Senin, 10 September 2012

Kepada: Islam MODERAt

Mayoritas Muslim Indonesia Moderat

JAKARTA, (PRLM).- Wakil Ketua MPR RI Hajrijanto Y. Thohari menegaskan jika sudah menjadi konsensus bahwa mayoritas muslim Indonesia adalah moderat dalam pandangan keagamaannya. Karena itu pluralitas agama tidak semata-mata pengakuan mengenai kenyataan bahwa ada perbedaan agama dan budaya melainkan suatu apresiasi bahwa kenyataan pluralitas agama itu mempunyai nilai positif.
Hal itu disampaikannya dalam dalam dialog “Kebhinnekaan Modal Indonesia” di Gedung DPR/MPR RI Jakarta, Senin (10/9). “Karena itulah istilah pluralisme agama bukanlah semata-mata fakta pluralitas, tapi juga keterlibatan aktif dan cita-cita untuk berjuang keras bagi pluralisme itu sendiri.”
Menurut Hajrijanto, menjadi seorang pluralis itu bukan menjadi seorang yang toleran, melainkan harus terpanggil untuk aktif berperan serta di dalamnya. Yaitu menerima teologis-ketuhanan kelompok lain sebagai design Tuhan bagi umat manusia. Dalam bahasa agama katanya, pluralitas adalah sistem yang didesign Tuhan untuk umat manusia.
“Jadi, bagaimana keragaman itu dapat membangun sipirit eksistensi bangsa ini untuk membangun keadilan dan harmoni Indonesia. Di mana setiap agama mempunyai ritualnya sendiri yang berbeda satu sama lain. Dengan demikian pluralitas itu adalah sebagai fakta dan realitas, dan bukan tentang perbedaan ideologi,” tambah politisi Golkar ini.
Dengan demikian kata Hajrijanto, interpretasi baru mengenai pluralisme dalam konteks Indonesia ini penting untuk menghindari kesalahpahaman yang fatal, yang bisa merusak keragaman itu sendiri.
“Dunia saat ini lebih membutuhkan kedamaian dari pada kekerasan dalam menghadapi problem abad ini sebagai model resolusi konflik. Problem kemanusiaan hanya akan teratasi dengan kerjasama untuk mencapai kebahagiaan global tanpa diskriminasi ras, kelas sosial, agama maupun bangsa,” tuturnya. (A-109/A-26).***

Sabtu, 08 September 2012

Yth. TIDAK TAU 5SILA

11 Bulan Keliling Indonesia demi Pancasila
Penulis : Kornelis Kewa Ama Khayam | Sabtu, 8 September 2012 | 11:15 WIB
Jitet Koestana
KUPANG, KOMPAS.com — Liberius Langsimus, pemuda berusia 26 tahun, selama 11 bulan mengelilingi Indonesia hanya untuk memperjuangkan Pancasila. Ia menilai, Pancasila dalam kurun waktu 3- 5 tahun lagi tidak akan hidup di bumi masyarakat Indonesia.
Dalam pertemuan dengan sejumlah siswa SD, SMP, dan SMA di berbagai sekolah, ia menemukan bahwa Pancasila tidak pernah diketahui atau dipahami para siswa. "Saat tiba di Halmahera, anak-anak SMP yang saya tanyai tentang Pancasila bingung. Mereka menjawab, nama itu belum pernah mereka dengar, apalagi menghafalnya. Saya kecewa sekali dengan bangsa ini," kata Liberius.
Ia mengungkapkan, dalam seminar membagi pengalaman tentang Pancasila bersama Liberius Langsimus, yang baru saja selesai mengelilingi Indonesia (dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Ndana) dan semua provinsi di Indonesia, Pancasila sudah berada di ujung kepunahan.
"Jangankan siswa SD, SMP, SMA, tetapi juga sebagian besar mahasiswa di sejumlah perguruan tinggi di Indonesia tidak paham mengenai Pancasila. Perlu ada revolusi penegakan pada Pancasila di seluruh lini kehidupan masyarakat. Pendidikan moral Pancasila dan program P4 harus dihidupkan kembali melalui sekolah-sekolah dari tingkat SD-perguruan tinggi.
Liberius memulai perjalanan keliling Indonesia mulai dari Ende pada 1 Oktober 2011, tepatnya di pohon sukun, tempat Soekarno merenungkan Pancasila, menuju Aceh sampai Merauke dan Miangas sampai Pulau Ndana. Ia akan kembali ke Ende pada 1 Oktober 2012. Hasil kunjungan Liberius akan dibukukan dalam enam seri tentang Pancasila dan diluncurkan pada 1 Oktober 2012.
Editor :
Rusdi Amral

