Selasa, 22 Desember 2009

AGAMA masih aja disebut-sebut

Selasa, 22/12/2009 16:55 WIB
Psikolog:
Antasari Agresif, Egosentris, dan Sensitif
Irwan Nugroho - detikNews

dok. detikcom Jakarta - Psikolog dihadirkan jaksa penuntut umum dalam sidang Antasari Azhar. Antasari ternyata memiliki kepribadian yang mengejutkan.

Dalam sidang kasus pembunuhan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran (PRB) Nasrudin Zulkarnaen, psikolog Yusti Prabowati mengungkapkan hasil pemeriksaan timnya di Polda Metro Jaya terhadap Antasari. Mantan Ketua KPK itu memiliki sifat agresif, egosentris dan sensitif.

"Subyek (Antasari) mempunyai kecenderungan agresif yang cukup tinggi," kata perempuan yang meraih doktor psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) itu dalam sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (PN Jaksel), Jl Ampera Raya, Selasa (22/12/2009).

Menurut Yusti, semua orang punya potensi menjadi agresif. Namun, Antasari pandai mengontrol emosinya. Pekerjaan sebagai jaksa dan Ketua KPK menjadi penyaluran Antasari atas sifat agresifnya. Jaksa M Pandiangan pun membacakan hasil tes psikologi Antasari yang merupakan hasil observasi dan wawancara tim psikolog dengan Antasari.

"Dorongan agresif yang dimilikinya menjadi sesuatu yang positif jika subyek berperan sebagai penegak hukum," terang Pandiangan.

Dia melanjutkan, Antasari memperhitungkan dengan teliti dan rasional atas setiap perilakunya. Namun, Antasari berwatak egosentris. Pertimbangan baik buruk selalu dilihat dari kepentingannya.

"Kontrol religiusnya yang belum optimal juga menyebabkan penilaian baik buruk tidak sepenuhnya didasari nilai agama yang dianutnya," ucap Pandiangan.

Antasari pun sebetulnya sensitif terutama jika menyangkut harga dirinya, yaitu kebutuhan akan bekuasa. Ketika kebutuhan berkuasanya diserang, Antasari menjadi paranoid dan agresif untuk
mempertahankan kekuasaanya. Dengan kontrol kognitif yang kuat, Antasari akan merencanakan perilaku agresifnya itu dengan teliti.

"Perilaku agresifnya didukung oleh empatinya yang kurang baik dan sikapnya yang tertutup," jelasnya.

Lewat sikap agresifnya, Antasari selalu memikirkan sendiri tindakannya dan kurang memperhatikan kepentingan orang lain. Pandiangan setelah membacakan laporan Yusti pun menanyakan apakah sifat Antasari bisa menjadi pendorong untuk melanggar hukum dan norma.

Yusti pun menjawab potensi itu ada. Namun tes psikologi hanya mengobservasi karakter seseorang. Ada faktor eksternal yang akan menentukan apakah Antasari akan berbuat sesuatu yang melanggar hukum dan norma atau tidak.

"Nah aspek eksternal itu, kami tidak melakukan pengetesan," jawab Yusti.

(irw/fay)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar