi alasan toko menarik buku tersebut, Julius mengaku tidak tahu menahu. Namun dia menduga pihak toko hanya sekedar mencari aman saja. "Karena memicu kontoversi dan bahkan ada kabar katanya dilarang, mungkin pihak toko hanya sekedar mencari aman saja," ujarnya.
Selain Jakarta, lanjut Julius buku tersebut juga tidak dipajang di Toko Buku Gramedia di Yogyakarta. "Karena kemarin malam pukul 19. 00 WIB ada kunjungan dari aparat keamanan, makanya sementara ditarik dari display," ujarnya.
Melihat kondisi ini pihak Galangpress tidak akan mengambil sikap khusus. "Sebab memang tidak ada perintah penarikan dari Kejaksaan Agung," kata Julius. Kalaupun setelah kontroversi ini lalu ada perintah penarikan, lanjut dia pihaknya masih punya waktu.
Berdasarkan pengalaman sebelumnya, kata Julius proses pelarangan hingga penarikan tuntas membutuhkan waktu enam bulan. "Dulu ada dua buku kami yang pernah dilarang, semuanya melalui pemberitahuan resmi kepada kami dari Kejaksaan Agung," kata Julius.
TITIS SETIANINGTYAS
Kontroversi Buku 'Membongkar Gurita Cikeas'
Galang Press: Tidak Ada Larangan dari Cikeas
Penerbit jamin isi buku benar. "67 persen informasi yang ada pernah dimuat di media."
MINGGU, 27 DESEMBER 2009, 16:37 WIB
Elin Yunita Kristanti, Agus Dwi Darmawan
George Junus Aditjondro (Antara/ Regina Safri)
BERITA TERKAIT
Franz Magnis: Tak Usah Panik Dengan Buku Itu
Gramedia Siap Fasilitasi Pesanan Buku George
Buku George Aditjondro Hilang di Yogyakarta
'Membongkar Gurita Cikeas' Muncul di Facebook
Dikomentari SBY, George Aditjondro Senang
Web Tools
VIVAnews - Buku 'Membongkar Gurita Cikeas: Di Balik Skandal Bank Century' karya George Junus Aditjondro menuai kontroversi.
Buku tersebut diterbitkan di Yogyakarta oleh Galang Press. Kepada VIVAnews, Direktur Penerbitan Galang Press, Julius Felicianus menyatakan tidak ada intervensi Cikeas terhadap perusahaannya.
"Tidak ada surat dari Cikeas, karena tidak perlu. Buku ini sifatnya hanya memberikan info tanpa adanya isi pencemaran nama baik," kata dia, Minggu 27 Desember 2009.
Menanggapi kosongnya peredaran buku ini baik di Yogyakarta maupun Jakarta, Julius mengakui memang ada beberapa toko buku yang tidak berani menjual.
"Itu karena ramainya diberitakan di media, jadi mereka tidak berani," ujar Julius.
Julius mengatakan buku memang tidak perlu dilarang karena kalau dilihat dari segi isi sebenarnya buku ini tidak bersifat menghasut. Buku juga diterangkan tidak ada maksud memojokkan pihak-pihak tertentu.
Julis mengatakan buku diterbitkan dengan maksud adalah sebagai agenda evaluasi pemerintahan SBY selama lima tahun lalu, termasuk agenda 100 hari ke depan agar pemerintahan bisa lebih baik.
Dijelaskan dia, sebelum buku itu diterbitkan, Galang Press juga terlebih dahulu telah menyaring isi buku kalau-kalau ada yang menyudutkan pihak tertentu.
"Kami menjamin, informasi buku ini benar, karena dari monitoring kami, 67 persen informasi yang ada pernah dimuat di media," katanya.
"Jadi kalau memang ada beberapa kalangan yang menganggap tidak benar, tolong diluruskan," kata Julius.
****
Sebelumnya, Juru Bicara Kepresidenan, Julian Aldrin Pasha, mengatakan SBY prihatin dengan buku karangan George Aditjondro.
"Di dalam buku itu disebutkan dengan fakta-fakta yang sepertinya tidak akurat dan tidak mengandung kebenaran yang hakiki. Ini yang diprihatinkan presiden," kata dia di kediaman SBY di Cikeas, Bogor, Sabtu 26 Desember 2009.
Kata Julian, tidak menutup kemungkinan ada langkah hukum yang akan dilakukan SBY maupun yayasannya.
"Buku itu telah dirilis dan dipublikasikan di publik maka yang akan diminta nanti pertanggungjwabannya adalah sejauh mana keotentikan, validitas data, dan kalau perlu sampai proses dimana metodelogi yang digunakan. Sehingga pak Adi Tjondro sampai pada kesimpulan yang disampaikan buku tersebut," kata Julian
• VIVAnews
Jakarta (SIB)
Sebuah rumah di Jalan Salak nomor 26, Menteng, akhir-akhir ini sering kedatangan purnawirawan tentara dan polisi. Rumah yang disewa sejak awal April lalu itu saat ini menjadi pusat kegiatan relawan Gerakan Pro SBY (GPS).
GPS merupakan salah satu tim relawan untuk memenangkan SBY-Boediono. Diketuai Marsekal Madya (Purn) Surrato Siswodihardjo, kawan dekat SBY, tim ini bertaburkan para jenderal. Selain Surrato juga terdapat nama mantan Kapolri Jenderal Polisi (purn) Sutanto yang menjadi pembina GPS.
Lalu juga mantan Kasum TNI Letjen TNI (Purn) Suyono, mantan Kaster TNI Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo, serta Mayjen TNI (Purn) Herman LD. Sedangkan dari kalangan sipil ada nama Menhut MS Kaban, Lili Wahid, Irsyad Sudiro, serta Ahmad Mubarok.
Surrato mengaku, pembentukan relawan GPS merupakan wujud simpati terhadap SBY. Meski demikian aktivitas GPS di luar struktur tim sukses. Dengan kata lain, rantai komando dipegang langsung pengurus GPS.
“Kita tidak mendapat intruksi atau perintah dari SBY atau tim sukses. Karena kita bergerak secara mandiri demi kemenangan SBY,” ujar Surrato.
Gerakan GPS terdiri dari dua pola, yakni ada yang terbuka dan tertutup. Sementara sasarannya adalah menggalang dukungan bagi SBY dari kalangan di luar Partai Demokrat (PD) maupun partai pendukung koalisi.
Selain masa golput, kata Surrato, GPS juga bergerak mendekati tokoh-tokoh dari lintas suku, lintas partai, serta lintas agama . “Beberapa hari lalu, kami menjalin hubungan dengan partai-partai lokal di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) untuk memenangkan SBY. Bahkan sejumlah mantan panglima GAM yang kami temui sudah menyatakan siap mendukung SBY,” terang Surrato.
Dalam menyasar dukungan, GPS menghindari berbenturan dengan langkah yang dilakukan tim resmi SBY-Boediono. Lembaga yang berdiri 22 April 2009 tersebut, ujar Surrato, lebih banyak mencari “jalan tikus” dalam menggalang dukungan di daerah-daerah.
“Di GPS banyak pensiunan TNI yang paham masalah intelijen dan teritorial. Jadi kami memanfaatkan kemampuan tersebut untuk meraih dukungan bagi SBY,” urainya.
Menjelang masa kampanye pilpres, sejumlah relawan pendukung SBY semakin banyak bermunculan. Selain GPS, belum lama ini mantan Ketua Blora Center Jusuf Rizal juga membantu lembaga Presiden Center (PC) sebagai basis pemenangan SBY-Boediono.
Lembaga ini, kata Jusuf Rizal kepada detikcom, merupakan reinkarnasi Blora Center, lembaga pencitraan SBY-JK di Pilpres 2004 silam. “Berdirinya President Center untuk melanjutkan perjuangan Blora Center yang pada Pilpres 2004 mengawal SBY jadi presiden,” jelas Direktur PC Jusuf Rizal.
Namun diakuinya, posisi PC tidak sehebat dulu. Kalau di Pemilu 2004, Blora Center menjadi lembaga resmi untuk pencitraan SBY-JK, sekarang tidak lagi. Saat ini PC adalah lembaga independen alias relawan saja.
Pada pemilu 2004, SBY melalui Sudi Silalahi mendirikan sebuah lembaga pencitraan Blora Center yang diketuai Jusuf Rizal. Namun usai pemilu Blora Center retak, Jusuf kemudian mendirikan Lumbung Informasi Rakyat (Lira).
Adapun Sudi Silalahi, pasca vakumnya Blora Center, langsung membentuk Blora Institute yang dipimpin Taufik Rahzen. Rencananya Blora Institut akan dijadikan sebagai think thank pemenangan Pak SBY. Namun belakangan SBY rupanya lebih sreg menggandeng Fox Indonesia, yang kemudian membidani Bravo Media Center (BMC).
Meski demikian, Jusuf mengaku tidak merasa risau. Karena antara jejaring tim sukses punya tugas dan fungsi masing-masing. “Kalau dulu (pilpres) Blora Center didirikan untuk menjelaskan program-program yang akan dijalankan SBY-JK jika menang pilpres. Sekarang PC akan memberi penjelasan kepada masyarakat tentang keberhasilan SBY selama 5 tahun memimpin,” ujarnya.
PC, kata Jusuf, juga akan melakukan counter opinion yang menyudutkan pasangan SBY-Boediono. Tim sukses tersebut juga akan menjadi tim task force dan melakukan marketing politik guna memenangkan pasangan tersebut.
Untuk memperkuat jaringan, PC mengklaim diperkuat Sudi Silalahi (Sekretaris Kabinet), Fadel Muhammad, Ketua Harian Partai Demokrat Achmad Mubarok, Prof Djafar Hafsah, KH Abdurachman Al-Habsy, mantan Kababinkum TNI AD, Mayjen TNI (Purn) Arief Siregar, Bagus Ali Junaidy, KH Syech Ali Akbar Marbun, Anggota Komisi III DPR-RI Tri Yulianto, serta Hayono Isman.
Munculnya nama GPS dan PC menambah panjang daftar tim pemenangan SBY yang ada sebelumnya, yakni Tim Echo, Tim Sekoci, Tim Delta, Tim Romeo, Barisan Indonesia atau Barindo, Jaringan Nusantara, dan Yayasan Dzikir SBY Nurussalam.
Namun di antara tim-tim pemenangan SBY, hanya tim sekoci yang bernama Indonesia Bersatu (Indoratu) yang bergerak secara rahasia. Tim sekoci ini mulai berdiri sebelum Pemilu 2004 dan mayoritas anggotanya adalah pensiunan tentara.
Beberapa pensiunan TNI seperti, T.B. Silalahi, Soeprapto, Amir Sembiring, Irvan Edison, dan Max Tamaela, ikut memperkuat tim tersebut. Gerakan mereka lebih banyak memakai pola-pola militer, seperti aktivitas intelijen, teritorial, dan sosial-politik
Sumber detikcom mengatakan, meski tim Indoratu lebih banyak melakukan operasi senyap, namun tim inilah yang justru jadi tulang punggung pemenangan SBY, baik di pilpres 2004 maupun peningkatan suara PD di pileg 2009.
Akankah tim Indoratu bisa mengulang kesuksesannya di Pilpres 2009 dengan mengantarkan SBY ke kursi RI-1 untuk kedua kalinya? Kita tunggu saja.
‘Operasi Senyap’ Timses Beda dengan Operasi Intelijen Perang
Para purnawirawan jenderal bergabung dalam tim sukses capres-cawapres. Mereka bertugas menjalankan ‘operasi senyap’ untuk meraih kemenangan. Namun operasi senyap yang sering didengungkan ini, tentunya berbeda dengan operasi senyap dalam perang.
“Itu hanya istilah, jadi intinya tim sukses memberi langkah-langkah pemenangan. Jangan sampai kalau diketahui lawan. Operasi senyap itu maksudnya agar tidak terbaca lawan,” ujar pengamat intelijen Wawan Purwanto kepada detikcom, Senin (26/5).
Menurut Wawan, wajar kalau para capres-cawapres menggandeng para purnawirawan jenderal. Menurutnya para purnawirawan jenderal tentunya telah berpengalaman di bidang masing-masing. Selain itu faktor kedekatan antara sang capres-cawapres dengan para purnawirawan jenderal.
“Mereka punya pengalaman di berbagai bidang. Mereka akan memberi masukan sebagai ahli dalam bidang tersebut,” jelasnya.
Selain itu dalam kampanye selalu ada pendekatan 5 M. Muslim, mahasiswa, militer, money dan media. Untuk militer, pendekatannya bukan berarti mengajak militer bergabung. Tetapi lebih menjaga hubungan baik dengan para pejabat militer, maupun para komandan satuan di daerah.
“Bukan berarti militer ditarik ke zona politik. Tetapi harus mengenal pucuk pimpinan dan pemegang kendali di lapis menengah. Militer tetap dalam profesi militer,” pungkasnya.
Jenderal purnawiran yang merapat ke SBY-Boediono antara lain mantan Panglima TNI Marsekal Purn Djoko Suyanto dan mantan KSAU Marsekal Purn Herman Prayitno dan mantan Kapolri Jenderal Sutanto. Yang merapat ke Megawati-Prabowo antara lain Mayjen Purn Theo Syafei, Mayjen Purn Muchdi Pr, dan Letjen Purn M Jasin. Sedang yang merapat ke JK-Wiranto antara lain mantan KSAL Laksamana Purn Bernard Kent Sondakh dan mantan KSAD Jenderal Purn Subagyo HS. (detikcom/k)
This entry was posted on Rabu, Mei 27th, 2009 at 12:26 and is filed under Berita Utama. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. Both comments and pings are currently closed.
Kamsul Hasan
Ketua PWI Jaya Juga Buru "Gurita Cikeas"
Minggu, 27 Desember 2009 - 16:16 wib
Lira Astria - Okezone
JAKARTA - Sesuatu yang kontroversi selalu akan menarik perhatian. Begitulah alasan saat ini banyak orang yang memburu buku kontroversial "Membongkar Gurita Cikeas" karangan George Junus Aditjondro yang kini hilang dari etalase toko buku.
Diduga kuat, hilangnya buku yang berani mengungkap dugaan korupsi di lingkaran Istana pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudoyono (SBY) dikarenakan ada instruksi penarikan.
Salah satu pemburu buku terbitan PT Galang Press, Yogyakarta yang baru pra-launching tersebut adalah Ketua PWI Jaya Kamsul Hasan.
Untuk mendapatkan buku yang membuat SBY gerah ini Kamsul harus menyambangi sejumlah toko buku termasuk Gunung Agung di Jalan Kwitang 6 dan 38 Jakarta. Sayangnya, buku yang dimaksud tidak ditemukan lagi.
"Iya ramai kabarnya tentang buku itu. Tapi saya juga mencari di Kwitang 6 dan 38 juga tak ada," ungkapnya kepada okezone di Toko Buku Gunung Agung, Jakarta, Minggu (27/12/2009).
Dia mengatakan, dari informasi ada rencana peluncuran buku "Membongkar Gurita Cikeas" secara resmi pada Rabu 30 Desember 2009 sekira pukul 12.00 WIB di Doekoen Cafe.
Selain penasaran akan isi buku buah karya peneliti independen itu, kata Kamsul, adalah adanya dukungan peluncuran yang digalang di dunia maya. Salah satunya di jejaring sosial Facebook.
Memang keberadaan buku yang baru pra-launching ini menjadi kontroversi, sebab berani mengungkap keterlibatan kelompok Cikeas. Aditjondro dari hasil penelitiannya menyebutkan, ada indikasi keterlibatan SBY dan keluarganya dalam kasus Bank Century.
Sementara itu Presiden menyatakan prihatin atas terbitnya buku yang isinya menuding sejumlah yayasan milik keluarga Cikeas sebagai pengumpul dana bagi kegiatan kampanye SBY pada Pilpres lalu.
Juru Bicara Presiden SBY Julian Aldrin Pasha mengatakan, dalam buku tersebut terdapat fakta yang tidak akurat. Namun pihak SBY belum menentukan langkah hukum terkait peredaran buku "Membongkar Gurita Cikeas: Di Balik Skandal Bank Century".
George Junus Aditjondro selama ini dikenal sebagai penulis kontroversi yang mengungkap skandal korupsi di lingkaran kepresidenan. Pada tahun 2006, dia menulis buku "Reproduksi Oligarki Berkaki Tiga: Istana, Tangsi dan Partai Penguasa", sehingga sempat dicekal oleh rezim Soeharto kala itu.
Pria brewokan berkacamata ini pernah menulis buku berjudul "Guru Kencing Berdiri Murid Kencing Berlari" yang mengkritik praktik korupsi zaman Soeharto dan Habibie.