Jumat, 07 September 2012

Yth. TIDAK BOLEH SOMBONG

Tak Toleran Itu Melawan Tuhan Melindungi non-Muslim adalah jihad. Musuh adalah mereka yang lalim. Minggu, 19 Agustus 2012, 20:04 Ismoko Widjaya, Mohammad Adam

VIVAnews - Ada yang istimewa dalam perayaan Idul Fitri 1433 H kali ini. Hari raya itu hanya berselang dua hari dengan perayaan hari ulang tahun Kemerdekaan RI. Pada 67 tahun silam, kala proklamasi kemerdekaan RI dibacakan Bung Karno dan Bung Hatta, juga terjadi pada suasana Ramadan. Tentu bukan sebuah kebetulan jika pada perayaan Idul Fitri kali ini mengajak kita memikirkan kembali kehidupan bersama dalam satu bingkai negara Republik Indonesia. Terlebih begitu banyak peristiwa gesekan antar umat beragama, atau meningkatnya intoleransi belakangan ini. Semua seperti menggugat Indonesia sebagai rumah bersama bagi semua suku dan agama yang diakui konstitusi. Untuk merenungkan kembali makna kemerdekaan dan tugas umat beragama, khususnya Islam, dalam kehidupan berbangsa, VIVAnews mewawancarai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Said Aqil Siradj, pada Rabu 15 Agustus 2012 lalu di Kantor PBNU, Jakarta Pusat. Berikut petikannya:

Apa pesan Hari Kemerdekaan yang bertepatan Ramadan. Persis saat proklamasi 17 Agustus 1945? Kita bangsa Indonesia juga harus bersyukur karena dulu kita merdeka di bulan puasa hari Jumat. Apa maknanya? Sangat besar maknanya. Kita umat Islam terutama harus betul-betul menjadi taat beribadah sekaligus warga bangsa yang baik. Ketika kita mengamalkan Islam dalam rangka memperkuat negara dan bangsa itu sama dengan ketika kita memperjuangkan negara dalam rangka mengamalkan Islam. Jadi tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Ketika kita membangun kehidupan di dunia itu juga dalam rangka ibadah, kita ibadah pun juga dalam rangka membangun dunia. Kemerdekaan manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan seperti apa? Manusia itu subjek dan objek. Sebagai subjek dia adalah khalifatullah, wakil Allah, atau mandataris-Nya. Dimana dia diberikan kebebasan seluas-luasnya membangun dunia ini. Allah menyerahkan bumi ini kepada manusia dan masing-masing punya status yang berbeda-beda. Maka manusia diharuskan melakukan upaya terus menerus sesuai dengan proporsi dan kesempatannya membangun dunia ini.
Tapi sebagai mahluk Tuhan, setiap manusia itu sama. Mulai dari presiden sampai tukang sayur. Sebagai mahluk, objek harus beribadah kepada Tuhan. Memang ada perbedaan di dunia ini, ada yang lebih rendah ada yang lebih tinggi. Tapi manusia dilahirkan sebagai mahluk yang merdeka. Tidak boleh ada perbudakan. Manusia dilarang memperbudak satu sama lain.
Apakah ajaran Islam mengajarkan cinta kasih terhadap sesama manusia? Awal dakwah itu adalah la ilaha ilallah, kita harus menolak selain daripada Allah. Artinya, ketaatan kepada selain Allah itu adalah nisbi dan sangat relatif. Ketaatan yang mutlak dan tanpa ditawar adalah hanya kepada Allah. Kepada sesama manusia kita merdeka. Kepada Allah kita tidak merdeka. Ketika kita berhubungan satu sama lain ada batasan dan aturannya. Hubungan kita dengan Tuhan ya semaunya Tuhan, wong Dia yang menciptakan kita kok. Tuhan perintahkan kita salat lima kali, haji, dan lain-lain itu memang kemauan-Nya. Tapi kalau kita sesama mahluk misalnya saya atasan dan anda bawahan. Jika saya perintah anda maka yang mengatur itu adalah sistem, bukan saya selaku pribadi.
Lantas kenapa ada gejala umat Islam semakin tidak toleran dengan yang lain di sekitarnya? Ya mereka itu menyalahi Islam. Ajaran Islam ini luar biasa, mereka saja yang tidak mengerti. Pemahamannya yang salah atau belum paham. Alquran itu luar biasa. Tidak mungkin di dunia ini hanya satu agama. Seandainya Allah menghendaki semua jadi orang beriman atau mukmin, semua jadi satu agama. Tapi apakah boleh menggunakan kekerasan untuk membuat orang lain beriman? Tidak. Kalau Allah mau dunia ini satu umat, satu bangsa, satu suku, tapi Tuhan kan tidak menghendaki itu.
Jadi dengan keadaan itu ada, bila masih ada orang yang tidak mau toleran berarti melawan kehendak Tuhan. Kalau kita benci dengan orang nonmuslim misalnya, itu melawan Tuhan. Kata nabi, tidak boleh ada permusuhan kecuali terhadap zalimin atau orang yang melanggar hukum. Peristiwa yang menimpa etnis Rohingya di Myanmar, bagaimana? Jelas salah. Muslim yang terpengaruh isu Rohingya lalu melampiaskannya pada kelompok lain, bagaimana? Semua itu salah. Kita orang Islam bakar gereja, salah. Orang Kristen bakar masjid, salah. Orang Islam membunuh orang kristen, salah. Orang Kristen bunuh orang Islam, salah. Jangan lihat agamanya. Lihat kriminalnya. Pokoknya kita tak boleh menganggap orang lain adalah musuh kecuali kepada yang zalim, yang melanggar hukum, pelaku kejahatan, pelaku kriminal. Pembunuh misalnya itu jelas pelaku kriminal, harus dijadikan musuh bersama baik muslim maupun nonmuslim. Koruptor, itu menjadi musuh bersama dan seterusnya.
Indonesia merupakan negara muslim terbesar, apakah perlu merawat keberagaman? Memberi perlindungan terhadap warga masyarakat yang baik-baik tanpa melihat dia muslim atau nonmuslim, itu termasuk jihad. Melindungi orang Kristen yang baik, itu jihad. Kristen minoritas, kita lindungi hidupnya di Indonesia, itu jihad. Memberi perlindungan itu jihad, asal orang itu orang baik-baik. Jadi kita umat Islam wajib melindungi nonmuslim, asal orang itu maksum atau baik atau bukan pelanggar hukum. Bagaimana caranya? Ya dengan melayani atau mencukupi apa yang dibutuhkan. Kalau kita lebih kaya dan mereka miskin, makan mereka bagaimana itu harus dipikirkan, juga tempat tinggal, pakaian, serta kesehatan. Makanya Shalahuddin Al-Ayyubi melindungi orang Kristen arab, karena kristen arab memang tidak mengajak musuhan. Tapi Kristen romawi yang mengajak perang ya itu yang diperangi.
Jika khazanah peradaban Islam digali, apa yang ideal agar kehidupan lebih ramah ke depan? Agama ini kalau tanpa diintegralkan atau disatukan dengan budaya, bisa bubar. Bisa langgengnya agama itu karena menyatu dengan budaya. Agama sebagai sesuatu yang sakral, datang dari Tuhan, turun dari langit, kepada manusia yang parsial, lemah, terbatas, terikat ruang dan waktu. Oleh karena itu agama harus sesuai dengan kondisi manusia, bukan kondisi Tuhan. Ya dong. Wong agama itu untuk manusia. Jadi agama ya harus sesuai dengan tantangannya manusia. Artinya, harus menyatu dengan budaya manusia. Ada beberapa ibadah manusia yang menjadi kehendak Tuhan seperti salat, haji, lempar jumrah dan lain-lain. Tapi sisanya agama itu soal sosial atau kemasyarakatan, ada zakat, berhubungan baik dengan sesama manusia, tidak boleh sombong, tidak boleh dengki, dan lain-lain. Itu semua demi kehidupan manusia di dunia ini. Apakah sekarang ini agama tidak menyatu dengan budaya? Ada beberapa kelompok Islam radikal di Indonesia itu mereka bukan lakukan Islamisasi, tapi Arabisasi. Ada lagi yang sangat rigid, sulit, memberatkan: tidak boleh lihat perempuan misalnya. Kita ini yang tidak bisa kita capai dengan sempurna ya apa adanya saja kita lakukan. Hidup ini biar mengalir saja, hayati saja, tetap giat bekerja.(np)

Minggu, 02 September 2012

BORONG TISU, kritik atau melecehkan atau realistis

Ini Serial BBC yang Dianggap Lecehkan Muslim Rabu, 29 Agustus 2012 | 20:55

Program BBC1 bertajuk Citizen Khan itu dinilai menampilkan stereotip negatif warga Muslim, mempermainkan Islam, sekaligus juga melecehkan Alquran.

Mungkin sudah bisa diperkirakan, sebuah serial komedi TV mengenai seorang pemimpin komunitas Muslim, tak akan tayang tanpa ada kritik maupun komentar dari pemirsa. Itu pulalah yang terjadi pada Citizen Khan, sebuah miniseri milik BBC yang baru saja tayang perdana, Senin (27/8) lalu waktu setempat, yang menuai tak kurang dari 200 komplain.
Di antara komplain yang disampaikan berbunyi bahwa program TV tersebut telah "mempermainkan Islam", bersalah karena "membuat stereotip orang Asia", juga menayangkan adegan yang "melecehkan Alquran". Salah satu adegan yang khususnya banyak menuai amarah adalah ketika karakter seorang putri Khan, bergegas memakai jilbabnya dan berpura-pura membaca Alquran, ketika ayahnya datang.
Untuk diketahui, miniseri yang terdiri dari enam bagian itu sendiri, tayang perdana di saluran BBC1 pada Senin pukul 22.35 waktu setempat. Program ini diketahui dibuat oleh seorang Muslim warga Inggris, Adil Ray, yang juga memainkan peran utama di tayangan tersebut. Sebagaimana ditulis di kolom pesan BBC, salah seorang pemirsa menyebutkan bahwa "ini benar-benar menampilkan stereotip (negatif), bodoh, dan memilukan". Seorang pemirsa lainnya berpendapat bahwa tayangan itu sangat mengecewakan terutama ketika (karakter) sang ayah masuk dan si anak secara kasar membuka Alquran. Namun begitu, bukan tak ada sama sekali yang berupaya membela. "Orang-orang terlalu banyak membaca (hal negatif) dalam membicarakan Citizen Khan, terutama terkait soal jilbab. Hal seperti itu terjadi kok (sehari-hari)," tulis pihak yang membela. Selain Ray, tayangan komedi ini juga dibintangi oleh aktor My Family, Kris Marshall, yang berberan sebagai pengelola masjid, serta Shobu Kapoor (EastEnders) yang mmerankan istri Khan. Disebutkan, serial ini pada intinya berusaha memainkan humor dengan menyindir kesombongan Khan, termasuk kebanggaan semunya soal kedudukan di masyarakat dan dunia bisnis. Di antara kritik yang disamnpaikan pemirsa, disebutkan juga bahwa serial ini telah mengulangi penampilan stereotip tentang Muslim Inggris, dengan tayangan perdana bercerita seputar masalah rencana pernikahan putri Khan. Menurut beberapa orang, jika serial populer BBC2 Asian bertajuk Goodness Gracious Me, justru bisa mempertentangkan soal stereotip itu, tayangan ini malah "memainkannya" lagi. Menariknya, dua penulis lain yang bekerja bersama Ray di serial ini sendiri, yakni Anil Gupta dan Richard Pinto, justru diketahui sebelumnya terlibat pula dalam produksi Goodness Gracious Me. Lalu, bagaimana reaksi BBC? Seorang juru bicara BBC mengungkapkan, tayangan Citizen Khan sendiri tercatat berhasil tayang perdana dengan positif, mencatatkan 3,6 juta pemirsa, serta meraih 21,5 persen (rating) pemirsa di jam tayang malam. "(Serial) Komedi baru selalu memancing reaksi berbeda dari audiens. (Tentu saja) Karakter di tayangan ini hanyalah rekaan fiktif dan bukan mewakili masyarakat secara keseluruhan," ungkapnya. Sementara itu, Ray, dalam salah satu wawancara baru-baru ini di program BBC Breakfast, cukup bangga mempromosikan karyanya tersebut dengan menyebutnya sebagai "saluran" bagi warga Muslim untuk "menertawakan diri sendiri". "Saya kira merupakan sebuah peluang bagus, dengan Mr Khan sebagai Muslim asal Pakistan dan tokoh cerita ini, bagi kita untuk menikmati isi cerita yang begitu kaya, sekaligus menertawakan diri kita sendiri. Dan saya adalah seseorang yang punya keyakinan untuk itu," ungkapnya. Penulis: BBC/ Youtube/ Daily Mail/ Arsito Hidayatullah/ Ardi Mandiri