(ram)
Minggu, 27/12/2009 13:44 WIB
Membongkar Gurita Cikeas
Percakapan Anggodo-Ong Yuliana Jadi Pengantar
Bagus Kurniawan - detikNews
Yogyakarta - Buku "Membongkar Gurita Cikeas, Di Balik Skandal Bank Century" karya Dr George Junus Aditjondro menuai kontroversi. Seperti apa buku ini? Buku ini di halaman pengantar antara lain mengutip percakapan Ong Yuliana dan Anggodo Widjojo.
Buku Aditjondro ini setebal 183 halaman. Buku diterbitkan oleh PT Galangpress. Rencananya buku itu akan dilaunching secara resmi di Jakarta. Sedang acara prelaunching telah dilakukan di kantor Galangpress pada Rabu (23/12/2009) lalu.
Kutipan percakapan Ong Yuliana dan Anggodo yang dikutip dalam pengantar antara lain berbunyi, "Pokoke saiki (pokoknya sekarang) SBY mendukung. SBY itu mendukung Ritonga lho". Percakapan yang merupakan sadapan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu sebenarnya sudah diperdengarkan di dalam sidang Mahkamah Konstitusi (MK).
Sementara di bagian daftar isi di antaranya berisi, "Membongkar Gurita Cikeas di Balik Skandal Bank Century, Bantuan Grup Sampoerna untuk Harian Jurnas, Pemanfaatn PSO LKBN Antara untuk Bravo Media Center, Yayasan-Yayasan yang Berafiliasi dengn SBY, Kaitan dengan Bisnis Keluarga Cikeas, Yayasan-Yayasan yang berafiliasi dengan Ny Ani Yudhoyono, Pelanggaran-Pelanggaran UU Pemilu oleh
Caleg-Caleg Partai Demokrat. Di bagian akhir buku berupa kesimpulan dan sejumlah bahan referensi dan lampiran-lampiran.
Menurut Aditjondro, buku ini merupakan hasil riset bersama sejumlah anggota tim peneliti. Buku ini juga dilengkapi dengan berbagai data-data yang bisa dipertanggungjawabkan. Buku tersebut sama dengan buku-buku karangan Aditjondro sebelumnya yang membahas masalah korupsi di lingkaran kepresidenan mulai Soeharto, Habibie, Gus Dur, Megawati hingga Presiden SBY sekarang ini.
"Ini adalah ilmiah dan berdasarkan riset. Kalaupun ada kekurangan akan kami munculkan dalam edisi revisi. Kalau ada yang tidak setuju bisa menjawab dengan tradisi ilmiah yaitu menulis buku," kata Aditjondro.
Menurut Aditjondro, setelah SBY menjadi presiden pada tahun 2004 dan terpilih kembali pada Pilpres 2009, ada banyak yayasan membonceng di Cikeas. Dua yayasan itu di antaranya Yayasan Puri Cikeas dan Yayasan Kesetiakawanan Dan Kepedulian (YKDK) yang diketuai Jero Wacik. Dari dari penelusuran yayasan-yayasan itu bukan di tangan orang-orang yang punya latar belakang khusus bidang kemanusiaan, tapi terdiri sejumlah menteri, mantan menteri, purnawirawan perwira tinggi yang kebanyakan seangkatan dengan SBY, sejumlah pengusaha dan anggota keluarga besar SBY-Ani Yudhoyono yang terjun ke bisnis.
"Di dua yayasan yang bergerak di sosial ini ada banyak menteri yang masih menjabat yang ikut menjadi pengurus serta ada pula keluarga besar SBY," kata dosen Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta itu.
Aditjondro mengaku terpancing untuk menulis buku ini setelah kasus Bank Century yang mencuat dan semakin tidak jelas arahnya. Dia juga memperkirakan ada banyak mobilisasi dana saat pemilu legislatif dan pilpres yang tidak terekam oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
(bgs/iy)
Minggu, 27/12/2009 10:44 WIB
Kontroversi 'Gurita Cikeas'
Launching di Jakarta 30 Desember, Cikeas Dipersilakan Datang
Rachmadin Ismail - detikNews
Jakarta - Keluarga atau pihak yang mewakili Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dipersilakan menghadiri launching buku "Membongkar Gurita Cikeas: Di Balik Skandal Bank Century'. Launching buku kontroversial itu di Jakarta akan dilakukan pada Rabu (30/12/2009) mendatang.
"Tanggal 30 akan ada bedah buku di Doekoen Cafe. Saya nggak tahu siapa saja yang datang tanya saja sama panitianya," kata George Aditjondro kepada detikcom, Minggu (27/12/2009).
Harry Roeslan, panitia bedah buku 'Membongkar Gurita Cikeas' yang juga menjadi distributor buku itu untuk Jakarta menyatakan tidak secara khusus mengundang pihak Cikeas. Tapi bila pihak SBY ingin datang untuk memberikan klarifikasi, panitia mempersilakannya.
"Audiencenya terbuka, kalau (Cikeas) mau hadir untuk klarifikasi akan lebih baik," kata Harry kepada detikcom.
Dalam launching buku nantinya, George Aditjondro akan menjadi pembicara tunggal. Sementara audience berasal dari organisasi pemuda antara lain dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
'Membongkar Gurita Cikeas' sebelumnya telah dilaunching di Yogyakarta pada Rabu (23/12/2009) lalu. Dalam salah satu bab, Aditjondro menyebutkan keterlibatan SBY dan keluarganya dalam kasus Century.
Presiden SBY prihatin dengan terbitnya buku yang isinya menyudutkan keluarganya itu. Juru bicara Presiden SBY Julian Aldrin Pasha mengatakan ada fakta yang tidak akurat. Saat ini, pihak SBY sedang mempelajari isi buku tersebut. Belum ada rencana gugatan maupun melarang penjualan buku.
(iy/iy)
Minggu, 27/12/2009 07:06 WIB
Kontroversi 'Gurita Cikeas'
George: Yayasan Terkait SBY Perlu Diaudit Independen
Rachmadin Ismail - detikNews
Jakarta - Kontroversi seputar buku 'Membongkar Gurita Cikeas: Dibalik Skandal Bank Century' tidak terlepas dari catatan penulisnya George Aditjondro yang mengkritisi yayasan- yayasan di sekitar SBY. Ada dugaan aliran dana yang tidak jelas mengalir ke yayasan tersebut sehingga perlu dilakukan audit independen.
"Maksud saya soal yayasan itu adalah semua yayasan yang berafiliasi ke SBY dan Ani Yudhoyono harus diaudit independen, karena ada kemungkinan dana BUMN mengalir ke situ," kata George saat dihubungi lewat telepon, Sabtu (26/12/2009).
Dugaan George bukannya tak berdasar. Dalam struktur kepengurusan beberapa yayasan, terdapat sejumlah nama yang pernah dan masih aktif di lingkungan BUMN. Selain itu, sokongan dana dari pengusaha hitam juga sempat dikabarkan masuk ke salah satu yayasan.
"Itu semua pengurusnya terpampang jelas di situs-situs yayasan. Bahkan sudah sempat termuat di media, ada yayasan yang mendapat US$ 1 juta dari Joko Tjandra," urainya.
Dengan melakukan audit pada yayasan seperti Yayasan Puri Cikeas, Yayasan Mutu Manikam Nusantara, Majelis Dzikir SBY, dan Yayasan Kepedulian dan Kesetiakawanan, maka publik bisa tahu berapa besar dana yang masuk serta darimana sumbernya. Termasuk juga adanya dugaan dana dari LKBN Antara yang masuk ke tim kampanye SBY.
"Jangan kita berdebat soal berapa jumlahnya. Tapi ada tidak aliran dana itu? Dibantah enggak? Karena saya juga punya sumber yang valid dari orang dalam Antara," jelasnya.
George mengklaim, masih banyak data yang belum ia ungkap di dalam buku terkait sumber dana kampanye SBY. Ia juga menyayangkan pihak KPU dan Bawaslu yang tidak meneliti secara mendalam tentang tim kampanye dan dana kampanye yang digunakan SBY. "Ini dianggap sebagai partai besar. Jadi mereka tidak hiraukan," tutupnya.
Terkait persoalan yayasan, juru bicara Presiden SBY Julian Aldrin Pasha mengatakan ada fakta yang tidak akurat. Saat ini, pihak SBY sedang mempelajari isi buku tersebut. Belum ada rencana gugatan maupun melarang penjualan buku.
Sementara, dana yang dikabarkan mengalir dari LKBN Antara ke tim kampanye SBY di Bravo Media Centre, telah dibantah oleh mantan tim sukses SBY Andi Arief. Andi menegaskan, tidak ada aliran dana sebesar itu dan data yang digunakan George cenderung fitnah.
(mad/mad)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar