Minggu, 16 September 2018

buat yang mau baca gurita cikeas & makin mengGURITA

buat yang mau baca gurita cikeas & makin mengGURITA


02/05/2018 | 08:28am EDT

A legal storm is brewing around several entities and individuals, based in various jurisdictions around the world, implicated in an alleged massive money-laundering case also related to the acquisition of an Indonesian bank four years ago, which is likely to engulf Cyprus.
A lawsuit filed by a group of companies affiliated to the Mauritius-based Weston Capital Advisors, a distressed-assets recovery specialist, concerns the acquisition of Indonesia’s Bank Mutiara by the Tokyo-based financial services company J Trust Co. Ltd, a copy of the lawsuit filed in September with the Supreme Court of Mauritius and obtained by the Cyprus Business Mail shows.
On Friday February 2, J Trust announced the existence of the lawsuit against its affiliated companies and other defendants in a statement on its website. The Japanese company omits that it is also among the defendants.
The plaintiffs seek several hundred million US-dollars in compensation from 21 defendants, which include, in addition to J Trust, its affiliated units PT Bank JTrust Indonesia, as Mutiara is now known, Singapore’s J Trust Asia PTE Ltd, PT J Trust Investments Indonesia and executives, including Nobuyoshi Fujisawa, chief executive officer of J Trust, who according to recent press reports, recently obtained the Cypriot citizenship.
In 2016, Fujisawa and J Trust Co. attempted to acquire a Cypriot bank. A banking source said on condition of anonymity that following the submission of a letter of intent by Fujisawa, “there had been interest by JTrust but we did not consider it serious and therefore it was not followed up”.
The ministry of interior declined to comment when asked to confirm an Asia SentinelJanuary 21, report about Fujisawa acquiring the Cypriot citizenship.
According to a document obtained by the Cyprus Business Mail, in May 2016Bank of Cyprus issued a €3.3m bank guarantee for Fujisawa related to the acquisition of a property at Limassol Marina. According to Forbes Magazine, Fujisawa was the 40th richest person in Japan in 2013. Bank of Cyprus did not respond to requests for comment.
Also, among the defendants in the Weston Capital lawsuit, are the owners of the Tanzanian former lender FBME Bank Ltd, the Lebanese brothers Ayoub-Farid Saab and Fadi Michel Saab, the latter’s son Michael Norbert Saab, the subsidiary FBME Card Services, the Cayman-Islands-based holding company FBME Ltd, the Saab Financial (Bermuda) Ltd -currently in liquidation-, and the Saab-owned Federal Bank of Lebanon SAL.
The defendants also include Indonesia’s Federal Deposits Insurance Corporation, widely known as Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), which insures bank deposits, other former LPS executives, the document show.
The Central Bank of Cyprus, the Cyprus Securities and Exchange Commission(CySEC), the US Department of Justice, the US Treasury’s Financial Crime Enforcement Network (FinCEN), the US Securities and Exchange Commission (SEC), the UK’s Financial Conduct Authority and Serious Fraud Office and other public or private entities are named third parties and were also served a copy of the lawsuit, according to the document.
Thailand’s Group Lease Plc Co. Ltd and Singapore’s Group Lease Holdings PTE Ltd, also associated with Japan’s J Trust and since October the subject of a probe by Thai authorities, are also named third parties in the lawsuit. The value of Group Lease’s shares on the Thai Stock Exchange subsequently plunged.
Weston Capital alleges it lost money and investment opportunities from the defendants’ actions. Tanzania’s FBME Bank, which operated a branch in Cyprus, lost both banking licences after FinCEN described it as a financial institution of primary money laundering concern in July 2014.
While the owners of the bank deny any wrongdoing, they lost a legal battle in the US last year against the FinCEN decision to ban FBME from transacting in US dollar.
J Trust said they continue to contest Weston Capital’s claims as they also did in the past as “unreasonable and against the fact, and as a result, in October 2016, the Tokyo District Court rendered a declaratory judgment that the company (J Trust) had no obligations alleged by the Weston Entities” which in turn invoke a 2015 court ruling in Mauritius.
The Japanese court ruling became subsequently “final and binding,” J Trust added.
The District Court for the Southern District of New York also ordered Weston Capital Advisors to return €3.6m to Bank J Trust, which the latter failed to do, prompting the US court to impose fines on Weston Capital affiliated companies, including the plaintiffs in the lawsuit and their representative John Liegey, on the grounds that the latter were in contempt of court.
JTrust Asia added that it “is of the view that the Mauritian court has no jurisdiction over any of the claims by the plaintiffs in the lawsuit,” a view reflecting a similar position expressed by a representative of the Saabs when contacted by the Cyprus Business Mail in December.
“We believe that Mauritius is not the appropriate jurisdiction for this case,” the spokesperson of the Saabs said and alleged that Weston funded “legal and media smear campaigns” to profit from the acquisition of a security it “opportunistically” obtained for $1 at a discount.
“The allegations in Mauritius, which are without merit and denied, appear to be motivated by nothing other than a desire to cause all the Defendants as much embarrassment and inconvenience as possible,” the FBME spokesman added. “No allegations of money laundering have ever been proved against FBME” which was “always compliant” with anti-money laundering directives.
J Trust Co. added that its affiliated companies and individual defendants in the lawsuit, recognise that the claims by the plaintiffs in it “are unreasonable and groundless and that the allegations have no basis, as well”.
“At present, the company considers that this matter has no impact on the financial results,” it said. “The company will disclose information regarding the lawsuit’s status and its impact on the financial results promptly, following occurrences that warrant disclosure”.
The post Japanese company, FBME hit by multi-million fraud lawsuit appeared first on Cyprus Mail.
🍊

THE JAK: Artis sekaligus presenter Nadya Mulya akan menyeret mantan Presiden SBY dalam kasus dugaan korupsi Bank Century sebagai bank gagal berdampak sistemik. Tak hanya SBY, Nadya yang putri terpidana kasus Bank Century Budi Mulya juga akan menyeret mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani. “Dari buku Pak Misbakhun, jelas surat Sri Muliyani kepada Presiden (SBY saat itu), ‘seperti yang bapak tahu’. Artinya, di situ Presiden sudah tahu. Kenapa ayah saya yang dikorbankan?” kata Nadya, merujuk fakta yang diungkap dalam buku M. Misbakhun, politikus Partai Golkar. Menurut dia, Fakta-fakta baru yang dimunculkan dalam buku Misbakhun itu sangat mencengangkan. Bahkan, dalam buku itu, ayahnya hanya sekali ikut rapat dalam pengucuran dana bailout Century. “Saya sudah baca buku Pak Misbakhun, terutama surat dari Sri Mulyani kepada Presiden SBY saat itu. Saya kaget. Selama ini saya hanya dengar rumor ada salinan surat Sri Mulyani kepada Presiden,” ucapnya. Presenter salah satu TV swasta itu mengatakan bahwa dalam buku Misbakhun, Budi Mulya hanya sekali ikut rapat. Dari situ, lanjut dia, makin terlihat siapa saja yang terlibat dan aktor intelektual di balik kasus bank Century. Dalam kasus bank Century, kata Nadya, ayahnya harus diseret ke pengadilan lantaran menjabat sebagai pejabat Deputi Moneter dan Devisa Bank Indonesia dan tidak tahu-menahu atas kasus tersebut. “Dengan demikian, tak pantas ayah saya dihukum atas kasus itu. Komisi Pemberantasan Korupsi harus mengungkap dan mengusut kasus itu lebih lanjut agar semuanya terbuka. Jangan ayah saya dikorbankan,” tandas Nadya. KPK sebelumnya menyatakan akan mengembangkan kasus dugaan korupsi Bank Century ini. Namun, belum dapat dipastikan kapan babak baru kasus Century dimulai. Dalam kasus ini, mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia Budi Mulya divonis hukuman 15 tahun penjara dan telah berkekuatan hukum tetap. KPK baru bisa mengembangkan kasus ini setelah menerima salinan putusan Mahkamah Agung. Sejak dinyatakan berkekuatan hukum tetap oleh MA pada April 2015 lalu, hingga kini KPK belum menerima salinan putusan tersebut. Namun hingga saat ini, Nadya mengaku, pihaknya belum menerima salin putusan dari MA. Padahal, kasus ini telah berkekuatan hukum tetap setelah Mahkamah Agung (MA) menolak kasasi yang diajukan BM. “Sampai saat ini kami pihak keluarga belum menerima putusan penolakan kasasi Bapak (Budi Mulya). Padahal sudah empat bulan. MA memang lelet banget. Masa harus butuh waktu enam bulan untuk dapat salinan,” ujar Nadya. Ia mengapresiasi keberanian Misbakhun untuk meluncurkan kembali buku berjudul “Sejumlah Tanya Menolak Lupa” dengan sejumlah data-data yang belum diketahui publik. Namun, ia menolak mengomentari polemik yang timbul pascapeluncuran buku tersebut. Misbakhun Tuding SBY Dalang Century Upaya politikus Partai Golkar M Misbakhun mendesak penuntasan kasus dugaan korupsi dana talangan Bank Century. Bahkan Misbakhun menuding sang Ketua Umum Partai Demokrat SBY sebagai dalang skandal dari korupsi triliunan rupiah itu. Mantan anggota Panitia Khusus Kasus bail out Bank Century, Muhammad Misbakhun, meyakini, bukunya yang menyebut Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono sebagai dalang kasus Bank Century sudah dilengkapi data-data yang otentik. Jika SBY atau loyalisnya di Demokrat tak terima dengan buku itu, dia menantang mereka untuk menerbitkan buku bantahan. “Saya tantang untuk dibantah dengan buku juga kalau ada yang salah dari buku saya itu. Ini negeri demokrasi,” kata Misbakhun Misbakhun mengaku heran mengapa dia disalahkan saat mencoba kembali mengingatkan kasus yang selama tujuh tahun tak ada kejelasannya tersebut. “Sudah tujuh tahun kasus ini, tetapi sepertinya mandek di tangan penegak hukum. Lewat buku ini, saya coba mengingatkan kembali. Uang Rp 6,7 triliun bukanlah uang yang sedikit,” ucap politisi Partai Golkar ini. Kemudian, anggota Komisi XI DPR ini meminta pihak-pihak yang terganggu terkait isi dari bukunya itu untuk mengonfirmasi langsung ke Komisi Pemberantasan Korupsi terkait tiga surat Sri Mulyani kepada SBY soal Century. Ia meminta dihadapkan saja mereka berdua di hadapan penyidik KPK. “Karena selama kasus ini menggantung, sepanjang itu pula akan dikaitkan dengan Pak SBY. Jadi, saya dan publik akan memberikan aplaus bila Pak SBY mau menyatakan siap diri untuk memberikan keterangan ke KPK,” ujarnya. Sementara juru bicara Partai Demokrat Didi Irawadi, Misbakhun sebenarnya tidak layak berbicara mengenai kasus tersebut. Sebab, bekas kader PKS itu merupakan bagian dari masalah yang menyebabkan Bank Century ambruk. “Anda tahu Misbakhun itu siapa? Century aja anda bisa liat dia bagian dari yang bermasalah, kok bisa jadi isnisaitor. Kasus LC fiktif jawabannya siapa Misbakhun itu,” kata Didi. Didi mengatakan, meski Misbakhun sudah divonis tidak bersalah oleh pengadilan dalam kasus itu, tapi perusahan miliknya, PT Selalang Prima Internasional (SPI) tetap terbukti melakukan pemalsuan surat. Karenanya, dia menganggap Misbakhun sebagai bagian tak terpisahkan dari skandal Century. “Orang bermasalah lempar masalah. Kalau yang bicara integritasnya gak diragukan, tokoh yang bener seperti Buya Maarif kami hormat,” ujar putra mantan Menkumham Amir Syamsudin itu. Karena itu, lanjut Didi, Demokrat sebenarnya tidak menganggap serius ocehan Misbakhun. Untuk saat ini partainya juga belum punya rencana melaporkan anggota Komisi XI DPR itu ke polisi. “Kita lihat saja. Biar Misbakhun selesaikan masalah dulu, dia aja bermaslah, katanya ada yang ngajuin PK (kasus LC fiktif). Kita gak perlu lah buang energi yang tidak perlu,” pungkasnya.(BHR/DED)

LONDON :
apa BALAS BUDImu BP n INGGRIS ...
eks wamen esdm n kepala SKK Migas ditangkap pada periode 2012-2013 April, September 2009
bertemu David Cameroon
1 November 2012
tetap ke London
ladang gas BP di Papua
2 ANAK tanpa mantu
markas Arsenal: the Emirates
kaos Arsenal buat 2 TOKOH, presiden dan bakal calon presidenTULISAN ILMIAH soal BP di PAPUA
PELANGGARAN BP

Sepupu' SBY Kabur Usai Diperiksa KPK

Selasa, 28 Mei 2013 19:48 WIB

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA --
 Widodo Wisnu Sayoko, saksi kasus dugaan korupsi Hambalang, yang diduga merupakan sepupu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, kabur usai menjalani pemeriksaan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Selasa (28/5/2013) malam.

Terpantau Tribun, Widodo yang mengenakan kemeja berwarna merah muda keluar pukul 19.10 WIB. Saat ditanya Widodo membantah dirinya diperiksa KPK. "Saya nganterin ibu saya," ujar Wisnu, saat dipergoki wartawan di gedung KPK, Jakarta, Selasa (28/5/2013).
Wisnu, bahkan sempat membantah kalau dirinya merupakan kerabat presiden SBY. "Bukan," kata dia, sambil kembali memasuki daerah steril KPK.
Meski begitu, dalam daftar pemeriksaan KPK, nama Wisnu tercantum sebagai salah satu saksi yang bakal diperiksa KPK. Wisnu sendiri, sempat menunggu lama didalam lobby gedung KPK, lantaran keberadaannya mulai terdeteksi wartawan.
Namun, setelah memiliki kesempatan, Wisnu langsung menyelinap berbarengan dengan tersangka yang akan memasuki mobil tahanan. Wisnu terus mengikuti tersangka itu, sampai berpisah di depan mobil tahanan.
Wartawan yang mengetahui pergerakan Wisnu itu, lantas mulai mengejarnya, tak ayal Wisnu langsung mengambil langkah seribu. Tak peduli kendaraan yang melaju kencang, Wisnu main menerobos jalan hingga melewati jalur cepat.
Langkah Wisnu terus berlanjut hingga disebrang jalan. Dengan wajah kesal, Wisnu langsung loncat ke salah satu ojek.
Sekitar 20 menit berselang, Silvia Soleha alias Ibu Pur, yang juga disebut-sebut sebagai kerabat dekat Ani Yudhoyono, merampungkan pemeriksaan sebagai saksi Hambalang. Saat dicecar wartawan, dirinya enggan berkomentar, bahkan hanya sibuk menutup wajahnya dari sorotan kamera, seraya masuk ke dalam sebuah taxi di halaman kantor KPK.
Saat dikonfirmasi, Juru Bicara KPK, Johan Budi mengatakan bahwa keduanya diperiksa dalam kapasitas saksi, untuk melengkapi berkas para tersangka Hambalang.
"Keduanya hadir sebagai saksi," kata Johan.
KORUPSI HAMBALANG Diduga Kerabat SBY, Saksi KPK Ngibrit Kabur dari Wartawan Selasa, 28 Mei 2013 , 20:30:00 WIB Laporan: Samrut Lellolsima RMOL. Salah seorang saksi dalam perkara korupsi Hambalang, Widodo Wisnu Sayoko, diduga kerabat dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Namun, dia menegaskan dirinya bukan kerabat Cikeas kepada wartawan ketika dia baru keluar dari pemeriksaan KPK beberapa waktu lalu, sekitar pukul 18.10 WIB. Dia mengaku datang ke kantor KPK untuk menemani ibunya, Sylvia Soleha alias Ibu Pur. Padahal, nama Wisnu jelas-jelas tertera dalam jadwal pemeriksaan yang dirilis hari ini oleh Humas KPK. "Saya cuma nganterin Ibu saya. Saya nggak diperiksa. Saya bukan (kerabat SBY)," kilah dia di kantor KPK, Jalan HR Rasuna Said, Senin sore (28/5). Karena ketahuan oleh awak media, dia tidak jadi pulang. Dia kembali masuk ke dalam lobi utama KPK. Selang setengah jam, dia memutuskan untuk keluar. Pria yang mengenakan kemeja putih dan celana bahan hitam itu terbirit-birit saat keluar dari teras KPK. Dia langsung lari dan berusaha menghindar dari kerumunan awak media. Pria itu nekat. Dia menyeberang jalur lambat dan cepat depan KPK tanpa menghiraukan laju kendaraan yang melintas. Awak media lantas beramai-ramai mengejarnya. Pria itu terus lari melewati bawah tangga penyeberangan busway. Salah seorang penumpang busway bahkan meneriakinya. "Kalau bukan tersangka, kenapa lari diwawancarai," kata salah seorang penumpang dari kerumunan di halte busway Kuningan depan kantor KPK. Namun, aksi kejar-kejaran itu akhirnya berhenti setelah Wisnu berhasil melarikan diri dengan menggunakan ojek di arah jalan sebaliknya. Sementara itu, Sylvia Soleha sendiri keluar selang 20 menit setelah kepergian Wisnu atau tepatnya sekitar pukul 19.15 WIB. Ditemani seorang pria, perempuan itu tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Dia lalu memasuki taksi yang telah menunggu di teras markas Abraham Samad Cs tersebut. Sylvia dan Ibu Pur hari ini dipanggil KPK untuk diperiksa sebagai saksi untuk tiga tersangka Hambalang, Andi Alifian Mallarangeng, Deddy Kusdinar, dan Teuku Bagus Mokhamad Noor. Sampai saat berita ini diturunkan, KPK belum mau menjelaskan apa urgensi dan sebagai apa kedua orang itu diperiksa penyidik Hambalang. [ald]

7 Jun 2011


Lingkaran Skandal Korupsi Istana, Dalam Waktu Dekat Jaksa Agung Bakal Periksa Stafsus Presiden


Jakarta, (GP). Skandal Dugaan Korupsi Terus Melingkari Istana Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono  (SBY) dan beberapa anggota Partai Demokrat sedang dirudung petaka korupsi. Satu persatu mulai terbongkar berbagai skandal korupsi lainnya.
Lihatlah bagaimana skandal dugaan mark up pengadaan pesawat MA-60 untuk PT Merpati Nusantara yang melibatkan Staf Khusus Presiden Ketehanan Pangan dan Energi, Jusuf Wangkar. Dalam waktu dekat ini Jaksa Agung Basrief Arief akan memeriksa Jusuf Wangkar.
Sinyal memeriksa Stafsus SBY itu diperlihatkan Basrief saat ditanya wartawan soal kemungkinan memeriksa Jusuf Wangkar, sebelum mengikuti peringatan pidato Bung Karno di Gedung MPR/DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (1/6).

"Belum-belum, nanti," singkatnya kepada wartawan.

Jusuf Wangkar (JW) disebut-sebut ikut terlibat pengadaan pesawat MA-60 untuk PT Merpati Nusantara dan masih aktif di lingkungan Istana. Jusuf sendiri sudah membantah terlibat dalam pengadaan pesawat yang diduga mengandung mark up sebesar 40 juta dollar AS.

Sebelumnya, Koordinator Indonesia Development Monitoring, Munatsir, menyebutkan perusahaan yang bukan profesional di bidangnya, PT Pelangi Golf yang dipimpin Mulyadi, telah menjadi broker pembelian pesawat. Untuk memuluskan proyek pengadaan pesawat Merpati itu, PT Pelangi Golf dibantu oleh staf khusus Presiden SBY yaitu, Jusuf Wangkar.(dar)

Orang Ketiga dari Pluit

  • PERTEMUAN di kantor PT Mega Guna Ganda Semesta, Kompleks Pergudangan Pluit, Jakarta Utara, Rabu akhir Januari lalu, awalnya berlangsung hangat. Sahibulbait, Muljadi Senjaya, Direktur Mega Guna, menyambut hangat tiga tamunya. Secangkir air putih dan teh hangat menemani perbincangan pagi itu.Muljadi dan salah satu tamunya, seorang pengusaha, serius membicarakan kelanjutan proyek properti di Ibu Kota. Pembicaraan ngalor-ngidul sampai akhirnya ke topik lain, pengadaan pesawat MA-60 dari Xi’an Aircraft Industry Group. Rupanya, Muljadi ikut membantu pengadaan pesawat dari Cina itu.
    Mendengar ada pembicaraan MA-60, Ketua Forum Pegawai PT Merpati Nusantara Airlines F.X. Arief Poyuono, yang menemani pengusaha tadi, terkesiap. Arief memprotes Muljadi karena harga jual pesawat dari Negeri Tirai Bambu itu kemahalan. Merpati pun menderita. Pertemuan mendadak panas karena Muljadi baru menyadari Arief pegawai Merpati. �Dia (Muljadi) bilang, ‘kenapa orang Merpati ikut’.” kata Arief menirukan ucapan Muljadi kepada Tempo di Jakarta, Selasa pekan lalu.
    Arief terus nyerocos mempersoalkan tingginya harga jual MA-60. Merasa disudutkan, Muljadi gerah juga. Muljadi balik menyemprot Arief karena dianggap tak tahu apa pun tentang pengadaan pesawat berkapasitas 60 penumpang itu. Pertemuan bisnis berubah jadi pertengkaran kecil. �Muljadi bilang tak takut meski pengadaan MA-60 dipersoalkan,” ujar Arief. “Dia menyebut banyak tokoh, termasuk Jusuf, staf khusus di Istana Presiden.”
    Nama Jusuf ini memang agak samar. Ada yang menyebut Jusuf Wangkar, staf ahli Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bidang pangan dan energi. Sumber lain menyebut Jusuf Jangkar. Ini merujuk kepada perusahaan keluarganya PT Jangkar Nusantara, pemasok ransum buat Tentara Nasional Indonesia (TNI). �Memang ada Jusuf. Tapi saya tak tahu apakah ia yang dimaksud,” kata Heru Lelono, staf khusus presiden bidang komunikasi, kepada Tempo pekan lalu. Namun, menurut Heru, tak ada staf khusus Presiden, termasuk Jusuf, terlibat pengadaan MA-60 itu. �Bagaimana mungkin kami mempengaruhi kementerian. Presiden akan marah kalau ada yang begitu.”
    Jusuf belum bisa dimintai konfirmasi. Pertanyaan Tempo lewat staf terdekatnya belum direspons. Staf Jusuf yang meminta tak disebutkan identitasnya ini menyatakan. “Pak Jusuf tak ada kaitannya dengan pengadaan MA-60. Informasi yang muncul tidak benar.”
    Muljadi lewat kuasa hukumnya, Adi Warman dari Law Office Adi Warman and Partners, tak menampik pertemuan tadi. Namun, menurut Adi, Muljadi tidak bertengkar dengan Arief. �Cuma berbeda pendapat biasa,” ujarnya kepada Tempo di Jakarta, Kamis pekan lalu.
    Toh, meski bantahan datang dari segala penjuru, Arief tetap mencium ada yang tak beres pada pengadaan MA-60. Ketua Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu itu telah melaporkan dugaan penggelembungan harga beli pesawat itu ke Komisi Pemberantasan Korupsi.
    Pengadaan pesawat berbaling-baling ganda ini sedari awal memang sarat masalah dan berliku-liku. Publik mempersoalkan pengadaan MA-60 lagi setelah pesawat itu jatuh ke laut dekat Bandar Udara Utarung, Kaimana, Papua Barat, Sabtu akhir April lalu. Pengadaan MA-60 bermula dari kontrak jual-beli pesawat antara Merpati dan Xi’an. Merpati setuju membeli 15 unit MA-60 senilai US$ 232,4 juta (sekitar Rp 2 triliun) pada 7 Juni 2006.
    Awalnya, transaksi akan dilakukan secara bisnis (business to business) antara Merpati dan Xi’an. Tapi, lantaran Merpati tak punya uang, skema diubah menjadi perjanjian antarpemerintah (government to government). Skema perjanjian antarpemerintah itu terwujud setelah Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Rahmat Waluyanto, mewakili Menteri Keuangan Sri Mulyani, menandatangani perjanjian pinjaman (government concession loan agreement) dengan Bank Exim Cina (The Export-Import Bank of China) pada 5 Agustus 2008.
    Justru di sinilah, kata Arief, salah satu keanehan lain dari pengadaan MA-60. Skema transaksinya perjanjian antarpemerintah (G to G), tapi tetap saja melibatkan orang ketiga. “Tak wajar, transaksi antarpemerintah melibatkan orang ketiga. Adanya pihak lain ini diduga membuat harga jadi mahal,” ujar Arief. Telunjuk Arief pun mengarah ke Muljadi Senjaya. Dalam versi Arief, Merpati membeli satu unit MA-60 dengan harga US$ 14,5 jutaan dari harga wajarnya US$ 11 jutaan.
    Peran Muljadi dalam pengadaan MA-60 bukan isapan jempol. Sedikitnya tiga sumber Tempo membenarkan sepak terjang penggemar golf tersebut. Direktur Utama Merpati Sardjono Jhony Tjitrokusumo pernah beberapa kali bertemu dengan Muljadi untuk membicarakan MA-60. Salah satunya di Pacific Place Jakarta, Maret lalu. “Saya bertemu karena kami (Merpati) menganggap dia (Muljadi) perwakilan Xi’an,” ujar Jhony kepada Tempo di Jakarta.
    Adi Warman membenarkan pernyataan Jhony. Menurut Adi Warman, Muljadi dan Mega Guna memang perwakilan resmi Xi’an di Indonesia. “Agen resmi dan sales promotion Xi’an dalam pengadaan MA-60 di Indonesia,” ujarnya. “Mega Guna agen resmi sampai 30 Oktober 2006.” Toh, argumen Muljadi tetap saja terasa aneh karena Mega Guna, perusahaan pengadaan barang impor dan properti, mengklaim baru menjadi agen Xi’an lagi pada Juni 2010. “Selama 2006 hingga Juni 2010, kami tak ikut negosiasi apa pun. Baru diminta membantu lagi setelah Juni 2010,” kata Adi.
    Dengan status agen, Muljadi juga menolak disebut calo atawa makelar MA-60. “Mega Guna juga tidak menerima komisi, tetapi jasa keagenan pengganti biaya dan ongkos promosi,” kata Adi Warman.
    l l lBEIJING 23 Agustus 2008. Waktu telah menunjukkan pukul 16.00. Wakil Presiden Jusuf Kalla sudah berada di Hotel Millennium. Kalla, didampingi sejumlah menteri, seperti Agum Gumelar (Menteri Perhubungan) dan Mari Elka Pangestu (Menteri Perdagangan), bertemu dengan Presiden dan Chairman Xi’an Aircraft Gao Dacheng. Tepat di belakang Kalla, duduk Adi Harsono, salah satu pengurus Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin).
    Dalam pertemuan itu, Dacheng menyinggung pengadaan 15 unit MA-60 dan meminta Merpati segera merealisasikan transaksi karena pesawatnya sudah tersedia di hanggar, siap diambil. Berbasi-basi dulu mengucap terima kasih, Kalla dengan bahasa diplomatis menyatakan bahwa Merpati memang sudah menggunakan dua MA-60 dengan pengadaan secara business to business lewat leasing (sewa). Kalla meminta sisa 13 pesawat juga dilakukan secara leasing. �Biar risiko bisnisnya tak ditanggung Merpati,” ujar Kalla kepada Tempo di Jakarta.
    Secara halus juga Dacheng mengisyaratkan penolakan pengadaan MA-60 dengan skema sewa. Alasannya, pinjaman dari Bank Exim Cina sudah ada dalam buku biru Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Lagi pula, kata dia, perjanjian pinjaman antara Bank Exim Cina dan Kementerian Keuangan sudah diteken pada 5 Agustus 2008. Kalla terkaget-kaget mengetahui perjanjian pinjaman dengan Bank Exim sudah diteken Rahmat Waluyanto. “Saat itu saya kaget sekali, kok sudah ada kontrak,” kata Kalla.
    Menurut Kalla, pada saat itu tidak mungkin membantah secara langsung, tapi dengan bahasa halus. “Saya katakan ke dia (Dacheng), �oke, kalau skema pinjaman, kita meminta persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat dulu’,” ujarnya.
    Sumber Tempo menyebutkan, sejatinya agenda utama Kalla ke Beijing membicarakan masalah energi dengan PetroChina dan Guardian Corporation. Belakangan agenda dengan petinggi Xi’an dimasukkan. “Agenda MA-60 bisa masuk berkat Duta Besar Cina untuk Indonesia di Jakarta dan Adi Harsono,” ujarnya. Adi Harsono tak lain suami Menteri Perdagangan Mari Pangestu. Kalla tak membantah. Adi Harsono, kata Kalla, mengingatkan ada agenda pertemuan dengan petinggi Xi’an. “Saya bilang �ya…, ya’.”
    Adi Harsono membantah ceritera ini. Adi juga membantah berperan dalam pengadaan MA-60 dan ikut membujuk Kalla agar bertemu dengan manajemen Xi’an. “Saya hanya diminta menjadi penerjemah oleh Duta Besar Indonesia di Cina (Sudrajat),” kata Adi kepada Tempo pekan lalu. Adi menegaskan, acara pertemuan Kalla dengan Dacheng diatur Kedutaan Besar Indonesia di Negeri Panda. “Sebelum pertemuan, saya tak tahu siapa yang akan hadir karena memang tak terlibat dalam urusan pemerintah.”
    Sumber Tempo mengatakan, percaloan atau makelar dalam bisnis senjata atau pengadaan pesawat sudah biasa. Dalam perjanjian dengan Bank Exim Cina, pinjaman kepada pemerintah Indonesia sebesar 1,8 miliar renminbi atau US$ 232,4 juta. Bila dibagi dengan 15 unit MA-60, berarti harganya US$ 15,5 juta. Anehnya, Merpati membayar dengan harga US$ 11,2 juta per buah, atau US$ 168 juta. Pelatihan pilot, suku cadang, dan simulator itu seharusnya gratis dan bagian dari pelayanan Xi’an. “Jadinya sisanya lebih dari US$ 50 juta ke mana? Buat apa?”
    Rahmat Waluyanto enggan berkomentar. “Nanti suatu saat saya jelaskan,” katanya. Penjelasan datang dari Jhony. Menurut dia, pinjaman Merpati kepada pemerintah Indonesia benar senilai US$ 232,4 juta. Rinciannya harga per unit MA-60 sekitar US$ 14,1 juta plus suku cadang US$ 20 juta. “Itu sesuai dengan perjanjian Juni 2006,” ujarnya. Harga itu seolah-olah tinggi. Tapi, bila memperhitungkan pemberian pelatihan 140 orang pilot dan 150 teknisi, simulator, dan suku cadang lain, harga per unit MA-60 sebenarnya hanya US$ 11,206 juta. “Di mana penggelembungannya?”
    Padjar Iswara








Inilah Jusuf Wangkar, Staf Khusus SBY yang Mundur

INILAH.COM, Jakarta- Kabar mengejutkan datang dari Istana Kepresidenan. Menteri Sekretaris Kabinet Dipo Alam mengungkapkan Staf Khusus Presiden Bidang Pangan dan Energi Jusuf Gunawan Wangkar mengundurkan diri. Alasannya, ingin berkonsentrasi pada pekerjaan awalnya.
Mengejutkan? Tentu saja karena sebelumnya beredar nama Jusuf yang dikait-kaitkan dengan impor sapi atau impor bawang. Belum lagi ia juga disebut-sebut terlibat dalam proyek pengadaan pesawat Merpati (MA-60). Dalam proyek pesawat MA-60 ini, terjadi penggelembungan dana hingga US$40 juta.
Tentu saja, pihak Istana membantah pengunduran diri itu akibat keterkaitannya dengan pengadaan MA-60. Juru bicara presiden Julian Aldrin Pasha juga membantahnya. Dipo Alam hanya menyebutkan Jusuf ingin fokus ke pekerjaan awalnya.
Siapa Jusuf Gunawan Wangkar? Sebelum menjadi staf khusus Presiden SBY bidang Bidang Pangan dan Energi, Jusuf dikenal sebagai pengusaha yang dekat dengan SBY dan tentara. Bersama adiknya, Kasan Gunawan, Jusuf menjalankan perusahaan PT Jangkar Nusantara Megah, perusahaan yang memproduksi ransum tentara. Inilah perusahaan pemasok ransum untuk tentara.
Jusuf menggandeng Laksamana (Purn.) Widodo A.S sebagai komisaris di perusahaan tersebut. Widodo kemudian diangkat menjadi Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan.
Kedekatannya dengan tentara ini menjadikan Jusuf sebagai pemasok keperluan militer. Tidak hanya di dalam negeri, ketika TNI menerjunkan kontingen Garuda di bawah bendera PBB ke Bosnia, Jusuf dan perusahaannya juga ikut terbang. Tentu saja, Jusuf memasok ransum untuk mereka, yakni makanan halal untuk personel Garuda.
Siapa komandan pasukan Garuda di Bosnia ketika. Tentu saja, SBY. Ia adalah komandannya yang ketika itu masih menyandang bintang satu, berpangkat Brigadir Jenderal. SBY dan Jusuf terus bersama-sama hingga kemudian SBY menjadi Presiden. Dan, sebagai pemasok ransum, Jusuf dipercaya menjadi staf khusus bidang pangan dan energi.
Keberadaan Jusuf di lingkaran SBY juga menyentuh aktivitas Ibu Ani Yudhoyono. Jusuf disebut-sebut banyak membantu program Indonesia Pintar, yang digagas Ani Yudhoyono.
Perjalanan Jusuf di Istana terbilang mulus, namun itu bukan berarti tidak ada ganjalan. Nama Jusuf kemudian santer disebut terlibat dari pengadaan MA-60 yang merugikan negara. Jusuf dianggap menjadi broker pengadaan pesawat yang dinilai banyak kalangan itu tidak layak untuk Merpati.
Nama Jusuf Wangkar di kasus Merparti pertama kali disebut dalam sebuah siaran pers yang dikeluarkan sebuah serikat buruh. Selain itu, Ketua Indonesia Development Monitoring Munatsir, menyebutkan yang menjadi broker pengadaan pesawat ini adalah bukan perusahaan yang profesional di bidangnya, yakni PT Pelangi Golf yang dipimpin Mulyadi. Perusahaan ini berkantor di kompleks Pergudangan Pluit Blok A.
Di sinilah Jusuf berperan. Menurut Munatsir, untuk memuluskan proyek pengadaan pesawat Merpati itu, PT Pelangi Golf dibantu oleh Jusuf Wangkar. Karena pengaruh itu, mereka bisa memenangkan pengadaan ini walaupun bisnis intinya sama sekali tidak berada di bidang penerbangan.
Akibat kongkalikong dan mark up harga tersebut, Merpati harus menanggung utang yang begitu besar, baik kepada pemerintah maupun kepada swasta. [tjs]

PD Jadi Partai Cikeas, Itu Resiko Besar

Arief Setyadi - Okezone
Senin, 01 April 2013 05:10 wib









JAKARTA - Hasil Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat (PD) mengukuhkan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai Ketua Umum PD. Setelah itu, SBY akan merombak susunan jabatan dalam DPP PD. Namun, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) dipastikan aman dalam posisinya sebagai Sekjen PD.

Melihat hal itu, pengamat politik dari President University, Muhamad AS Hikam, menilai memang ini akan menimbulkan kesan publik bila partai ini merupakan partai Cikeas. Mengingat, Ibas diketahui merupakan putra bungsu SBY.

"Bisa saja publik menanggap Partai Demokrat seperti itu (Partai Cikeas)," katanya saat berbincang dengan Okezone, Minggu (31/3/2013).

Untuk itu, para fungsionaris PD harus segera memberikan justifikasi kepada SBY. Mengenai nama-nama yang memang seharusnya mengalami pergeseran jabatan di dalam partai pemenang pemilu itu. Sekaligus menerima saran SBY mengenai perombakan yang akan dilakukan tersebut. Meski nantinya, tetap publik yang akan menilai.

"Tapi kalau publik tetap mengatakan Demokrat sebagai partai Cikeas. Itu merupakan resiko yang besar bagi partai Demokrat," pungkasnya.

Seperti diketahui, dalam Kongres Luar Biasa (KLB) yang dihelat pada 30-31 Maret 2013 di Bali, SBY menunjuk tiga orang menjadi Ketua Umum Harian, Syarif Hasan, Ketua Dewan Pembina Harian, EE Mangindaan, dan Wakil Ketua Majelis Tinggi, Marzuki Alie. SBY juga akan melakukan perombakan jabatan fungsionaris DPP PD. Namun, SBY akan melakukan itu seusai pelaksanaan KLB dan akan diumumkan di Jakarta.

Sebelumnya, EE Mangindaan juga mengatakan, bila posisi Ibas di PD tidak masuk dalam pembahasan mengenai perombakan tersebut.

Berita Selengkapnya Klik di Sini


(hol)









Ini Kronologis Pencegatan Mobil Ani Yudhoyono

Marieska Harya Virdhani - Okezone
Minggu, 10 Februari 2013 00:36 wib











DEPOK- Ramainya kasus pajak keluarga Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berbuntut pada penangkapan mahasiswa dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia (UI) di Polres Depok, Jawa Barat. Mereka diamankan lantaran mencegat mobil yang ditumpangi Ibu Negara Ani Yudhoyono saat hendak menghadiri wisuda menantunya, Anisa Pohan di Balairung UI.

Berawal saat dua mahasiswa UI dari BEM dan Front Aksi Mahasiswa (FAM) berboncengan naik sepeda motor mencegat mobil Ani Yudhoyono di depan Fakultas Hukum UI. Mereka pun membentangkan spanduk yang bertuliskan 'Usut Tuntas Kasus Pajak Presiden SBY'.

Akibat kejadian tersebut, mobil Ani Yudhoyono sempat berhenti sambil memperhatikan aksi mereka. Kedua mahasiswa bernama Yudi dan Fauzan akhirnya diamankan oleh polisi.

"Sempat dibuka spanduknya, Yudi dari BEM, Fauzan dari FAM, masih menunggu hasil pemeriksaan," tukas mantan Ketua BEM UI, Faldo Maldini, di Polres Depok, Sabtu 9 Februari.

Faldo menegaskan jika tak ada masalah pajak, keluarga Presiden SBY tidak perlu risih menanggapi isu tersebut. Menurutnya, BEM UI hanya memanfaatkan momen kedatangan ibu negara untuk menyampaikan aspirasi.

"Ini jadi momentum Bu Ani datang, justru saya heran kok berani banget ke UI, ada momentum ya sekalian, ini momen yang tepat, sebelumnya kan mulai hilang karena tertutupi kasus Lutfi Hasan Ishaaq (LHI)," imbuhnya.
(tbn) 

Ratusan Pegawai Pajak Bisa Akses SPT Pajak SBY


TEMPO.COJakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono gerah ketika data pajaknya dan keluarga bocor ke publik. Di sela kunjungannya ke beberapa negara, dan singgah di Jeddah, Arab Saudi, sebelum melaksanakan ibadah umrah, Presiden SBY menyempatkan memberi tanggapan.

"Saya prihatin keluarga saya yang bekerja seperti ini, dengan harta yang bisa kami pertanggungjawabkan, dianggap tidak taat membayar pajak," kata SBY. "Ada yang (punya harta) triliunan, ratusan miliar, tidak beres bayar pajak, kadang-kadang luput dari perhatian. Ini ketidakadilan.”

Dalam pemberitaan Harian The Jakarta Post disebut SBY menerima Rp 1,37 miliar (US$ 143 ribu) selama 2011, selain Rp 107 juta pendapatan lain dari royalti.

Dari penghasilan itu, Presiden SBY menyetor pajak penghasilan pasal 21 sebanyak Rp 378,2 juta lebih. Lalu ada rekening bank senilai Rp 4,98 miliar dan US$ 589.188, yang dilaporkan sebagai perolehan pada tahun yang sama, tanpa penjelasan tentang asal-usulnya. Dari perincian itu, total aset Presiden SBY tertulis berjumlah Rp 7,367 miliar dan US$ 589.188.

Sementara putra sulung SBY, perwira menengah di Angkatan Darat, Agus Harimurti dalam laporan itu ditulis memiliki pendapatan Rp 70,2 juta lebih pada 2011, dan membayar pajak penghasilan Rp 2,76 juta. Tapi ada lima rekening yang dilaporkan berjumlah Rp 1,643 miliar, yang seluruhnya disebut perolehan pada 2011 dan tak dijelaskan asal-usulnya.

Adapun Edhie 'Ibas' Baskoro sebagai anggota DPR sejak 2009, mengaku memperoleh penghasilan Rp 183 juta pada 2010. Ia juga memiliki investasi senilai Rp 900 juta di PT Yastra Capital, setoran tunai sebesar Rp 1,59 miliar, dan setara kas sebesar Rp 1,57 miliar.

Ibas tidak menyatakan setiap penghasilan tambahan, seperti pembayaran dividen, sumbangan, saham, atau hasil investasi. Tapi ia disebut memiliki total aset sebesar Rp 6 miliar lebih, termasuk sebuah mobil Audi Q5 SUV senilai Rp 1,16 miliar.

Ihwal bocornya data SPT pajak Presiden SBY dan keluarga, di dalam Kantor Pajak keresahan menyebar. Sumber Tempo mengatakan pelacakan terhadap kemungkinan bocornya dokumen SPT itu digelar dengan cepat oleh Direktorat Teknologi Informasi Perpajakan bersama Direktorat Kepatuhan Internal dan Transformasi Sumber Daya Aparatur.

Mereka menyisir jejak elektronik terkait dengan akses ke informasi rahasia di server komputer penyimpan dokumen. “Hasilnya mengejutkan mereka sendiri,” kata sumber itu seperti dimuat Majalah Tempo edisi 11 Februari 2013. “Ternyata ada seratus lebih karyawan yang mengakses SPT yang diberitakan.”

Seratusan pengakses itu berasal dari kantor pusat ataupun karyawan di daerah yang masih memiliki kode login. “Kebanyakan pegawai level pelaksana, dan paling tinggi tingkat eselon III.”

Si empunya cerita melanjutkan, semua pegawai yang mengakses itu sudah dihubungi dan ditanya apa kepentingan mereka melongok data pajak Presiden. Kebanyakan dari mereka menjawab “hanya karena penasaran dan ingin tahu”.

Menurut dia, pegawai-pegawai itu tak bisa disalahkan karena mereka masuk ke sistem informasi dengan otorisasi resmi. “Jadi, yang bermasalah memang sistem dan manajemen pengamanannya.”

Direktur Teknologi Informasi Perpajakan Yoyok Satiotomo tak bersedia menjelaskan ihwal penyelidikan itu. “Saya tidak bisa memberikan keterangan apa pun soal ini,” ucapnya. “Tapi saya pastikan bahwa sistem kami aman. Data wajib pajak terjaga dengan baik.” (Baca selengkapnya diMajalah Tempo)

Y. TOMI ARYANTO | AYU PRIMA SANDIYOGYAKARTA--MICOM: George Junus Aditjondro tidak takut menulis buku yang menyatakan kemenangan Partai Demokrat dan SBY dalam pemilu 2009 tidak sah. Hal tesebut saat peluncuran buku Cikeas Kian Menggurita di kantor Galang Pres, Yogyakarta, Kamis (7/7).

"Itu risiko yang harus dihadapi," terangnya saat ditanya apakah dirinya tidak takut menulis buku ini.

Menurutnya, pertanyaan tersebut malah mengindikasikan bahwa yang bertanya tidak percaya terhadap hukum di Indonesia.

George sebelumnya pernah membuat gerah keluarga Cikeas lewat buku Gurita Cikeas. Ia pun sempat bersitegang dengan petinggi Partai Demokrat, Ramadhan Pohan. (AT/OL-04)



http://www.mediaindonesia.com/read/2011/07/08/240189/284/1/George-tidak-Takut-Sebut-Kemenenangan-Demokrat-tidak-Sah

Sumber : MEDIA INDONESIA
Kamis, 07/07/2011 19:30 WIB
Buku 'Cikeas Kian Menggurita' Menjadi Tantangan Penegak Hukum
Bagus Kurniawan - detikNews



Yogyakarta - George Junus Aditjondro kembali menulis buku yang menyentil Cikeas, tempat kediaman Presiden SBY. Buku ini tak hanya mengkritik berbagai kasus hukum yang tak pernah selesai, tapi juga memaparkan pelanggaran Pemilu 2009. Hasil investigasi George ini menjadi tantangan bagi para penegak hukum.

"Buku ini menantang siapa saja yang akan menegakkan hukum. Buku ini juga kajian ilmiah," kata Wakil Direktur Pusat Kajian Anti Korupsi (Pukat) Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM), Hifdzil Alim saat acara peluncuran buku Cikeas Kian Menggurita di kantor Penerbit Galang Press di Jl Mawar Tengah Baciro, Yogyakarta, Kamis (7/7/2011).

Menurut dia, berbagai kasus korupsi yang melibatkan sejumlah elit negeri ini tidak ada yang selesai secara tuntas. Meski semua mengandung kebenaran namun untuk masuk ke masalah hukum sangat sulit atau susah diselesaikan.

"Contohnya kasus Bank Century itu, tidak ada political will yang jelas untuk membongkar kasus korupsi tersebut atau kasus lain seperti mafia pajak. SBY mau tidak membongkarnya," ungkap Hifdzil.

Dia juga pesimis kasus korupsi di Kemenpora dengan tersangka mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, Nazaruddin, akan selesai. Dia bahkan memperkirakan Nazaruddin tidak akan pulang ke tanah air.

"Nazaruddin tak mau sendiri, dia tak akan pulang ke Indonesia atau diminta tidak pulang," katanya.

Buku setebal 204 halaman tersebut terbagi dalam enam bab. Pada bab pertama George memulai tulisan berjudul "Terbukanya Kotak Pandora". Di bab ini George mengawali tulisannya dengan tsunami politik yang berbarengan dengan gempa 8,9 skala richter (SR) dan tsunami di Jepang 11 Maret 2011. Media Australia memberitakan SBY telah menyalahgunakan kekuasaannya, seperti dilansir The Age dan Sidney Morning Herald. Dikutip dari kawat-kawat diplomatik kementerian luar negeri Amerika Serikat, SBY terlibat dalam korupsi yang luar biasa serta menyalahguakan kekuasaan atau abused of power.

Pada bab pertama itu George mengupas reaksi kroni-kroninya mulai dari kedekatan Tony Winata dengan SBY hingga merangkul Taufik Kiemas seperti yang diungkapkan oleh Wikileaks. Di Wikileaks, SBY ditulis mengintervensi Jaksa Agung terkait dugaan korupsi yang melibatkan Taufik Kiemas yang saat ini menjabat sebagai Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat. Kiemas dalam diduga terlibat terkait dugaan korupsi di sejumlah proyek seperti Jakarta Outer Ring Road (JORR), pengadaan rel kereta api ganda Merak-Banyuwangi dan lain-lain.

Pada bab dua, dia menulis dengan judul bab, Oligarki ekonomi, jejaring (cabal) ekonomi politik. Bab ketiga, skandal Bailout Bank century. Bab keempat mengenai pelanggaran-pelanggaran pemilu. Bab kelima kesimpulan dan bab terakhir atau keenam diberi judul 'So What'. Yang menjadi andalan tulisan George adalah di bab empat yang membahas mengenai pelanggaran-pelanggaran pemilu.

"Di bab empat ini yang jadi inti seluruh buku ini," kata George di tempat yang sama.


(bgs/adi)

http://strez.files.wordpress.com/2009/12/guritacikeas.pdf coba deh baca sendiri, sama ga isinya dengan buku aslinya ??? KITA TUNGGU TERBITNYA BUKU PUTIH PURI CIKEAS, SEMOGA TIDAK TERLALU BERLAMA-LAMA, dan SEMOGA JAUH LEBIH BERBOBOT DAN BENAR BERHASIL MENGHALAU SEMUA KEGALAUAN YANG TERJADI TERIMBAS TERBITNYA BUKU MEMBONGKAR SESUATU YANG TIDAK (minimal harus ada AUDIT INVESTIGASI LANJUTAN) JELAS ini.


Berita utama
Kamis, 22 Juli 2004
Kalau SBY Terpilih, Tanah Di Puri Cikeas Akan Laris
Puri Cikeas Indah, Komplek Kediaman SBY Dan Sejumlah Jenderal
radar sulteng : http://www.radarsulteng.com/berita/index.asp?Berita=utama&id=32475
Puri Cikeas Indah begitu akrab di telinga sejak SBY menjadi capres. Siapa saja tetangga SBY? Serta bagaimana penjagaan keamanannya?
Laporan: August Susanto

MATA awas memandang ketika mendekati gerbang Puri Cikeas Indah. Jangan harap langsung bisa masuk tanpa melaporkan kepada penjaga yang rata-rata berambut cepak dan berbadan tegap itu.

Melapor pun belum tentu bisa diloloskan. Semua tamu harus menjelaskan tujuannya secara detail serta akan menemui siapa. Setelah meninggalkan kartu identitas, para penjaga yang selalu serius akan mengontak tuan rumah yang akan kita temui. Begitu pemilik rumah oke, baru diijinkan masuk. Itu pun dengan kawalan dari salah satu penjaga itu.

Penjagaannya luar biasa ketat. Tak hanya pria cepak berbadan tegap yang memakai stelan safari itu. Sejumlah polisi berseragam juga ikut menjadi salah satu lapisan penjagaannya. Selain itu, masih ada lagi pos satpam di gerbang utama yang dihuni empat penjaganya.

Berlapisnya penjagaan itu, tak lepas dari para penghuni rumah yang berada di kawasan Timur Jakarta itu. Selain Jenderal (pur) Susilo Bambang Yudhoyono, di situ juga tinggal mantan KSAD Jenderal (Pur) Soebagyo HS.

Tepat di depan rumah SBY, bercokol rumah mantan Kasum TNI Letjen (Pur) Soeyono. Di sebelah kanan Soeyono, ditempati mantan perwira tinggi AU Marsma (Pur) Suratto. Di situ juga tinggal mantan Kaster Letjen (pur) Agus Widjojo. Persis di depan Agus Widjoyo, rumah Mayjen (pur) Djoko Besaman, mantan Pangdam Tanjung Pura.

Masih dalam komplek itu, ada juga rumah milik Mayjen Bambang Soetejo yang berada satu blok dengan Jenderal Soebagyo HS. Sedangkan milik Letjen (pur) M. Makruf, mantan Kassospol ABRI yang kini menjadi ketua Tim Kampanye Nasional SBY-Kalla masih dalam bentuk kavling tanah.

Lokasi Puri Cikeas Indah ini letaknya sangat terpencil, jauh dari hinggar bingar Jakarta yang panas. Untuk mencapainya lewat tol Jagorawi, arah Bogor. Keluar di gerbang tol Cibubur. Dari sini masih 8 kilometer arah Cileungsi. Bila datang dari Bumi Perkemahan Cibubur ke arah Cileungi, perumahan mewah ini di kanan jalan. Tepatnya di RW 5 Kelurahan Nagrak, Kecamatan Gunung Putri, Bogor.

Untuk menandai perumahan ini, pengembang hanya menancapkan sebuah papan sederhana berukuran 1 x 2 meter di pulau jalan bertuliskan Puri Cikeas Indah.

Pintu masuknya berupa gapura beton dengan sepasang burung elang di kiri kanan gapura tersebut. Sepintas, sepasang patung burung elang tersebut akan mengingatkan kita pada lambang burung garuda Swa Bhuana Paksa milik TNI-AU. "Mungkin karena saya ini pensiunan TNI-AU. Tapi patung itu tidak dimaksudkan untuk menyamai lambang TNI-AU tersebut," kataPengembang Puri Cikeas Indah, Marsma (pur) Suratto Siswomihardjo, yang juga tinggal di situ.

Begitu masuk kompleks kita akan melihat sederetan bangunan besar dan mewah di kanan-kiri jalan. Sepanjang jalan, di sisi kiri dan kanan, terdapat pohon palem besar membuat suasana di kompleks tersebut sangat sejuk. Belum banyak rumah yang dibangun di kompleks perumahan seluas 50 hektar tersebut.

Baru berdiri 8 rumah mewah saja. Rencananya, akan dibangun 50 rumah. Yang belum dibangun sudah dikavling-kavling. Setiap kavling paling kecil 1.500 meter persegi. Ada juga yang 5000 meter persegi.

Setiap rumah dilengkapi dengan pagar-pagar beton yang tinggi. Halamannya begitu luas. Bayangkan, satu rumah luas tanahnya paling kecil 1500 meter. Halaman yang luas itu dipenuhi oleh beraneka jenis tanaman. Berapa harga rumahnya? Sulit dinilai, karena pengembang hanya menjual kavling. Satu meter persegi Rp 800 ribu.

Kendati gerbang masuk penjagaannya sangat ketat, di setiap rumah juga masih ada gardu penjaga yang dihuni dua atau tiga satpam. Nah, mereka inilah yang terakhir memeriksa para tamu sebelum menemui tuan rumah.

Tidak terkecuali, rumah SBY yang berdiri di atas tanah 5 ribu meter persegi itu. Rumah milik mantan Menko Polkam itu terdiri atas dua bangunan utama. Masing-masing sebuah rumah induk dan sebuah pendopo yang terletak di samping kiri rumah utama.

"Sebagian besar penghuni kompleks ini mantan anggota TNI. Tapi ini bukan kompleks TNI, ada juga juga kok pengusaha dan pegawai swasta yang memiliki kavling disini," kata Suratto.

Suratto juga menjelaskan bahwa dirinya tidak pernah berniat membuat perumahannya eksklusif bagi purnawirawan perwira tinggi. "Mereka itu teman saya, jadi mereka beli kavling di sini begitu tahu saya membuat kompleks perumahan," kenangnya.

Lebih jauh mantan ketua Koperasi Primer TNI-AU itu, menjelaskan masalah keamanan memang menjadi perhatian utama. Sebab, sebagaian penghuni kompleks tersebut dulunya merupakan pejabat TNI yang selalu dikawal dengan ketat. "Kami menyiagakan 8 satpam yang menjaga kompleks ini siang dan malam secara bergantian," jelasnya.

Tidak hanya itu, Suratto juga menjelaskan pos pengamanan kompleks memiliki jaringan radio komunikasi dengan pos jaga di tiap-tiap rumah. "Jadi kalau ada apa-apa, satpam kompleks memanggil pos jaga di tiap-tiap rumah. Dan, mereka pasti datang membantu," katanya.

Lantas bagaimana dengan kehidupan sosial komples perumahan mewah yang sebagaian besar dihuni pejabat tinggi itu. Suratto yang juga bertindak sebagai RT itu mengaku tidak ada kendala. "Meski mereka pangkatnya lebih tinggi dibanding saya, tapi merekalah yang menyuruh saya untuk menghidupkan kegiatan di RT," katanya.

Mulai dari peringatan HUT kemerdekaan, kerja bakti sampai ronda malam semuanya berjalan dengan lancar di RT tersebut. "Mereka memang jarang keluar untuk jaga malam seperti itu, namun biasanya mereka mengirim utusan sebagai penggantinya," jelasnya.

Demikian juga dengan rapat RT, jangan bayangkan para petinggi TNI ini akan kumpul seperti Rapat Koordinasi di Mabes TNI, Cilangkap. Sebab, untuk rapat RT ini kebanyakan para petinggi tersebut mengirim utusan. Biasanya utusan tersebut adalah staf protokol atau ajudan. "Namun saya selalu telepon mereka untuk memberitahukan hasil rapat RT tadi," kata pria berkulit putih ini.

Suratto juga menjelaskan, kompleks yang dihuninya itu bahkan telah membangun sebuah masjid hasil gotong-royong dari penghuninya itu. "Masjid itu tidak hanya digunakan sholat oleh warga kompleks, tapi juga oleh warga Nagrak disekitar kompleks ini," ungkapnya.

Pria yang tercatat sebagai Ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Demokrat ini juga mengungkapkan bahwa keberadaan SBY di kompleksnya tersebut sangat menarik perhatian. Menurutnya sejak SBY masuk dalam bursa pilpres kian banyak orang yang berniat membeli tanah di kompleks perumahannya. "Apalagi kalau Pak SBY benar-benar jadi presiden, maka tanah disini bakalan laris," ujarnya dengan nada bergurau.

Hanya saja, Suratto mengaku terus terang bila nanti SBY keluar sebagai pemenang, maka harga tanah di kompleks tersebut akan dinaikkan. Bila sebelumnya tanah di kaplingan itu berharga Rp 800 ribu per meter persegi, nantinya akan dinaikkan menjadi Rp 1 juta permeter persegi. "Ini wajar, harga tanah disini Rp 1,2 juta permeter persegi," terangnya.(**)

Yang Kaya, yang Mengaku Miskin
Susilo Bambang Yudhoyono mendapat tambahan fulus dari royalti lagu ciptaannya, Prabowo Subianto mengandalkan kerajaan bisnisnya di mancanegara. Komisi Antikorupsi tak menelisik jauh.
RUMAH besar berdinding bata merah itu tampak megah di atas Bukit Hambalang, Desa Bojong Koneng, Kecamatan Babakan Madang, Bogor. Dibangun di atas lahan 4,8 hektare, rumah jembar bergaya joglo itu menempel dengan sejumlah istal berisi belasan kuda. Di sebelahnya ada sebuah arena pelatihan kuda beralas pasir putih.

Meski lokasinya sedikit terpencil, satu jam perjalanan dari pintu tol Sentul ke arah Babakan Madang, rumah itu dijaga ketat. Dua pos keamanan mengapit sisi depan dan belakang. Tak ketinggalan, kamera pengawas di sejumlah sudut. Para penjaga berkeliling dikawani anjing herder.

Pertengahan Mei lalu, empat petugas Komisi Pemberantasan Korupsi berkunjung ke sana, untuk memeriksa kekayaan sang empunya rumah: calon wakil presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Gerakan Indonesia Raya, Letnan Jenderal Purnawirawan Prabowo Subianto. Kepada Komisi, Prabowo mengaku memiliki harta senilai lebih dari 1,7 triliun. Dialah calon paling tajir yang ikut pemilihan presiden tahun ini.

”Namanya bergerak di bidang usaha, kadang hari ini bisa bagus, besoknya bisa saja tidak bagus,” kata Prabowo, menjelaskan lonjakan kenaikan hartanya. Pada 2004, dia melaporkan kekayaannya sekitar Rp 10 miliar. Sayangnya, hari itu Prabowo enggan membuka pintu rumahnya untuk jurnalis. ”Jangan dilihat-lihat dulu, masih berantakan,” katanya kepada sejumlah wartawan yang minta izin masuk seusai pemeriksaan KPK. Dia memang baru tiga bulan menempati vila Hambalang itu. Renovasi baru saja rampung.

Hasil lengkap penelusuran harta oleh komisi antikorupsi itu lalu diumumkan Komisi Pemilihan Umum, dua pekan kemudian, pada akhir Mei lalu. Di bawah Prabowo, ada calon presiden Partai Golkar, Jusuf Kalla (Rp 314 miliar), yang disusul calon presiden PDIP, Megawati Soekarnoputri (Rp 256,4 miliar), lalu Jenderal Purnawirawan Wiranto (Rp 84 miliar), dan Boediono (Rp 22 miliar). Di urutan buncit, ada calon presiden Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono, dengan total kekayaan senilai Rp 9,3 miliar (Rp 6,8 miliar plus US$ 246 ribu).

Setelah diverifikasi, nilai kekayaan Prabowo turun sekitar Rp 200 miliar menjadi Rp 1,57 triliun. ”Penurunan ini karena ada deposito yang baru dicairkan,” kata Muhammad Sigit, Direktur Komisi.

Villa di atas Bukit Hambalang plus sebuah rumah di Jalan Kertanegara 4, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, milik Prabowo bernilai Rp 24,1 miliar. Rumah lain yang digunakan Prabowo saat mencontreng pada pemilihan umum April lalu, di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, tidak dilaporkan. ”Itu rumah adiknya, Hashim Djojohadikusumo,” kata Sekretaris Jenderal Partai Gerindra, Ahmad Muzani, saat dimintai konfirmasi. ”Pak Prabowo memang punya kartu tanda penduduk yang beralamat di sana,” katanya.

Selain rumah, harta lain yang dilaporkan Prabowo adalah delapan unit mobil dan satu sepeda motor 4 tak senilai Rp 1, 98 miliar. Mereknya beragam, dari Toyota Land Cruiser, Mitsubishi, sampai Honda Lexus. Mobil Prabowo yang terakhir, sebuah Honda CRV, adalah hadiah undian dari Bank Rakyat Indonesia pada 2007. Semula, dia bermaksud menolak karena merasa tidak pernah membuka rekening di BRI. ”Belakangan, dia baru ingat pernah punya rekening di BRI untuk menampung uang pensiun dari tentara,” kata Muzani sambil tertawa.

Selain di BRI, Prabowo juga punya rekening di Bank Mandiri dan Bank Permata. Di luar negeri, Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia ini juga menyimpan fulus di sebuah bank di Malaysia. ”Untuk praktisnya saja, karena dia sering pergi ke sana,” kata Muzani. Total ada Rp 28,3 miliar harta Prabowo yang berupa kas dan giro. ”Di Bank Mandiri saja, ada tiga rekening,” katanya.

Bagian terbesar dari kekayaan Prabowo berupa saham dan surat berharga. Total nilainya Rp 1,5 triliun dan US$ 7,5 juta. Sejak diberhentikan dari dinas militer pada 1998, Prabowo memang banting setir menjadi pengusaha. Ia kini menjadi presiden dan chief executive officer (CEO) dari sejumlah perusahaan, antara lain Nusantara Energy (minyak dan gas bumi, batu bara), Tidar Kerinci Agung (perkebunan kelapa sawit), dan Jaladri Nusantara (perikanan).

Kantor PT Tidar adalah sebuah rumah besar bergaya klasik di Jalan Samudera 30, Padang. Tidak ada papan nama di depannya. Ketika Tempo berkunjung ke sana pada akhir April lalu, tiga mobil yang parkir di halaman depan seragam memasang stiker Partai Gerindra. Afrido Agus, Kepala Cabang PT Tidar, menjelaskan bahwa perusahaan produsen minyak sawit mentah ini memiliki lahan perkebunan 28 ribu hektare di Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Solok Selatan (Sumatera Barat), dan Kabupaten Bungo (Jambi). Produksinya mencapai 5-6 ribu ton minyak sawit mentah per bulan. Perusahaan yang didirikan oleh ayah Prabowo, Sumitro Djojohadikusumo, pada 1986 ini sekarang mempekerjakan lebih dari 4.000 karyawan.

”Di setiap kebun, kami punya pabrik pengolahan tandan segar kelapa sawit menjadi minyak,” kata Afrido. Karena itulah, kinerja keuangan PT Tidar tetap kinclong meski harga sawit sempat jatuh. ”Tandan segar memang turun harganya, tapi harga minyak tetap,” katanya. Dia menolak menyebutkan nilai keuntungan perusahaan itu setiap tahunnya.

Di luar negeri, Prabowo punya saham di sejumlah perusahaan di Prancis dan Argentina. Namun perusahaannya yang paling moncer di luar Indonesia adalah Karazanbasmunai, sebuah perusahaan migas yang berbasis di Kazakhstan, Eropa Tengah. Sejak perusahaan itu dibeli 12 tahun lalu, Prabowo berhasil menggenjot produksi minyaknya dari 12.500 barel menjadi 50.000 barel per hari. Cadangan minyak mentah ladang ini pun masih berlimpah: sekitar 340 juta barel.

Yang unik, Prabowo juga mencantumkan 94 ekor kuda dan ratusan kambing ettawa dalam laporan harta kekayaannya. Total nilainya Rp 5 miliar. ”Kalau diambil rata-rata, total harga semua kudanya sekitar Rp 3 miliar,” kata Muzani. Sementara peternakan kambing adalah program yang dirintis Prabowo ketika menjadi Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia. Di sana kambing ettawa asli dari kawasan Jamnapari, India, dikawinkan dengan kambing lokal. ”Semua kambing diberikan cuma-cuma kepada koperasi yang mau,” kata Muzani. ”Sementara susunya juga diambil gratis oleh penduduk sekitar,” katanya.

Meski mengkilap, bukan berarti kerajaan bisnis Prabowo luput dari masalah. Desember tahun lalu, salah satu perusahaannya, PT Kiani Kertas—kini berganti nama menjadi Kertas Nusantara—digugat pailit di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. Penggugatnya Allied Investment Ltd., sebuah perusahaan investasi dari Hong Kong, Cina. Allied menuding perusahaan produsen kertas itu lalai melunasi pinjamannya US$ 20 juta. Namun, pekan lalu, mendadak penggugat mencabut tuntutannya. ”Kami sedang dalam proses berdamai,” kata kuasa hukum Allied, Tisye Erlina Yusuf.


TIDAK sembarang orang bisa memasuki kompleks perumahan Puri Cikeas Indah, di Desa Nagrak, Kecamatan Gunung Putri, Bogor. Petugas pengaman akan langsung mencegat mereka yang main selonong. Tanpa janji, jangan harap bisa melenggang.

Kompleks perumahan seluas 25 hektare yang awalnya dikembangkan oleh Marsekal Madya Purnawirawan Suratto Siswodihardjo pada 1994 ini memang kawasan perumahan elite. Sejumlah purnawirawan militer seperti Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Letnan Jenderal Purnawirawan Agus Widjojo, Letnan Jenderal Purnawirawan Soeyono, dan Jenderal Purnawirawan Subagyo Hadi Siswoyo tinggal di situ.

Karena itu, banyak yang meragukan laporan harta kekayaan berupa tanah dan bangunan Yudhoyono yang ”hanya” Rp 2,4 miliar. Seorang staf pemasaran real estate yang dihubungi Tempo pekan lalu menaksir harga komersial tanah di Puri Cikeas sekarang Rp 1,5 hingga 2 juta per meter persegi. Jika benar rumah SBY berdiri di atas lahan seluas 5.000 meter persegi, nilai pasaran tanahnya saja sudah sekitar Rp 10 miliar.

Subagyo Hadisiswoyo, yang dihubungi pekan lalu, membenarkan. Subagyo mengaku membeli kaveling tanah di Puri Cikeas Indah pada 1995 dengan harga Rp 35 ribu per meter persegi. ”Waktu itu jalan masuknya saja belum diaspal,” katanya. Sekarang, dia yakin nilai tanahnya sudah naik berkali-kali lipat.

Pengembang Puri Cikeas, Suratto Siswodihardjo, menjelaskan SBY membeli tanah di Cikeas sekitar 1995 dengan mencicil. ”Waktu itu dia masih kolonel,” katanya.

Juru bicara kepresidenan, Andi Mallarangeng, menegaskan bahwa Yudhoyono mengisi laporan harta kekayaannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. ”Jadi, harga taksiran yang digunakan ya sesuai dengan permintaan KPK,” katanya.

Kenaikan nilai harta Yudhoyono sebesar Rp 1,8 miliar dalam dua tahun, menurut Andi, wajar saja. ”Jumlah itu sesuai dengan pendapatannya,” kata Andi, Jumat pekan lalu. Sebagai presiden, pendapatan SBY adalah Rp 62,7 juta per bulan. Jika dana itu ditabung saja, selama lima tahun memerintah, terkumpul duit sekitar Rp 3,75 miliar. ”Selain itu, ada penghasilan tambahan dari royalti lagu ciptaan SBY sebesar Rp 40 juta,” katanya. Album lagu-lagu SBY berjudul Rinduku Padamu terjual 40 ribu keping di seluruh Indonesia.

Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Muhammad Jasin menerangkan bahwa patokan harga yang dipakai Komisi untuk menaksir harga tanah dan bangunan adalah nilai jual obyek pajak (NJOP). ”Banyak sekali kasus di mana NJOP terlambat mengikuti nilai pasar,” kata Jasin. NJOP untuk tanah di Cikeas adalah Rp 400 ribu/meter persegi.

Jasin juga mengingatkan bahwa KPK tidak melakukan investigasi atas laporan kekayaan para calon presiden. ”Ini hanya data awal, yang kelak akan dibandingkan dengan harta kekayaan mereka di masa depan, jika terpilih,” katanya.

Wahyu Dhyatmika, Ismi Wahid, Amandra Megarani, Cheta Nilawaty, Sutarto (Jakarta), Febriyanti (Padang), S.G. Wibisono (Balikpapan)
Pengurus Yayasan Saling Lempar soal Dana Joko Tjandra
Senin, 04 Januari 2010 | 07:39 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Pengurus Yayasan Kesetiakawanan dan Kepedulian saling lempar soal sumbangan dana Rp 9 miliar dari pengusaha Joko Sugiarto Tjandra, yang kini menjadi buron.

Ketua Umum Yayasan Arwin Rasyid mengaku tidak mengetahui ada aliran dana dari kocek Joko Tjandra. "Sebagai ketua umum, saya hanya bertugas mengelola dana yang diamanatkan kepada saya."

Menurut Arwin, selama ia memimpin yayasan, dana yang dihimpun sekitar Rp 100 miliar. Dana itu berasal dari banyak pengusaha. "Soal detailnya, yang tahu Ketua Dewan Pembina (Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto)," kata Arwin kepada Tempo, Rabu pekan lalu.

Arwin menambahkan, dana yang dikumpulkan yayasan sudah disalurkan ke masyarakat melalui berbagai kegiatan sosial di bidang kesehatan, kesenian, dan pendidikan.

Dalam buku Membongkar Gurita Cikeas, George Junus Aditjondro menuding Yayasan Kesetiakawanan sebagai salah satu yayasan penyokong kemenangan Susilo Bambang Yudhoyono dalam pemilihan presiden. Yayasan tersebut telah memobilisasi dukungan politik dan ekonomi untuk kemenangan Yudhoyono. Aditjondro antara lain mempersoalkan aliran dana Rp 1 miliar dari Joko Tjandra, buron kasus cessie Bank Bali, ke yayasan tersebut.

Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto membenarkan ada sumbangan Joko Tjandra ke Yayasan Kesetiakawanan. "Benar, memang ada aliran dana tersebut," ujar Djoko kepada Tempo melalui telepon, Senin pekan lalu.

Namun, ia menyangkal anggapan bahwa dana tersebut dipakai untuk kampanye pemenangan pasangan Yudhoyono-Boediono dalam pemilihan presiden. "Omong kosong kalau itu terkait dengan dana kampanye," ujar Djoko.

Djoko juga membenarkan bahwa yayasan yang ia dirikan bersama bekas Kepala Kepolisian RI Sutanto dan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro pada Februari 2008 itu memang menerima sumbangan dari berbagai pihak. "Saat (yayasan) didirikan, saya meminta beberapa kawan untuk bergabung," ucapnya.

Semua dana yang masuk ke rekening yayasan, menurut Djoko, kemudian dikelola oleh bendahara yayasan. "Sebagai dewan pembina yang mendirikan yayasan, saya tidak terlibat dalam operasional," ujarnya. "Tapi saya pastikan setiap tahun dana yang masuk diaudit."

Khusus sumbangan Joko Tjandra, menurut Djoko, juga sudah dijelaskan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi ketika KPK menanyakan aliran dana tersebut kepada yayasan.

Pada kesempatan terpisah, Djoko mengatakan bahwa juru bicara kepresidenan, Dino Patti Djalal, tengah mengurus pembuatan buku putih untuk jawaban tuduhan Aditjondro. Tapi kemarin Dino membantah jika disebut sedang menyusun buku putih. "Yang sedang saya siapkan adalah buku tentang nation building, tidak ada kaitannya dengan buku George," kata Dino melalui telepon.

BOBBY CHANDRA | TITIS SETIANINGTYAS | BUNGA MANGIASIH | JAJANG

Kamis, 13 September 2018

buat yang mau baca gurita cikeas & makin mengGURITA (2)



TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Sebuah artikel media asing yang menuding ada konspirasi kejahatan di era SBY memancing komentar Wasekjen Partai Demokrat, Andi Arief.

Dilansir dari laman Twitternya, Andi Arief dengan tegas menyebut bahwa artikel tersebut adalah hoax.

Diberitakan sebelumnya, artikel dari media asing Asia Sentinel itu memaparkan soal adanya konspirasi keuangan di era kepemimpinan SBY.


Pembahasan dalam artikel itu pun diawali dengan membahas perihal kasus Bank Century.

Dalam artikel Asia Sentinel tersebut, Bank Century yang telah berganti nama menjadi Bank Mutiara itu disebut sebagai "Bank SBY," karena diyakini berisi dana gelap untuk menunjang Partai Demokrat, yang dipimpin oleh SBY.

Tak hanya itu, tulisan mengenai sumber dana Bank Century hingga adanya rekayasa laporan di era SBY juga diulas dalam artikel tersebut.

Karenanya, Andi Arief dengan segera menyebut bahwa artikel tersebut adalah hoax.

Andi Arief juga menyebut bahwa artikel tersebut telah menyudutkan SBY.

• Lina Buka Suara Soal Foto dengan Pria Berkacamata, Hingga Bandingkan dengan Kelakuan Masa Lalu Sule

Meski tak secara gamblang menjelaskan alasan stigma hoax yang tadi diungkapkannya, Andi Arief justru langsung meminta Sri Mulyani untuk buka suara.

Dilansir dari laman Twitternya, Andi Arief meminta kepada menteri keuangan Sri Mulyani agar menjelaskan kepada publik terkait tudingan terhadap SBY tersebut.

"Tentang Artikel hoax yang menyudutkan SBY dan pemerintahannya di Asia Sentinel: kami berharap Ibu Sri Mulyani yang masih di dalam kekuasaan bisa menjelaskan ke publik. Sri Mulyani sudah gamblang jelaskan ini di Pansua DPR dan persidangan KPK," tulisnya.

Cuitan Andi Arief
Cuitan Andi Arief (Twitter @andiarief__)
Diberitakan sebelumnya, dilansir TribunnewsBogor.com dari TribunWow.com tulisan John Berthelsen berdasarkan dari laporan hasil investigasi setebal 488 halaman.

Laporan investasi itu merupakan gugatan yang dilayangkan Weston Capital International ke Mahkamah Agung Mauritius pekan lalu.

• Di Samping Prabowo, AHY Bahas Soal Politik Dua Kaki Demokrat

Laporan berupa analisis forensik atau barang bukti yang dikumpulkan oleh tim penyidik ​​dan pengacara di Indonesia, London, Thailand, Singapura, Jepang dan negara-negara lain tersebut juga dilengkapi 80 halaman afidavit atau keterangan di bawah sumpah.

Laporan ini juga melibatkan serangkaian penyelidikan di lembaga keuangan internasional termasuk Nomura, Standard Chartered Bank, United Overseas Bank (Singapore) dan lain-lain.

Laporan itu menyebut banyak penipuan dan korupsi yang terjadi di pusaran PT Bank Century Tbk.

Bank Century pun kemudian direkapitalisasi pada tahun 2008 dan berganti nama menjadi Bank Mutiara.

Tak hanya menuding adanya banyak penipuan di pusaran Bank Century, artikel tersebut juga mengungkap hal lain.

Dalam artikel disebutkan bahwa Bank Mutiara juga disebut sebagai "Bank SBY," karena diyakini berisi dana gelap untuk menunjang Partai Demokrat, yang dipimpin oleh SBY.

• Suaminya Dikabarkan Selingkuh dengan Lina, Istri Sah Bongkar Kecurigaan Sejak 2017: Pergi dari Rumah

Penipuan tersebut melibatkan dana misterius sebesar ¥ 97.682 milyar (USD 989.1 juta) atau sekitar 14 triliun yang ditawarkan grup keuangan J Trust di Tokyo pada tahun 2013.

Sumber dana tak wajar ini disebut memberi J Trust sumber daya untuk membeli Bank Century, yang dulunya diambil alih oleh pemerintah, direkapitalisasi setelah ratusan jutaan dolar dicuri, dan berganti nama menjadi Bank Mutiara pada tahun 2009.

Namun ternyata sumber dana J Trust, di Bursa Saham Tokyo, tidak pernah diidentifikasi.

Menurut laporan tersebut, rekayasa itu sudah dimulai sejak awal pemerintahan SBY pada 2004 dengan pembentukan Bank Century sebagai merger Bank Pikko, Bank Danpac dan Bank CIC.

Selanjutnya, Bank Century menjadi gudang penyimpanan jutaan dolar uang yang dikendalikan SBY dan Partai Demokrat.

Sebagaimana pemberitaan Asia Sentinel, sebuah kelompok gabungan 30 pejabat di pemerintah Indonesia telah bekerja sama selama 15 tahun untuk mencuri, melakukan pencucian uang dan menyembunyikannya hingga mencapai lebih dari USD 6 miliar.

Kejahatan itu dilakukan atas dasar perintah Presiden SBY dan Boediono.



Artikel ini telah tayang di tribunnewsbogor.com dengan judul Media Asing Tuding Ada Konspirasi Kejahatan di Era SBY, Andi Arief Minta Sri Mulyani Buka Suara, http://bogor.tribunnews.com/2018/09/13/media-asing-tuding-ada-konspirasi-kejahatan-di-era-sby-andi-arief-minta-sri-mulyani-buka-suara?page=all.
Penulis: khairunnisa

Editor: Vivi Febrianti

🌺🌺🌺

The Indonesian government that left power in 2014 was a vast criminal conspiracy that stole as much as US$12 billion from taxpayers and laundered it through international banks, with as many as 30 officials in on the scheme, according to a massive 488-page investigation filed with the Mauritian Supreme Court last week.
The report, a forensic analysis known as a testament in evidence, was compiled by a task force of investigators and lawyers in Indonesia, London, Thailand, Singapore, Japan and other countries, that was filed along with an 80-page affidavit containing the allegations. It also implicates a string of international financial institutions including Nomura, Standard Chartered Bank, United Overseas Bank (Singapore) and others.
Bank Century the Start
Much of the fraud is alleged to revolve around the creation and subsequent failure of the notorious PT Bank Century Tbk, which capsized spectacularly in 2008 and which was colloquially known as “SBY’s bank,” a reference to then-President Susilo Bambang Yudhoyono because it was believed to contain slush funds tied to the Democratic Party, which Yudhoyono heads. The bank was recapitalized in 2008 and renamed Bank Mutiara.
The current fraud involves a mysterious ¥97.682 billion (US$989.1 million) rights offering by the J Trust financial group in Tokyo in 2013, which gave J Trust the resources to purchase Bank Century, which was taken over by the government, recapitalized after hundreds of millions of dollars were stolen, and renamed Bank Mutiara in 2009.
The sources of the J Trust rights offering, on the Tokyo Stock Exchange, have never been identified. The proceeds were supposed to be used by J Trust to purchase Bank Mutiara from the LPS in 2014.
The Mauritius-based Weston International Capital Ltd was a thwarted suitor in that auction  along with several other banks. The 488-page analysis accuses Indonesian officials of rubberstamping the purchase and assessing J Trust officials as “fit  and  proper”  to  run  the bank although they supposedly had never run a retail commercial bank and in fact had been involved in the huge Livedoor Credit scandal in 2005 in Tokyo.
Did J Trust get it Free?
As Asia Sentinel has reported, there is no evidence that J Trust ever paid off the US$366.67 million to buy the bank. LPS records indicate that J Trust actually paid only 6.8 percent of that amount, or US$24.14 million upfront, and that was 33 days after the alleged sale date. The remainder was covered via Bank Indonesia  by a sharia loan promissory note through the LPS for the remainder.  In 2015, according to LPS records, the insurance corporation wrote down Rp3.065 trillion (US$230.65 million) on the sharia promissory note to zero.
The plaintiffs allege that the Bank Mutiara sale was “conspiratorially executed through an illegal, private, nontransparent share purchase agreement” designed by Kartika Wirjoatmodjo, Indonesia’s top banker, and others “with the real intention of plundering the LPS treasury and insurance reserves in amounts exceeding US$1.05 billion over 10 years “in order to unjustly enrich kleptocrats while defrauding  the state of Indonesia and priority creditors, namely the plaintiffs.”
Kartika Wirjoatmodjo
Weston, which commissioned the report, has waged a bellicose five-year legal campaign in courts across the world to reclaim what it alleges is US$620 million stolen from it from 2008 to 2015. Weston alleges they were cheated through the fraudulent Mutiara sale ”prompting concealment, embezzlement and money laundering” led by Indonesia’s Bank Deposit Insurance Corporation and its former CEO, Kartika, now CEO of PT Bank Mandiri, Indonesia’s largest bank. Subsequent claims by Weston and its subsidiaries in a barrage of lawsuits have run their demands to more than US$1.24 billion.
KPK on the trail
Asia Sentinel’s three-year series of stories on the affair in 2017 triggered an ongoing investigation by the Indonesian Corruption Eradication Commission (KPK) into the activities of the  Bank Deposit Insurance Corporation, an independent private-sector institution that insures depositor funds that is known by its Indonesian acronym LPS.  A source told Asia Sentinel last week that the probe, involving officials including the highly respected Kartika, who is president of the Indonesian Bankers Association, and is still moving forward.
It is extremely doubtful if not outright fanciful to think Yudhoyono would ever be prosecuted in Indonesia if indeed he were implicated, Indonesian sources say unanimously.  However, Boediono, the former governor of Bank Indonesia, the country’s central bank may be another story as far as the KPK is concerned.
In the current case filed by Weston units in Port-Louis, Indonesian authorities insist that the Mauritian courts have no jurisdiction over the matter. Weston has filed objections stating the Mauritian Supreme Court does have authority and the High Court of Singapore is said to be close to ruling on the point of law.
US G-Men on the trail
The alleged conspirators may face bigger trouble from the US Treasury and Justice Departments because of reports of laundering of funds through the US-dollar SWIFT electronic transfer system, through which almost all of the world’s financial transactions pass. The Treasury Department has initiated a wide-ranging campaign against money laundering across the globe, headed by Marshall Billingslea, Assistant Secretary for Terrorist Financing and Financial Crime, in an attempt to stop the flow of billions of dollars that wash through the financial system every day.
Sources say the US officials are now beginning to look at Indonesian transactions, especially those that passed through Standard Chartered Bank (Singapore), Wells Fargo (NY), United Overseas Bank (Singapore) and the Cyprus branch of FBME, the notorious Tanzanian bank that was shut in by the Financial Crimes Enforcement Network, or FinCEN, a unit of the Treasury Department in 2014.
It was US investigators for the Justice Department who played the dominant role in compiling evidence against Prime Minister Najib Razak of Malaysia and other principals in the looting of the state-backed 1Malaysia Development Bhd.  As with the 1MDB affair, large amounts of the Bank Century money are believed to have been invested in California real estate.
In fact, the 488-page testimony in evidence report made available to Asia Sentinel outlines fraud many times bigger than has ever been described before. According to the report, the affair harkens back to the creation in 2004 of Bank Century. The bank is alleged to have been the repository of hundreds of millions of dollars controlled by Yudhoyono, known universally as SBY, and the Democratic Party, which he headed.  Yudhoyono came to power on a reformasi platform and was regarded as a considerably more able and honest chief executive than his predecessors.
A ”collective primary group of 30 Republic of Indonesia government executives” collaborated for more than 15 years “in an effort to steal, launder and conceal over US$6 billion of crimes under the orders of the previous President of Indonesia, and former Bank Indonesia Governor and ROI Vice President Boediono,” the report says.  
Bank Indonesia and the LPS have allegedly acted as “concealers and co-conspirators” since 2003, operating as a “perfect organized criminal group as defined…under the United Nations Convention Against Corruption (“UNCAC”) and the United Nations Convention Against Transnational Organized Crime (“UNTOC”).
Five phases
In fact, the report states the theft took place over five different phases, beginning with Bank Indonesian regulatory malfeasance and failure to regulate, but then moved into consecutive stages, with the LPS, the central bank and the Financial Services Authority of Indonesia, among others, involved in “embezzlement, theft, fraud, bribery, concealment, statutory audit fraud and money laundering” of unprecedented proportions.
Although the Bank Century scandal has been covered exhaustively in both domestic and international media, the report raises new allegations, reporting that Bank Century was fraudulently created and licensed in the first place, with its assets inflated by worthless notes contributed from Nomura International PLC units as well as promissory notes from its then-bank president, Robert Tantular, and his associates.
When the global financial system crashed in 2008, Indonesia’s Financial System Stability Committee (KSSP) led by Central Bank Governor Boediono and others increased US$75 million of emergency capital injections  to the equivalent of US$732.66 million to try to save the bank. Immediately more than US$290 million of slush funds and illegal campaign bribes were laundered out of Bank Century and into Bank Central Asia, Bank J P Morgan, Bank Danaman and Bank Mandiri, according to an Indonesian State Audit Bureau Report dated Dec. 23, 2011.
According to the report, accounts at Bank Century were allegedly forged to bear the name of Budi Sampoerna, the tobacco magnate and one of Indonesia’s richest men.  In fact the accounts eventually totaling US245 million although Sampoerna allegedly maintained only Rp196.874 billion (US$13.12 million at current exchange rates) in the Bank.  
According to the Indonesian Audit Board, principal owner Tantular and other Bank Century officials created more than 2,000 fake accounts for Tantular alone to inflate Bank Century’s fraudulent loan portfolio using the phony Nomura securities to support capital adequacy ratios required by Bank Indonesia. 
In fact, the report alleges, “Bank Century and Robert Tantular were handpicked…to safeguard illegally allowed campaign funds and when it was discovered in 2008 that Tantular had stolen over US$500 million from Bank Century… a team of government kleptocrats led by Bank Indonesia, the LPS, Financial Services Authority and the Ministry of Law and Human Rights were sent into the bank to try to clean up the mess, return illicit campaign funds held in forged Budi Sampoerna accounts and lay all of the blame on Tantular’s partners, Rafat Ali Rizvi and Hesham Al Warraq, who to this day are falsely blamed for Tantular’s theft, embezzlement and money laundering of US$365 million.
Robert Tantular
“The story of the LPS/Bank Indonesia conspiracy to defraud the ROI and Bank Century creditors of more than US$6 billion from 2004 to 2018 begins here,” the report continues.
Despite the theft of an estimated US$36 billion by the country’s onetime leader Suharto, the report calls the subsequent events “the greatest kleptocratic theft in Indonesia’s history” and describes a conspiracy to loot and launder the bank deposit insurance unit’s treasury, including by “LPS Executives, Bank Indonesia Governors and Deputy Governors, Financial Authority/OJK Commissioners and Ministry of Law and Human Rights Ministers and Deputy Ministers in conjunction with Bank Century/Bank Mutiara/Bank JTrust Commissioners, Directors and Executives in partnership with Tantular and the Tantular family.”
Huge House of Cards
The report describes a huge house of cards made up of valueless notes and commercial paper issued by Nomura Bank units, fraudulent promissory notes by Tantular and Nomura amounting to more than US$11 billion of allegedly worthless instruments between 2003 and 2008, all relying on inflated monthly Standard Chartered Bank (Singapore) Net Asset Values that were never verified by Bank Indonesia regulators including former Deputy Gov. Budi Mulya and Gov. Abdullah, both convicted of bribery, money laundering and embezzlement.  
First Global Funds Ltd, a Weston affiliate, claimed in a lawsuit filed in 2016 that Nomura Bank helped to defraud the system of US$732 million through the issuance of securities bearing no value from inception. Nomura executives to this day claim they had no knowledge of what backed the securities to Bank Century in exchange for tens of millions of US dollars of underwriting and placement fees.  
Weston, in suits filed in courts across the world, alleges that the Indonesians laundered the stolen money out in both US dollars and rupiah via the SWIFT system through US and UK banks including Wells Fargo, Wachovia Bank, HSBC, Standard Chartered Bank, United Overseas Bank, Bank Raykat Indonesia, Bank Negara Indonesia, Bank Central Asia (Indonesia), ANZ Bank, National Australia Bank (NAB), Citibank Indonesia, New York and Hong Kong and multiple other smaller banking and brokerage institutions.
In the meantime, Bank JTrust Indonesia appears to have turned into a money-losing machine of astonishing proportions.  
John Berthelsen is Asia Sentinel’s editor
🌻

liputan 6: SBY menuding apa yang dilakukan oleh pengacara Setya Novanto, Firman Wijaya, dengan menyeret namanya ke dalam pusaran skandal e-KTP sebagai fitnah dan mencemarkan nama baiknya. Tidak terima dengan hal ini, SBY pun melaporkan Firman ke Bareskrim Polri pada Selasa 6 Februari 2018.

Presiden ke-6 RI itu juga mempermasalahkan sikap Setya Novanto (SN) yang dinilai sengaja memperlihatkan buku hitamnya untuk menyudutkan dirinya.

SBY pun menantang pihak Setnov untuk membuktikan keterlibatannya. Dia juga menyebut akan berjihad untuk mencari keadilan.

"Biarlah ini saya selesaikan. Ini perang saya. This is my war. Perang untuk keadilan. Yang penting bantu saya dengan doa. Mohon pada Allah, mohon pada Allah, saya diberikan kekuatan dan pertolongan oleh Allah," kata SBY saat memberikan klarifikasi, Selasa 6 Februari 2018 di kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta Pusat.


Setya Novanto memang diketahui selalu membawa buku catatan dalam setiap persidangan. Buku catatan bersampul hitam, yang kemudian disebut 'buku hitam' itu terpantau dibawa sejak sidang yang mengagendakan pembacaan nota keberatan atau eksepsi.

Apa sih isi buku itu? Benarkan di dalamnya ada informasi dan nama-nama yang diduga menerima bancakan proyek e-KTP, yang dihimpun Setnov untuk melanggengkan langkahnya menjadi justice collaborator?

Saat dikonfirmasi, pengacara Setya Novanto, Maqdir Ismail mengatakan, buku itu berisi catatan persidangan.

"Sepanjang yang saya tahu, buku catatan Pak SN itu berisi catatan Beliau atas keterangan saksi, terutama keterangan saksi di persidangan. Kalau ada yang bereaksi keras, menurut hemat saya, tidak sepatutnya sebelum ada klarifikasi," kata Maqdir kepada Liputan6.com, Rabu (7 /2/2018 ).

Maqdir juga menegaskan bahwa apa yang terjadi dalam persidangan, yang memunculkan nama SBY, bukan lantaran sengaja menyeret orang lain dalam pusaran kasus e-KTP.

"Saya tidak melihat adanya intensi dari kami, termasuk Pak Firman untuk menarik orang lain ikut tengggelam dalam perkara ini. Apalagi mau merusak harkat dan martabat Pak SBY," papar Maqdir.

Sepanjang sidang, buku hitam di tangan Setya Novanto menerbitkan rasa penasaran. Mantan Ketua DPR itu beberapa kali terlihat menggoreskan beberapa catatan dalam buku itu saat mendengar tanya jawab saksi, baik dengan majelis hakim maupun dengan jaksa.

Belakangan, pada sidang Senin 5 Februari 2018, awak media berhasil melihat sedikit dari isi buku hitam itu.



1 of 4
Nama Nazaruddin dan Ibas
Edhie Baskoro Yudhoyono
Edhie Baskoro Yudhoyono menghadiri konferensi pers Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di DPP Partai Demokrat, Jakarta, Selasa (6/2). (Liputan6.com/JohanTallo)
Ketika terdakwa kasus dugaan korupsi proyek pengadaan e-KTP itu membuka buku hitamnya, tak lama setelah tiba di Pengadilan Tipikor, Jakarta Pusat, terlihat ada nama mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin.

Menyadari awak media melihat catatannya, mantan Ketua Umum Partai Golkar itu langsung menutup bukunya.

"Enggak ada," kata Setya Novanto.

Meski Setnov menutup rapat-rapat buku hitamnya, namun awak media terlanjur mengetahui isinya. Selain nama Nazaruddin, di dalam buku itu juga terlihat nama Ibas, putra bungsu SBY yang bernama lengkap Edhie Baskoro Yudhoyono.

Apakah catatan dalam buku hitam itu akan digunakan Setnov untuk membongkar pelaku lain dalam kasus e-KTP, agar permohonannya menjadi justice collaborator (JC) dikabulkan KPK?

"Tanyakan ke Pak Nov (Setya Novanto)," jawab Firman Wijaya saat ditemui di kantor YLBHI, Rabu (7/2/2018) malam.

Sementara Maqdir mengatakan, KPK lebih mengetahui hal itu. "Kita sudah sampaikan ke KPK, sekarang tinggal KPK. KPK sudah tahu apa yang akan disampaikan oleh Setya Novanto, tinggal KPK saja," ucap Maqdir tanpa bersedia merinci lebih lanjut.

Terkait itu, pengacara Yudhoyono, Ferdinand Hutahahean, mengatakan terlalu jauh jika mengaitkan proyek e-KTP dengan SBY dan Ibas.

"Upaya mengaitkan Ibas di proyek e-KTP ini agak janggal, karena dari banyak saksi yang diperiksa, nama Ibas kan tidak pernah ada disebut. Memang kita mengakui ada beberapa nama dari Fraksi Demokrat dulu, tetapi nama Ibas enggak ada karena pada saat itu Ibas tidak ada di Komisi II," kata Ferdinand.

"Ibas waktu itu bukan di Komisi II, jadi yang ditulis itu omong kosong saja dan itu bukan Mas Ibas," imbuh dia.

Ferdinand berusaha meyakinkan bahwa apa yang dilihat di buku Setnov itu keliru.

"Ah itu kan belum tentu Ibas, bisa saja namanya Abas kali, bukan Ibas. Belum tentu, masa tulisannya ditebel-tebelin?...Coba tanya Setya Novanto dulu, kalau dia bilang itu Ibas, nah baru kita mengambil langkah-langkah untuk itu," kata dia.

Ferdinand menuding apa yang dilakukan Setnov itu hanya untuk mengejar niatnya menjadi justice collaborator KPK.



2 of 4
Buka-bukaan Atau....
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memberikan keterangan pers di DPP Partai Demokrat, Jakarta, Selasa (6/2). (Liputan6.com/JohanTallo)
Setya Novanto disebut-sebut sebagai salah satu aktor utama kasus korupsi e-KTP, yang diduga merugikan negara Rp 2,3 triliun ini.

Namun selama ini, Setya Novanto selalu bungkam dan mengaku tidak terlibat kasus tersebut.

Dan tiba-tiba saja pada Januari 2018, Setnov mengungkapkan keinginannya untuk menjadi justice collaborator. Setnov bahkan telah mengajukan permohonan resmi kepada KPK. Hal ini diketahui dari Juru Bicara KPK Febri Diansyah.

"Tadi saya cek (permohonan JC) sudah diajukan ke penyidik," ujar Febri Diansyah di Gedung KPK, Kuningan Persada, Jakarta Selatan, Rabu 10 Januari 2018.

Justice collaborator merupakan istilah untuk pelaku tindak pidana yang bekerja sama dengan penegak hukum.

Dalam Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2011 tentang Perlakuan Bagi Pelapor Tindak Pidana (Whistleblower) dan Saksi Pelaku yang Bekerjasama (Justice Collaborators) di dalam Perkara Tindak Pidana Tertentu ("SEMA 4/2011"), yang penyusunannya terinspirasi dari Pasal 37 Konvensi PBB Anti Korupsi, disebutkan ada tiga syarat yang harus dipenuhi.

Ketiga syarat itu yakni pertama, mengakui kejahatan yang dilakukannya, kedua, bukan pelaku utama dalam kejahatan tersebut, dan ketiga, memberikan keterangan saksi dalam proses peradilan.

Banyak pelaku tindak pidana yang mengajukan diri menjadi kolaborator agar mendapatkan keringanan hukuman. Dalam kasus korupsi e-KTP, terdakwa Andi Agustinus alias Andi Narogong juga telah ditetapkan menjadi  justice collaborator.

Pengacara Setya Novanto, Firman Wijaya, mengatakan, kliennya mengajukan diri menjadi justice collaborator lantaran pengadaan e-KTP bukanlah proyek pribadi Setya Novanto. Proyek itu berada di bawah penanganan Kementerian Dalam Negeri pada masa pemerintahan SBY.

Karena itu, Firman yakin, ada aktor yang lebih besar dari kliennya dalam kasus dugaan korupsi proyek e-KTP.

"Ya (ada) nama besar. Saya tidak tahu yang dimaksud punya status sosial atau pengaruh tertentu, kita lihat saja nanti," ujar Firman Wijaya di Pengadilan Tipikor, Jakarta Pusat, Kamis 11 Januari 2018.

Firman menegaskan, peran Setya Novanto tidak menentukan dalam bancakan e-KTP. Sebab, penganggaran dan perencanaan proyek itu sudah dirancang jauh hari.

"Dan itu ada lembaganya, ada instansinya. Kita lihat siapa inisiator proyek e-KTP ini," kata dia.

Firman menyebut, salah satu pihak yang berperan dalam proyek e-KTP adalah mantan Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi. Saat proyek e-KTP bergulir, kata dia, Gamawan berperan dalam meloloskan anggaran proyek e-KTP menggunakan APBN murni.

"Pastinya jelas (peran Gamawan Fauzi), karena proyek itukan diusulkan dari Kemendagri," ucap Firman.

Namun tuduhan ini telah dibantah Gamawan Fauzi. "Saya tidak pernah menerima uang satu rupiah pun dari proyek ini," ujar Gamawan saat bersaksi di Pengadilan Tipikor, Jakarta Pusat, Kamis, 16 Maret 2017.

Pada sidang 25 Januari 2018, nama SBY juga muncul. Adalah mantan Wakil Ketua Banggar DPR Fraksi Demokrat Mirwan Amir yang memunculkan nama SBY.

Awalnya, penasihat hukum Setnov, Firman Wijaya bertanya kepada Mirwan Amir yang kini menjadi Ketua DPP Hanura. Firman bertanya soal apakah proyek e-KTP ada kaitannya dengan pemenangan Pemilu 2009.

"Memang itu program dari pemerintah," ujar Mirwan menjawab pertanyaan Firman di Pengadilan Tipikor, Jakarta Pusat, Kamis (25/1/2018).

Inilah yang kemudian membuat SBY berang dan menyatakan perang.

3 of 4
Peluang Jadi Justice Collaborator
Mirwan Amir Bersaksi Dalam Sidang Setya Novanto
Politisi Partai Demokrat, Mirwan Amir memberi keterangan saat menjadi saksi dalam persidangan dugaan korupsi proyek e-KTP dengan terdakwa Setya Novanto di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Kamis (24/1). (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)
Soal keinginan Setnov menjadi justice collaborator, Juru Bicara KPK Febri Diansyah mengatakan, pihaknya menghargai keinginan mantan ketua DPR itu. Namun, kata Febri, hingga saat ini Setnov belum memberikan informasi baru kepada KPK.

"Ada nama yang disebut. Tapi belum ada hal baru dan informasi yang signifikan," kata Febri kepada Liputan6.com, Rabu (7/2/2018).

Febri juga mengatakan, KPK sudah memiliki data kuat untuk kasus e-KTP. Sehingga, "apapun isi buku (hitam) tersebut tidak akan memiliki kontribusi secara hukum jika tidak disampaikan pada penyidik atau persidangan. Karena siapapun bisa mencatat apapun," jelas Febri soal catatan di buku hitam Setnov.

Dalam konteks justice collaborator,  kata Febri, yang dihargai dan dipertimbangkan adalah apa yang disampaikan ke penyidik atau hakim dan jaksa penuntut umum di sidang.

Febri juga membedakan antara kasus Nazaruddin yang kemudian menjadi kolaborator dengan Setnov.

"Nazar tidak pernah diberikan status justice collaborator oleh KPK. Yang benar, Nazaruddin berkontribusi memberikan informasi dalam penanganan sejumlah kasus, seperti Hambalang dan e-KTP. Hal itu terjadi ketika Nazar sudah menjalani hukuman," papar Febri.

Jika Setnov serius ingin menjadi kolaborator, ujar Febri, dia harus membuka semuanya di hadapan penyidik ataupun dalam proses persidangan.

Menjawab tantangan ini, Maqdir Ismail menyatakan kliennya siap menjadi buka-bukaan soal e-KTP. Tapi, harus melibatkan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK).

"Pasti (menginginkan perlindungan), karena kemungkinan ada pembalasan, penyidik KPK yang dijaga saja disiram air keras," ujar Maqdir, Rabu (7/2/2018).

Soal perlindungan, Febri menjamin itu adalah hak justice collaborator. Tapi, harus diputuskan terlebih dulu apakah Setnov memenuhi syarat atau tidak.

"Kalau mau meminta perlindungan saksi silahkan diajukan nanti kita akan lihat seberapa nyata ancaman atau potensi ancaman tersebut. Kita harus mempertimbangkan apakah misalnya ada ancaman atau tidak, kalau tidak ada ancaman, tentu tidak relevan diberikan," kata Febri.

Dimintai pendapatanya, ahli hukum pidana yang juga mantan pimpinan KPK Indriyanto Seno Adji mengatakan, jika posisi Setnov sebagai pelaku utama dalam kasus e-KTP, maka permohonan jadi justice collaborator itu sulit dikabulkan.

"Dalam hal pendalaman kasus e-KTP, ternyata SN dapat membuka adanya dugaan tipikor sebaga bentuk kasus baru, maka dia bisa menjadi JC," kata Indriyanto saat dihubungi, Rabu (7/2/2018).

Terkait nama SBY yang dibawa-bawa dalam kasus ini, Indriyanto mengatakan, SBY sebagai presiden saat itu hanyalah pemegang policy atau kebijakan negara yang tidak ada kaitannya dengan tindak pidana korupsi e-KTP.

"Proses tanya jawab dalam persidangan biasa dan wajar saja, tapi posisi SBY bukanlah sebagai peran yang lebih tinggi dalam tindak pidana korupsi e-KTP, jadi secara kasat mata saja, sangat prematur dan sama sekali tidak ada actus reus (tindakan kejahatan) apalagi mens rea (tanggung jawab dari tindak kejahatan) dari SBY untuk dikatakan sebagai pelaku," kata Indriyanto.
🐒

Merdeka.com - Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengambil langkah hukum karena namanya dicatut dalam persidangan korupsiproyek e-KTP. Dia pun bereaksi dengan munculnya nama Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas.
Nama Ibas jadi pembicaraan karena buku hitam yang selalu dibawa Setya Novanto tersingkap. Terlihat ada catatan tangan bertuliskan 'Ibas' dan 'Ketua Fraksi' di buku itu. Hal itu terjadi sebelum sidang e-KTP di Pengadilan Tipikor, kemarin.
"Bagaimana dengan tuduhan terhadap Ibas yang secara ganjil menggelikan, ditunjukkan dalam catatan Setnov? Itu sebuah permainan. Dia akan gunakan sendiri hak hukumnya. Kita beri jalan Ibas mencari jalannya," kata SBY DPP Demokrat, Selasa (6/2).
SBY kemudian teringat ketika Setnov yang kini menjadi terdakwa kasus e-KTP di-bully. Dia mengaku meminta kepada para kader untuk menahan diri tidak ikut-ikutan.
"Saat Setnov masuk ICU, kecelakaan, sehat lagi, kemudian luka banyak benjolan, saya larang ikut-ikutan, tidak baik. Tapi tampaknya air susu dibalas air tuba," tuturnya.
Setelah jumpa pers, SBY langsung mendatangi Bareskrim Mabes Polri. Dia didampingi istrinya Ani Yudhoyono. SBY meminta para kader tidak emosi dengan munculnya fitnah tersebut.
"Para kader sakit hati, marah, berpikir menghancurkan nama SBY dan keluarga ingin rusak nama baik AHY, barangkali Demokrat juga menjadi sasaran," tandasnya. [did]
🍟
JAKARTA - Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Agus Rahardjo mengatakan, pihaknya sudah mengantongi sejumlah data terkait 34 proyek Perusahaan Listrik Negara (PLN) era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang mangkrak sampai saat ini.
Namun demikian, Agus menyebut masih membutuhkan data yang dimiliki pemerintah soal 34 proyek pembangkit listrik yang tersebar di sejumlah wilayah Indonesia itu. Terlebih, Presiden Joko Widodo sudah meminta Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) mengauditnya.
"Kami belum menerima surat dari pemerintah (Istana Negara) mengenai 34 proyek itu. Tapi beberapa yang mangkrak, KPK sudah ada radarnya yang mangkrak. Namun kita perlu cocokkan 34 proyek itu dimana aja," kata Agus di kantornya, Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (15/11/2016).
Kasus proyek pembangkit listrik yang mangkrak ini mencuat saat Presiden Joko Widodo menggelar rapat terbatas (Ratas). Lantaran tak mendapat laporan yang memuaskan, Jokowi meminta BPKP untuk mengaudit hasil pengerjaan proyek yang sudah mangkrak lebih dari tujuh tahun itu.
Sebelumnya, Juru Bicara Presiden, Johan Budi menjelaskan, pada saat Jokowi menggelar Ratas, dirinya meminta untuk melakukan proses audit dan evaluasi sejumlah proyek pembangkit listrik yang mangkrak. Alasannya, untuk memastikan apakah proyek yang terhenti tersebut diteruskan atau diberhentikan.
"Kalau tidak diteruskan apa langkah yang harus dilakukan, kemudian mangkraknya itu kenapa. Tidak diteruskan itu kenapa? Bahkan di dalam rapat terbatas seperti yang disampaikan presiden apakah memang mangkraknya itu karena faktor korupsi atau tidak. Kalau memang ada unsur itu nantinya akan dilakukan audit BPKP itu bisa saja diserahkan kepada KPK," kata Johan saat di Gedung KPK, Jumat 11 November 2016.
(fas)
💙


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Presiden Joko Widodo angkat bicarasoal usulan Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk melakukan rujuknasional setelah aksi pada 2 Desember 2016.

Jokowi menilai, istilah rujuk nasional tersebut tidak tepat.
"Rujuk apa? Yang berantem siapa? Saya kira rujuk-rujuk itu, la wong kita enggak berantem, kok," kata Jokowi seusai makan siang dengan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar di teras Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (29/11/2016).
Jokowi menilai, kondisi bangsa saat ini baik-baik saja sehingga tak perlu ada rujuk nasional.
Ia menyinggung pertemuannya dengan berbagai ormas Islam seperti Majelis Ulama Indonesia, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, dan Muhammadiyah.
"Saya kira kita ini baik-baik saja. Hanya perlu sekali lagi kita mengingatkan kepada semuanya tentang keberagaman itu, tentang pentingnya Pancasila, tentang pentingnya NKRI, tentang pentingnya Bhinneka Tunggal Ika, mengingatkan itu saja," ucap Jokowi.
Usulan rujuk nasional disampaikan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Ma'ruf Amin seusai pertemuan antara Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian dan pihak Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI di Kantor MUI, Jakarta, Senin (28/11/2016).
Ma'ruf menilai, pertemuan tersebut merupakan awal yang baik. Ia berharap ada tindak lanjut setelah acara 2 Desember mendatang.
Disepakati, GNPF akan menggelar doa bersama dan shalat Jumat berjemaah di Monas.

"Mudah-mudahan sesudah itu ada tindak lanjut lagi, yaitu kami usulkan adanya dialog nasional dalam rangka merajut kembali kesatuan dan persatuan bangsa menuju rujuk nasional," ucap Ma'ruf.
urusan agama bukan urusan politik
"Kembalinya kita secara nasional untuk menjadi bangsa yang utuh, bangsa yang saling menghargai, menghormati, menolong dalam rangka membangun negeri yang kita cintai menjadi negeri yang damai, aman, sejahtera," katanya.
💋
Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Maruf Amin mengaku tenang meski dibully oleh pengguna media sosial terkait pernikahannya beberapa tahun yang lalu dengan perempuan yang usianya relatif lebih muda.

"Ada-ada saja. Itu memang bagian dari risiko memimpin MUI," kata Maruf dalam sambutannya di acara Rakernas II MUI periode 2015-2020 di Ancol, Jakarta, Rabu.

Menurut dia, sebagian unsur publik menjadi tidak proporsional membully karena MUI dianggap bermain politik dalam kasus dugaan penistaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

Dia mengatakan istrinya saat ini memang berusia lebih muda dari dirinya. Istrinya merupakan janda beranak dua. Hal tersebut, seharusnya tidak dipersoalkan.

Tindakan bully oleh netizen itu salah satunya dilakukan dengan mempublikasi foto pernikahan Maruf dengan perempuan yang relatif lebih muda.

Maruf mengatakan tindakan bully oleh netizen wajar terjadi seiring perundungan terhadap MUI yang dianggap tendensius terkait Ahok.

"Ada usulan agar MUI direformasi. Bukan hanya MUI dibully, tapi juga saya," kata dia.

Menurut dia, persoalan sikap MUI terhadap dugaan penistaan agama oleh Ahok sudah jelas. Gubernur DKI Jakarta nonaktif itu terbukti menistakan agama berdasarkan kajian tim internal MUI.

Dalan pernyataan sikap MUI, kata dia, Ahok harus diproses secara hukum. Desakan pemrosesan hukum itu tidak terkait dengan politik dan SARA tapi murni karena ada unsur penodaan agama. 

💩


Jakarta - Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Laskar Ahlussunnah Wal Jamaah (Laskar Aswaja) mendesak Komisaris LKBN Antara, Boni Hargens, meminta maaf, karena dianggap telah menghina ulama. 
Ketua Umum Laskar Aswaja Adhi Thobing Permana mengatakan perilaku Boni Hargens yang mengunggah foto lama pernikahan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma'ruf Amin di media sosial Twitter, Selasa (22/11), merupakan bentuk penghinaan terhadap ulama.
Boni tak hanya mengunggah foto di media sosial Twitter miliknya, tetapi juga membuat tulisan "Kami ucapkan selamat kepada Bapak Wakil Ketua MUI Ma'ruf Amin yang berusia 73 tahun. Hari ini menikahi wanita cantik Wury Estu Jandayani, yang berusia 30 tahunan semoga kedua mempelai berbahagia dan langgeng sampai akhir hayat. Amin Yra".
"Laskar Aswaja menilai perbuatan Boni sebagai upaya memojokkan ulama, khususnya KH Ma'ruf Amin yang notabene ketua MUI dan rois syuriah PBNU," kata Adhi di Jakarta, Rabu (23/11).
Adhi mengancam untuk menggeruduk kantor Boni apabila tidak segera meminta maaf secara terbuka dan tulus mengakui kesalahannya kepada umat Muslim secara umum dan kepada KH Ma'ruf Amin secara pribadi.
"DPP Laskar Aswaja beserta ribuan anggotanya dari Banten dan Jawa Barat memastikan akan mendatangi kantor Boni Hargens apabila tidak melakukan hal tersebut," kata Adhi.
Menurutnya, Boni telah menyerang ranah pribadi ketua MUI untuk tujuan politik, yakni mendiskreditkan MUI.
Permintaan maaf Boni melalui Twitter dengan berdalih kesalahan teknis belum cukup mengobati luka umat muslim terlebih para santrinya.
"Permintaan maaf Boni sebagai bentuk pembelaan diri saja dan bukan dari hati yang tulus. Terlalu bodoh Boni beralasan perbuatannya karena kesalahan teknis. Seharusnya Boni mengakui kesalahannya secara tulus dan meminta maaf agar masalah ini tidak semakin membuat kisruh kondisi bangsa ini," katanya.


Hotman Siregar/AB

Suara Pembaruan
👀
VIVAnews - Presiden SBY pukul 14.00 WIB, Senin 25 Januari 2010 melantik sembilan anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) di Istana Negara. Nama sembilan anggota Wantimpres ini tak jauh berbeda dengan nama-nama yang beredar selama ini.

Kesembilan anggota yang diambil sumpahnya  tersebut adalah sebagai berikut:

1. Prof Dr. Emils Salim SE
2. KH Maruf Amin

urusan agama, bukan urusan politik !!
3. Meutia Hatta
4. Ginanjar Kartasasmita
5. Widodo AS 
6. Hassan Wirajuda
7. Jimly Assihiddique
8. Ryas Rasyid
9. Siti Fadilah Supari

Pelantikan ini berdasarkan Keputusan Presiden RI No 13/P/2010 yang ditetapkan di Jakarta pada 20 Januari 2010.
REPUBLIKA.CO.ID,NASIONAL/ Ini Struktur Lengkap Kepengurusan MUI 2015- 2020 
 
SURABAYA—Musyawarah Nasional (Munas) IX Majelis Ulama Indonesia telah menghasilkan struktur kepengurusan MUI untuk masa khidmat 2015-2020.
 
Berikut ini susunan lengkap struktur dan personalia organisasi MUI masa khidmat 2015-2020.
 
Dewan Pertimbangan
 
Ketua
Prof Dr HM Din Syamsuddin MA
 
Wakil Ketua
Prof Dr Nasaruddin Umar MA
Prof Dr KH Didin Hafidhuddin MA
Prof Dr Azyumardi Azra MA
 
Sekretaris        
Dr H  Noor Ahmad MA
 
Wakil Sekretaris
Drs Natsir Zubaidi
Dr Bachtiar Nasir
 
Dewan Pimpinan MUI
 
Ketua Umum
Dr KH Ma’ruf Amin
 
Wakil Ketua
Prof Dr Yunahar Ilyas LC MA
Drs KH Slamet Effendy Yusuf  MSi
 
Ketua Ketua
Drs H Basri Bermanda MBA
Dr H Yusnar  Yusuf MSi
Prof Dr H Maman Abdurrahman
Prof Dr Hj Huzaemah T Yanggo
Prof Dr Hj Tuty Alawiyah AS
KH Muhyidin Junaidi MA
KH Abdullah Jaidi
Drs HM Ichwan Sam
Drs H Zainut Tauhid Sa’adi MSi
Ir H Lukmanul Hakim MSi
Dr KH Sodikun MSi
KH Abdusomad Buchari
 
Sekretaris Jenderal
Dr H Anwar Abbas MM MAg
 
Wakil Sekretaris Jenderal
Dr KH Tengku Zulkarnain MA
Dr Amirsyah Tambunan
Dr H Zaitun Rasmin
Dr Najamudin Ramli
Drs H Sholahuddin Al Ayubi MSi
Rofiqul Umam SH MH
Dr Hj Valina Subekti
H Misbahul Ulum MSi
 
Bendahara Umum
Prof Dr Hj Amani Lubis
 
Bendahara 
dr Fahmi Darmawansyah MM
Yusuf Muhamad
Dr HM Nadratuzzaman Hosen
Drs H Iing Solihin
Burhan Muhsin    

INILAH.COM, Jakarta - Majelis Dzikir Nurussalam SBY muncul tahun 2000. Dalam buku Membongkar Gurita Cikeas yang ditulis George Aditjondro, yayasan ini disebut sebagai salah satu mesin politik dan mesin uang Tim Sukses SBY. Rabu (30/12/09), INILAH.COM mendatangi tempat itu. Inilah hasil liputan bagian-3.Meski menjabat sebagai Ketua Pembina, Presiden SBY menurut HM Utun Tarunadjaja tidak terlalu sering hadir dalam Majelis Dzikir. Setahun paling tidak hanya 3 atau 4 kali SBY hadir."Untuk kegiatan, Alhamdulillah kita ada kegiatan rutin setiap bulan. Tiga kali sebulan kita ada acara di Istana dan di masjid Cikeas," ujarnya. Menurutnya, jika hadir, Presiden SBY biasanya hanya memberikan arahan kepada anggota. "Ya, Bapak pasti memberikan arahan kepada anggota tentang kehidupan berbangsa dan bernegara yang sesuai dengan ajaran Islam," ujarnya. HM Utun dan anggota yang lain bisa memaklumi ketidak hadiran SBY dalam acara-acara rutin Majelis ini. "Bapak sebagai presiden, pasti punya kesibukan yang lebih, kita pahami itu," ujarnya.Saat ditanya apakah selain acara rutin apakah SBY sering hadir dalam rapat-rapat pengurus di DPP Majelis Dzikir di Tebet, HMUtun mengatakan tidak juga. "Paling kalau rapat interen pengurus, Bapak mengundang pengurus saja. Tapi kalau soal kebijakan atau kebanyakan kegiatan Majelis Dzikir, bapak tidak terlalu ikut campur," tambah HM Utun.Tentang anggota Majelis Dzikir, juga tidak ada perlakuan istimewa. Yang dari luar kota kalau datang ke Jakarta juga tidak mendapatkan apa-apa. Mereka bisanya menginap di DPP atau mencari penginapan sendiri. Dan mereka datang dengan dana sendiri.Tentang struktur pengurus Yayasan Majelis Dzikir SBY Nurussalam inilah susunannya:Ketua Dewan Pembina: H DR Susilo Bambang YudhoyonoPembina:Ir M Hatta Rajasa, Sudi Silalahi, M Maftuh Basyuni SHPengawas:Drs H Kurdi Mustofa MM, Habib Abdul Rahman M Al HabsyiKetua Umum:H Harris ThahirSekretaris:H Edhie Baskoro Yudhoyono, HM Utun TarunadjajaBendahara:H Aziz Mochdar, H Hartanto Edhie WibowoKepala Sekretariat:HM Utun TarunadjajaImam Dzikir:Habib Abdul Rahman M Al Habsyi, Habib Ali bin Abdul Rahman Al Habsyi, Ustad Usman Syarif SangajiSeksi Sosial:H Yayat Priyatna, H Muhammad AndiSeksi Humas:H Dedi Afriadi SE, Kompol Heri GuritnoKoordinator Umum:KH Abdul Wahid, H Effen Rochendi, H Abbas Hilmi, H Ahmad Kosasih, Habib Ahmad Al AiditPelaksana Harian Kepala Sekretariat:HM Utun TarunadjajaStaf Sekretariat:Heri Cahyadi, Achmad Rifai, Wawan Kusnanda.[habis/ims] - See more at: http://nasional.inilah.com/read/detail/254601/struktur-majelis-dzikir-sby#sthash.K5MoAXp1.dpuf

Kemenangan fenomenal SBY satu putaran pada pemilihan presiden 2009 lalu sudah diprediksi banyak kalangan. Tingkat popularitas dan keterpilihan tinggi ditambah belum adanya sosok yang menandinginya membuatnya mulus melangkah kembali ke Istana. Selain itu yang lebih penting lagi adalah dukungan luas dari seluruh komponen, komunitas masyarakat dibelakangnya turut andil dalam pemenangan itu. Partai politik yang mendukungnya juga hampir mayoritas merapat ke SBY. Diantara komunitas masyarakat yang mendukungnya adalah Majelis Dzikir Nurussalam (MDN). Sebuah kelompok pengajian yang dibentuk oleh orang dekat SBY memiliki peran yang juga signifikan. Kelompok pengajian itu hinga kini masih terus berdiri. Bahkan MDN dalam pilpres mendatang siap mendukung 'orang dalamnya' sendiri sebagai capres. Adalah Hatta Rajasa yang terdaftar sebagai salah satu Pembina MDN sudah bulat didukung unutk memimpin negeri ini. Relasi antara Hatta dan MDN sebenarnya bukan cerita baru. Saat pilpres lalu, Hatta ditunjuk oleh SBY sebagai Ketua Tim Sukses pasangan SBY-Boediono. Tugas dan tanggungjawab Hatta salah satunya adalah mengkoordinir seluruh sekoci, kelompok masyarakat dari berbagai bidang untuk bahu-membahu membawa SBY memenangi pilpres waktu itu. MDN adalah salah satu kelompok masyarakat pengajian yang termasuk tim sukses pemenangan. Bentuk dukungan dan pengawalan MDN untuk pemenangan Hatta terlihat saat meereka menggelar peringatan Isra Mi'raj di Monas akhir bulan lalu. Hatta diundang di acara tersebut karena dia masih menjadi anggota MDN. Dalam kesempatan itu, penceramah mendoakan mendoakan Hatta menjadi presiden Indonesia tahun 2014. Bahkan MDN menyatakan kebanggaannya kepada Hatta. "Kita beruntung punya Menteri Perekonomian seperti Hatta Rajasa, ekonomi kita berhasil, kita doakan sama-sama agar Hatta Rajasa selalu sehat dan jadi presiden 2014, setuju tidak semuanya?," tegas si penceramah yang langsung disambut teriakan setuju oleh jemaah pengajian. Bentuk dukungan MDN lainnya kepada Hatta adalah telah dipampangnya baliho besar bergambar Hatta didepan sekretariat MDN di bilangan Cipinang, Jakarta Timur. Sambil tersenyum lepas dan mengenakan baju koko putih serta berkopiah tampak jelas disitu tertulis "H.M. Hatta Rajasa, Pembina MDN calon presiden 2014". Ketua Umum MDN, H. Haris meyakini sosok Hatta laiak didukung karena mewakili aspirasi umat Islam. Selain itu ia juga seorang moderat, yang dibutuhkan di tengah virus intoleransi sekarang ini Hatta adalah tokoh moderat yang anti terhadap perbedaan-perbedaan diantara umat. Ia adalah sosok anak yang dididik oleh keluarga yang dekat dengan komunitas Muhammadiyah. Akan tetapi dalam perjalanan hidupnya dia sama sekali tidak mempertentangkan perbedaan antara Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU). Kita tahu bahwa NU dan Muhammadiyah adalah dua ormas islam terbesar di negeri ini. Sudah pasti umat atau anggota yang ada didalam dua ormas itu besar sekali. Ciri orang moderat adalah tidak mempermasalahkan sama sekali darimana ia berasal dan keimanan apa yang dianutnya. Jika berbicara sebagai seorang muslim toh NU dengan Muhammadiyah sama saja mengabarkan, mensyiarkan kebaikan dan bekerja untuk umat. Karena memang tugas utama dari umat di muka bumi ialah membantu mensejahterakan rakyat dan umat. Apalagi jika seseorang itu diberikan amanah (seperti Hatta) untuk membawa rakyat sejahtera seperti Hatta yang diembani amanah sebagai seorang Menteri. Pernah suatu ketika penulis membaca sebuah cerita tentang gambaran nyata seorang Hatta yang moderat. Seperti ditulis oleh penulis diatas bahwa Hatta adalah seorang yang dibesarkan keluarganya yang dekat dengan Muhammadiyah. Bayangan kita pasti tertuju bagaimana ia dan kelauraganya 'mengamalkan' setiap ibadah yang diperintah Muhammadiyah. Ternyata kenyataannya tidak demikian. Orang tua Hatta dalam hal ini ibunya pernah berwasiat kepadanya agar suatu ketika ibunya meninggal, agar dilakukan ritual doa bersama selama minimal tujuh hari yang dinamakan dengan tahlil. Secara ajaran mungkin sulit seorang yang dekat dengan komunitas Muhammadiyah melakukan tahlilan. Sepanjang pengetahuan penulis rasanya Muhammadiyah tidak mengebal suatu bentuk mendoakan seseorang yang meninggal melalui tahlilan. Mungkin ada namun bukan tahlilan namanya. Tahlil dikenal hanya dilakukan oleh kalangan NU. Akan tetapi Hatta tidak mempunyai pilihan selain memenuhi wasiat ibunda. Salah satu bentuk anak soleh dan berbakti kepada orang tua ialah memenuhi wasiat sebelum orang tuanya meninggal. Disamping itu HR juga tidak memiliki alasan untuk menolaknya. Tahlil hanya sekedar budaya atau kebiasaan yang dilakukan oleh umat. Tidak ada larangan orang melakukannya atau tidak. Hukumnya sendiri dalam islam adalah sunnah. Artinya dikerjakan mendapat pahala, jika ditinggalkan pun tidak apa-apa atau tidak berdosa. Paling utama itu bagaimana seorang hamba Allah SWT selalu mengakui kebesaranNya dan senantiasa bersyukur atas segala nikmatNya dan tidak sama sekali keluar dari ajaran Allah. Jadi, tidak heran misalnya akhir pekan lalu sejumlah toko NU menyatakan dukungannya ke HR untuk menjadi capres 2014 mendatang. Konsolidasi yang dilakukan oleh seluruh tim HR untuk langkah ini sudah dimulai beberapa waktu lalu. Basis-basis NU pastinya akan terus diagarap oleh Hatta. Kesamaan pandangan antara Hatta dan NU dalam hal kemaslahatan umat menjadi dasar dari adanya dukungan NU kepada Hatta pada pilpres mendatang.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/rendrabanyusegara/majelis-dzikir-nurussalam-dan-hatta-rajasa_552e0f036ea8344d2e8b4574

💢


JAKARTA, KOMPAS.com —
 Proyek pembangkit tenaga listrik pada era Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono diduga merugikan keuangan negara triliunan rupiah.
Dugaan kerugian negara ini muncul berdasarkan temuan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
Hal tersebut dilaporkan Menteri Sekretaris Negara Pratikno dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung kepada Presiden Joko Widodo, Jumat (4/11/2016) pagi.
Proyek yang diduga merugikan keuangan negara itu adalah proyek pengadaan 7.000 megawatt yang didasari Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2006 dan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2010.
"PLN ditugaskan sekitar 7.000 megawatt listrik, tetapi sampai hari ini proyek itu tidak terselesaikan," ujar Pramono Anung, seusai melaporkan hal itu kepada Presiden, di Kantor Presiden, Jumat.
BPKP, lanjut Pramono, juga menemukan penggunaan uang negara untuk pembayaran 34 proyek dari 7.000 megawatt itu, yakni sebesar Rp 4,94 triliun.
"Dari 34 proyek tersebut, ada 12 proyek yang dapat dipastikan tidak dapat dilanjutkan sehingga terdapat potensi kerugian negara yang cukup besar dari nilai kontrak sebesar Rp 3,76 triliun," ujar Pramono.
Ia enggan menyebut besar kerugian negara dari mangkraknya 12 proyek pada era SBY itu karena hal tersebut merupakan wewenang BPKP.
Selain itu, sebanyak 22 proyek listrik bisa dilanjutkan.
Namun, kelanjutan 22 proyek itu membutuhkan tambahan biaya baru sebesar Rp 4,68 triliun-Rp 7,25 triliun.
"Penambahan biaya baru ini cukup besar sehingga kami laporkan ke Presiden. Mohon arahan Presiden agar bisa menindaklanjuti temuan BPKP ini dan tidak menjadi masalah pada kemudian hari," ujar Pramono.
Pramono mengatakan, Presiden telah memerintahkannya untuk berkoordinasi dengan PLN dan kementerian terkait untuk menindaklanjuti persoalan itu.
"Presiden memberikan arahan kepada kami untuk segera menindaklanjuti ini dan dibahas dengan PLN, kementerian terkait, agar mengambil jalan keluar atas hal tersebut," ujar Pramono.
Penulis: Fabian Januarius Kuwado
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary
Tuesday, 29 December 2009, 05:16 WIB

Buku Gurita Cikeas: Dari di Balik Century Hingga Kemenangan Fantastis Partai Demokrat

republika.com: Buku Gurita Cikeas: Dari di Balik Century Hingga Kemenangan Fantastis Partai Demokrat   YOGYAKARTA - Buku ini mudah-mudahan tidak hanya menjawab rahasia di balik skandal Bank Century, melainkan juga berusaha menjawab rahasia di balik kemenangan fantastis Partai Demokrat yang suara pemilihnya naik tiga kali lipat dalam satu periode pemerintahan, dari sekitar tujuh persen menjadi sekitar 20 persen. Itulah salah satu kesimpulan dari buku "Membongkar Gurita Cikeas Di Balik Skandal Bank Century karya Geoge Junus Aditjondro dengan ukuran 15X23 centimeter sebanyak 183 halaman. Skandal Bank Century tak ayal menjadi pekerjaan rumah yang cukup berat bagi SBY. Ia harus bisa membuktikan janjinya sebagai panglima di garda depan untuk memerangi korupsi.''Katakan Tidak untuk Korupsi" itulah slogan yang didengungkan SBY, Kader-kader Demokrat dan keluarga Cikeas. Di dalam buku yang dipatok dengan harga Rp 36.000 ini, Aditjondro memaparkan tulisannya menjadi tujuh judul yaitu: Pertama, Membongkar Gurita Cikeas, di Balik Skandal Bank Century;Kedua, Bantuan Grup Sampoerna untuk Harian Jurnas; Ketiga, Pemanfaatan PSO LKBN Antara untuk Bravo Media Center; Keempat, Yayasan-Yayasan yang Berafiliasi dengan SBY; Kelima, Kaitan dengan Bisnis Keluarga Cikeas; Keenam, Yayasan-yayasan yang Berafiliasi dengan Ny. Ani Yudhoyono; Ketujuh, Pelanggaran-pelanggaran UU Pemilu oleh Caleg-caleg Partai Demokrat. Di halaman awal tulisannya yang berjudul Membongkar Gurita Cikeas, Aditjondro mengutip Pernyataan Presiden SBY dalam pidatonya Senin malam, 23 November 2009 yang menanggapi rekomendasi Tim 8 yang telah dibentuk oleh Presiden sendiri untuk mengatasi krisis kepercayaan yang meledak di tanah air. ....Apakah pernyataan modal sementara yang berjumlah Rp 6,7 triliun itu ada yang bocor atau tidak sesuai dengan peruntukannya? Bahkan berkembang pula desas-desus, rumor atau tegasnya fitnah, yang mengatakan bahwa sebagian dana itu dirancang untuk dialirkan ke dana kampanye Partai Demokrat dan Capres SBY, fitnah yang sungguh kejam dan sangat menyakitkan''. Menurut Aditjondro yang meraih gelar Doctor of Philosophy di Cornell University, Ithaca, New York, pernyataan SBY yang begitu defensif dalam menangkal adanya kaitan antara konflik KPK versus Polri dengan skandal Bank Century tersebut bagaikan membuka kotak Pandora yang sebelumnya agak tertutup oleh drama yang dalam bahasa awam populer dijuluki drama cicak melawan buaya. Selanjutnya dalam buku ini Aditjondro juga mengungkapkan bahwa selain melalui lebih dari selusin tim kampanye, penggalangan dukungan politis dan ekonomis bagi SBY dimonotori oleh yayasan-yayasan yang berafiliasi dengan SBY dan Ny. Ani Yudhoyono (Yayasan Majelis Dzikir SBY Nurussalam , Yayasan Puri Cikeas, Yayasan Kesetiakawanan dan Kepedulian). Ketiga Yayasan tersebut tidak dipimpin oleh SBY sendiri tapi oleh orang-orang dari inner circl. Hasil audit ketiga yayasan itu oleh auditor publik yang betul-betul independen belum pernah dilaporkan ke parlemen dan media massa. Yayasan tersebut sejauh tidak menggunakan uang rakyat dan murni dibiayai oleh pengusaha swasta tidak masalah. Namun karena Sofyan Basir, Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia adalah Wakil Ketua Dewan Pembina Yayasan Puri Cikeas, maka keuangan yayasan ini perlu diaudit dan dilaporkan ke parlemen, mengingat BRI merupakan BUMN. Secara khusus para nasabah Bank Bukopin juga berkepentingan mengetahui laporan keuangan yayasan ini, sebab Dirut Bank Bukopin, Glen Glenardi, adalah Ketua Badan Pengawas Yayasan ini. Buku ini juga menyebutkan tentang berbagai pelanggaran-pelanggaran UU Pemilu oleh kader Partai Demokrat yang terjadi di berbagai daerah diantaranya di Samosir Sumatera Utara, kabupaten Ploso Sulawesi Tengah, Nanggroe Aceh Darussalam, Propinsi Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur.Penggalangan dana yang luar biasa serta besarnya pembelian suara oleh para kadernya, memainkan peranan yang besar dalam melonjaknya angka pemilih Partai Demokrat dan calon presidennya. Yang menarik dari buku ini, justru lampirannya lebih banyak daripada pemaparan isi buku. Untuk lampiran berjumlah 96 halaman dan pemaparan dari isi buku hanya 59 halaman. Isi lampiran antara lain: Tim-tim Kampanye Partai Demokrat dan Capres-Wapres SBY-Boediono, Susunan Dewan Pengurus Yayasan Puri Cikeas Periode 2006-2011, Yayasan Kesetiakawanan dan Kepedulian, Aktivitas Yayasan Kesetiakawanan dan Kepedulian, Gara-gara Artalyta, Syamsul Nursalim tetap melenggang, Allure, meluncur di alur Yayasan Batik Indonesia, Susunan Pengurus dan Peneliti Brighten Institute. Di dalam buku ini Aditjondro mengemukakan guna mencegah kembalinya tradisi buruk yang dirintis mendiang Jenderal Soeharto, SBY perlu bersikap lebih tegas terhadap kerabat dan sahabatnya. Agar tidak mengambil jalan pintas mengembangkan bisnis dengan mncari order dari bankir-bankir pemerintah, serta birokrat-birokrat papan atas. SBY juga perlu mendorong kerabat dan sahabatnya untuk menolak pemberian kemudahan dalam penyediaan jasa jalan, listrik dan bahan bakar bersubsidi, bagi pengembangan pabrik yang baru berdiri kemarin sore. Sikap tegas terhadap keluarga dan sahabat merupakan dasar moral untuk mengambil sikap tegas terhadap semua pejabat yang melakukan komersialisasi jabatan. neni ridarineni/pur



INILAHCOM, Jakarta - Ketua Fraksi Partai Demokrat, Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas membantah tudingan kalau ayahnya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai provokator kerusuhan Aksi Bela Islam II pada 4 November 2016.
"Pasca reformasi, penyampaian pendapat di Indonesia lebih baik, demokratis dan semakin dewasa," kata Ibas, Selasa (8/11/2016).
Menurut dia, Ketua Umum Partai Demokrat SBY pimpin Republik Indonesia selama 10 tahun tidak sedikit masyarakat yang melakukan aksi unjuk rasa, protes atau demonstrasi. Karena, memang hal yang sangat wajar dan lumrah demonstrasi itu.
"Sepanjang itu konstruktif dan dengan cara yang baik sesuai aturan yang berlaku," ujar Ibas.

Ia mengatakan demokrasi yang baik adalah yang bermartabat, beretika dab bermoral. Menurut dia, seharusnya pemerintah atau pihak lain mendukung dan menyambut baik masyarakat untuk berekspresi sepanjang tidak anarkis.
"Kami yakin menyampaikan aspirasi, pendapat saat ini lebih bagus dan itu sudah dimulai sejak reformasi bergulir. Kami minta tidak ada pihak yang menciderai kebebasan berekspresi dengan komentar yang membingungkan rakyat seolah-olah ada yang mengatur," jelas dia.
Untuk diketahui, setelah terjadi kerusuhan Aksi Bela Islam II pada 4 November beredar spanduk yang menuding bahwa mantan Presiden RI ke-6 yakni SBY sebagai provokatornya. [fad]
- See more at: http://nasional.inilah.com/read/detail/2337381/ibas-bantah-sby-provokator-kerusuhan-demo-411#sthash.IDye4fdK.dpuf

Kabar24.com, JAKARTA - Pihak Polda Metro Jaya menyebutkan 350 orang terluka usai "Aksi Damai Bela Islam Tegakkan Keadilan melalui Supremasi Hukum" yang berujung ricuh pada Jumat (4/11/2016) malam.

"Total terdapat 350 orang terluka akibat bentrokan aksi tersebut karena kelelahan, sesak nafas, luka terkena lemparan batu dan bambu," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Awi Setiyono di Jakarta, Senin (7/11/2016).

Awi menyebutkan jumlah total korban luka berdasarkan data dari Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Dokkes) Polda Metro Jaya dan Dinas Kesehatan DKI Jakarta.

Disebutkan Awi, 160 korban luka yang dibawa ke Rumah Sakit Budi Kemuliaan, 90 orang pada beberapa rumah sakit lainnya dan 100 korban ditangani Biddokkes Polda Metro Jaya.

Korban yang ditangani Biddokkes terdiri dari 79 anggota Polri, lima anggota TNI, seorang petugas pemadam kebakaran dan 15 orang sipil.

Saat ini, korban yang masih menjalani rawat inap sebanyak 13 orang di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, RS Polri Kramatjati dan RS Pelni.

Selain terdapat korban luka, aksi yang digagas Gerakan Nasional Pendukung Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) itu mengakibatkan 21 kendaraan rusak akibat massa bertindak anarkis.

Sebelumnya, sejumlah organisasi masyarakat, keagamaan dan mahasiswa berunjuk rasa menolak penistaan agama di sekitar Silang Monumen Nasional (Monas) Jakarta pada Jumat (4/11).

Awalnya, aksi berjalan damai namun massa mulai anarkis selepas shalat Isya sehingga petugas melepaskan tembakan gas air untuk membubarkan konsentrasi pengunjuk rasa.
Sumber : Antara

Kabar24.com, JAKARTA - Mantan Ibu Negara Ani Yudhoyono akhirnya berkomentar atas tuduhan yang bergulir bahwa suaminya, Susilo Bambang Yudhoyono, berada di belakang aksi 4 November 2016.
Kristiani Herrawati alias Ani Yudhoyono menilai tudingan yang menyebut suaminya adalah orang di belakang aksi 4 November 2016 adalah sebuah fitnah yang keji.





















Hal itu disampaikan Ani saat merespons komentar masyarakat di instagram, Senin (7/11/2016), yang turut meyakini bahwa SBY bukan lah dalang di balik aksi massa 4 November 2016.
Ani menegaskan selama 30 tahun di TNI dan selanjutnya di pemerintahan, SBY telah mengabdi kepada bangsa dan negara, siap mempertahankan dan membela NKRI dengan mempertaruhkan nyawanya.
Dia menekankan Tuhan lah yang mengetahui segala hal yang sebenarnya tentang keluarganya.
Berikut ini pernyataan Ani Yudhoyono ketika merespons dukungan masyarakat kepada keluarganya di instagram, sebagaimana dikutip di Jakarta, Senin: "Saya sangat menghargai pendapatmu. 10 tahun pak SBY memimpin negara, tidak ada DNA keluarga kami berbuat yang tidak-tidak. Jadi kalau ada tuduhan kepada pak SBY yang menggerakkan dan mendanai aksi damai 4 November lalu, itu bukan hanya fitnah yang keji, tetapi juga penghinaan yang luar biasa kepada pak SBY. Dalam perjalanan hidupnya selama 30 th di TNI dan selanjutnya di pemerintahan, pak SBY telah mengabdi kepada bangsa dan negara, siap mempertahankan dan membela NKRI dengan taruhan nyawanya. Sekali lagi tuduhan itu sangat kejam. Allah Maha Tahu apa yang kami lakukan selama ini."
Sumber : Antara


JAKARTA kontan. Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memiliki gaya komunikasi yang khas, yakni jarang menyampaikan maksud secara lugas.
Namun pada konferensi pers Rabu (2/11), Presiden keenam RI itu, dinilai menunjukkan gaya yang berbeda.
Pakar komunikasi politik Tjipta Lesmana menilai gaya komunikasi SBY saat jumpa pers kemarin menyiratkan kemarahan.
"Dari gaya komunikasi kemarin, SBY terganggu, kesal, marah, karena berseliweran informasi yang menuding SBY ada di belakang gerakan," kata Tjipta saat dihubungi Kompas.com, Kamis (3/11).
Tjipta mengatakan amarah SBY terlihat pula dari kalimat yang dipilih, salah satunya saat SBY mengatakan "fitnah lebih kejam dari pembunuhan".
"Kata-kata "fitnah lebih kejam dari pembunuhan" itu pertama kali diucapkan A.H. Nasution saat TNI angkatan darat dituduh terlibat upaya penggulingan Presiden Soekarno," kata Tjipta.
Ia melanjutkan bahasa nonverbal yang ditunjukan SBY berupa mimik wajah yang tegang dan penuh amarah semakin menunjukan pembelaan dirinya atas tudingan keterlibatan pada aksi 4 November.
Dengan adanya bahasa nonverbal yang jelas, menurut Tjipta, justru sangat memperkuat amarah yang ditampakan SBY.
Sebab, kata Tjipta, bahasa nonverbal lebih kuat ketimbang bahasa verbal untuk menampakan kesan kepada lawan bicara.
Selain itu Tjipta mengatakan dalam komunikasi dikenal bahasa berkonteks tinggi yang cenderung berputar-putar, dan juga bahasa berkonteks rendah yang cenderung lugas.
Ia menyatakan, SBY merupakan pemimpin yang cenderung menggunakan bahasa berkonteks tinggi.
Namun saat jumpa pers kemarin, yang digunakan SBY justru bahasa berkonteks rendah.
"Beberapa pilihan kata seperti "fitnah lebih kejam dari pembunuhan," itu kan lugas. Pemilihan konteks rendah itu memang bukan kebiasaan SBY dan itu menunjukan kemarahan. Sengaja menggunakan konteks rendah agar maksudnya mudah tertangkap," lanjut Tijipta.
Sebelumnya SBY menggelar jumpa pers di Cikeas, Kabupaten Bogor, Rabu (2/11). Dalam jumpa pers itu, SBY menyatakan ada pihak yang menuding salah satu partai politik mendalangi sekaligus mendanai aksi 4 November.
Unjuk rasa yang digelar di depan Istana Kepresidenan itu menuntut polisi memproses hukum Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atas tuduhan menista agama.

SBY juga bicara soal pembunuhan Munir, tudingan harta miliknya yang mencapai Rp 9 triliun dan rumah pemberian negara untuk dia sebagai mantan Presiden RI. (Rakhmat Nur Hakim)

Wenny menyayangkan SBY yang meragukan kinerja intelijen dan merasa dituduh menjadi otak di balik gerakan besar-besaran besok. Terlebih, SBY mendasarkan tudingannya pada kabar yang beredar di media sosial (medsos). “Terlalu berlebihan,” ujarnya seperti dikutip JawaPos.Com, Kamis (3/11).
Pensiunan polisi dengan pangkat terakhir brigadir jenderal itu merasa heran karena SBY justru yang tersinggung. Padahal, persoalannya adalah ada umat Islam yang tak terima oleh ucapan Gubernur DKI Jakarta Basuki T Purnama alias Ahok.
"Harus dilihat dari awal, ini persoalan Ahok. Kenapa musti SBY merasa tersinggung? Saya pikir terlalu berlebihan," tegasnya.
Mantan Direktur Ekonomi Khusus Badan Reserse Kriminal (Direksus Bareskrim) Polri itu pun menegaskan bahwa kinerja intelijen negara tidak perlu diragukan. Sebab, lembaga intelijen pasti sudah memetakan dan menginvestigasi setiap hal terkait rencana demontrasi 4 November.
"Memang mereka udah kerja kok. Saya pernah tugas di intel, ini saya paham benaar. Jauh sebelum mereka diminta pimpinan, sudah memberikan bahan keterangan, ide-ide yang harus diambil, nggak perlu disuruh orang," tegas Wenny.
Karenanya Wenny menegaskan, lembaga intelijen pun pasti keberatan dengan pernyataan SBY.  "Coba saja tanya orang intel, mereka pasti protes dengan hal seperti itu," sebut dia.
Wenny lantas menilai, sikap SBY yang mengomentari kinerja intelijen dan juga kasus Ahok hanyalah untuk mencari perhatian saja. Anak buah Prabowo Subianto di Gerindra itu pun menyebut SBY sedang cari panggung.
"Cuma sekarang kan semua tampil, dalam rangka ya pasang panggung lah. Semua punya kepentingan. Biarlah demo berjalan aman, damai," pungkas politikus Partai Gerindra itu.(dna/JPG)


Mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono menggelar pertemuan dengan wartawan, Rabu (02/11), menanggapi situasi terbaru terkait desakan penangkapan gubernur Jakarta dan rencana aksi unjuk rasa 4 November dan beberapa isu lain seperti aset kekayaan dan hibah rumah dan tanah dari negara.
Namun, tampaknya yang menjadi perhatian pengguna media sosial adalah hal yang sama sekali tak terkait.


























lebaran kudaImage copyrightTWITTER

Ya, Anda tak salah baca. 'Lebaran Kuda' menjadi topik populer di Twitter hari ini dengan lebih dari 10.000 kicauan. Ini diambil dari kutipan SBY yang menyebut, ''kalau tuntutannya (para pengunjuk rasa Jumat nanti) tidak didengar, sampai lebaran kuda bakal ada unjuk rasa.''
Banyak media kemudian mengambil kutipan ini sebagai judul berita dan pengguna media sosial mulai membicarakannya. Sebagian menghubungkannya dengan aksi naik kuda Presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto, Senin (31/10) lalu.
''Pak SBY sebut-sebut lebaran kuda. Pasti sedih karena kemarin gak diajak naik kuda,'' kata @naoimitobing di Twitter.


























Image copyrightREUTERS
Image captionPertemuan Jokowi dan Prabowo awal pekan ini di Hambalang.

Tapi ternyata bukan kali ini saja SBY menyebut istilah 'Lebaran kuda'. Seperti dikutip antaranews.com, SBY pernah mengungkapkan istilah itu ketika berkomentar tentang sepak bola Indonesia pada 2014 lalu. Pada 2011, SBY juga pernah menggunakan frasa 'Lebaran kuda' untuk mengomentari ekonomi Indonesia.
"Ekonomi luar Jawa harus naik melalui investasi dan perdagangan. Kalau kita cuma menjalankan business as usual atau begini-begini saja dan tak ada upaya, maka sampai lebaran kuda tak akan tercapai," katanya seperti dikutip detik.com.
Komentar-komentar lucu mengalir di Twitter. Pengamat politik Yunarto Wijaya mengusulkan 'Lebaran kuda' jadi libur nasional....


























twitterImage copyrightTWITTER

Beberapa merasa bingung, apakah itu salah satu judul lagu baru mantan presiden yang hobi bermusik ini?


























sbyImage copyrightTWITTER

Tentu ada banyak akun anonim yang kemudian meramaikan momen ini dengan membuat meme-meme dan menghubungkannya dengan isu penistaan agama. "Coba bayangkan jika istilah 'lebaran kuda' diucapkan oleh Ahok. Narasi jahat apa lagi yang akan dimainkan oleh mereka?" tulis akun @habibthink.
Lainnya, mendudukan topik ini dengan pendekatan yang lain...


























lebaran kudaImage copyrightTWITTER
lebaran kudaImage copyrightTWITTER

Satu pertanyaan lagi yang tampaknya ditanyakan berkali-kali di Facebook dan Twitter adalah, "kalau Lebaran Kuda ada THR (Tunjangan Hari Raya) nggak sih?" kata banyak pengguna Facebook.

BOGOR, KOMPAS.com


 - Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, proses hukum terkait pernyataan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang dilaporkan atas penistaan agama tak boleh dipengaruhi oleh pihak manapun.

"Proses hukum terhadap Ahok tak boleh dipengaruhi oleh Pemerintah dan para pengunjuk rasa yang akan melakukan aksinya di Istana Negara 4 November mendatang," kata SBY, saat jumpa pers di kediamannya, di Cikeas Kabupaten Bogor, Rabu (2/11/2016).
Ia menekankan, hukum merupakan proses yang harus terpisah dari tekanan politik dan ancaman massa.
Oleh karena itu, SBY mengimbau agar polisi sebagai penegak hukum berlaku netral dan tegas.
Ia menambahkan, jangan hanya karena satu orang, proses hukum di Indonesia menjadi terganggu.
Sebab, dalam negara hukum, yang harus menjadi panglima ialah hukum itu sendiri, bukan yang lain.

"Kita ini negara hukum, jadikan hukum sebagai panglima, jangan karena satu orang akhirnya proses hukum terganggu," lanjut SBY.

JAKARTA, KOMPAS.com
 - Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono menganggap berbahaya jika ada informasi intelijen bahwa rencana aksi unjuk rasa pada Jumat (4/11/2016), digerakkan atau didanai oleh pihak tertentu atau partai politik.

Hal itu disampaikan SBY dalam jumpa pers di kediamannya di Puri Cikeas, Bogor, Rabu (2/11/2016).
Jumpa pers tersebut menyikapi rencana unjuk rasa di depan Istana, Jakarta, mendesak proses hukum terhadap Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang dituduh menista agama.
"Kalau ada info atau analisis intelijen seperti itu, saya kira berbahaya menuduh seseorang, kalangan, parpol melakukan seperti itu," kata SBY.
Dalam jumpa pers tersebut, SBY tidak menyebut siapa pihak yang dituduh menggerakkan aksi tersebut. Meski demikian, ia menganggap informasi tersebut fitnah.
"Pertama, fitnah lebih kejam daripada pembunuhan. Kedua, menghina, rakyat bukan kelompok bayaran," kata Presiden keenam RI itu.
"Memfitnah atas nama analisis intelijen sekaligus menghina. Kita tahu Arab Spring mulai dari Mesir, Libia, Tunisia, Yaman itu tidak ada dikatakan penggeraknya. Yang komandoi sosial media. Itu lah era skarang ini. Jadi jangan tiba-tiba simpulkan ini yang menggerakkan, ini yang mendanai," ucap dia.
Meski tidak secara gamblang merasa dituduh, dalam jumpa pers tersebut, SBY mengaku sudah mengumpulkan informasi sebelum berbicara pada hari ini.

"Saya bukan orang sekadar bicara. Saya kumpulkan keterangan, saya korek apa di dalam pikiran penyelenggara negara, jajaran pemerintahan. Baru saya bicara," ucapnya.

"Sekali lagi, karena saya mengetahui, saya dengar dan saya kroscek benar adanya, mudah-mudahan yang saya dengar tidak benar, tidak seperti itu kalau ada analisis intelijen, termasuk sumber kepolisian bahwa ada pihak ini yang mendanai, pihak ini menggerakan, parpol ini yang punya kepentingan menggerakan unjuk rasa besar itu," tambah SBY.

Liputan6.com, Jakarta - Putra presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono, Agus Harimurti Yudhoyono, akhirnya meninggalkan dunia militer demi terjun ke dunia politik.
Jumat, 23 September dinihari, Agus diumumkan sebagai bakal cagub DKI Jakarta oleh partai yang dipimpin ayahandanya, Partai Demokrat. 
Nama Agus sendiri muncul di detik-detik menjelang pendaftaran hari terakhir pasangan cagub dan cawagub DKI. Sebelumnya, nama Agus tidak terdengar sama sekali dalam bursa Pilgub DKI.

Agus dipasangkan dengan Sylviana Murni untuk menjadi penantang pasangan bakal cagub dan cawagub Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat (Ahok-Djarot) di Pilkada DKI Jakarta 2017.
Diumumkannya nama Agus Yudhoyono sebagai cagub DKI pun mendadak sontak mengagetkan publik. Pro-kontra pun langsung bermunculan. Banyak netizen menyayangkan keputusan tersebut, meski banyak juga yang mendukung. Bahkan, beredar isu yang menyebutkan bahwa pencalonan Agus karena keinginan orangtuanya.
"Amat sangat kecewa Ibu n Bpk menghentikan karier sang Anak Sang Calon Jenderal Bintang 4 hnya demi POLITIK," tulis akun @janeivka di akun Instagramnya ibunda Agus, Ani Yudhoyono, @aniyudhoyono.
Akun @anangsaefudin menulis, "Ibu ani saya sangat menyayangkan dengan mas agus kenapa mesti jadi nyalon dki 1 padahal karier di militer begitu cemerlang."
































Terkait tudingan ini, sang ibunda, Ani Yudhoyono, tampaknya tidak terima.
Melalui akun Instagramnya @aniyudhoyono, ibu negara ke-6 RI ini pun memberi klarifikasi.
"Pertanyaan mengapa Agus berhenti/ pensiun dini dari dinas militer, hanya Agus yang paling tepat untuk menjawabnya. Tuduhan kalau dipaksa oleh orangtua, sangat menyakitkan. Saya kira, tak satupun orangtua yang ingin mengorbankan anaknya. Pak SBY dan saya tak pernah menekan Agus dan Ibas sejak dulu. Keputusan dan pilihan Agus sepenuhnya diambil oleh Agus dengan segala resiko dan konsekuensinya. Pak SBY dan saya selalu mendukung cita2, niat baik dan tulus anak2 yang kami tahu untuk kepentingan rakyat. Terima kasih atas pengertiannya. Cinta kami untuk rakyat Jakarta dan Indonesia," tulis Ani Yudhoyono yang di-posting di Instagramnya, Sabtu (24/9/2016).

Pada Pilkada DKI 2017, Agus berpasangan dengan Sylviana Murni. Pasangan ini tidak hanya diusung oleh Demokrat, tapi juga PPP, PKB, dan PAN. 



Beritateratas.com - Buronan kasus Bank Century Hartawan Aluwi yang ditangkap di Singapura telah dipulangkan ke Indonesia. Kapolri Jenderal Badrodin Haiti mengatakan pihaknya akan terus memburu aset Hartawan yang belum disita.


"Sudah dilakukan pengejaran bahkan yang di Hong Kong itu sudah kami gugat dan dari pemerintah Indonesia menang. Enggak tahu nanti perkembangannya tapi dari proses peradilan itu sudah menang," kata Badrodin di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Jumat (22/4/2016).



Badrodin menjelaskan tidak langsung semua aset Hartawan dapat disita. Namun, kata dia, akan diupayakan satu per satu. "Karena kalau aset yang sudah di luar (negeri) apalagi juga terkait dengan gabungan perusahaan dengan pihak lain tentu harus ada upaya hukum yang jelas sehingga bisa langsung eksekusi, tidak bisa serta merta kita eksekusi," ujar Kapolri.

Kalau yang terkait dengan ini (Century) masih ada dua (orang buron," kata Kapolri Jenderal Badrodin Haiti di di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Jumat (22/4/2016).

"Kan tetap kita lakukan, upaya-upaya-upaya polisi kan tidak gembar-gembor, tapi tetap kita bekerja untuk menangkap yang dua orang lagi," sambungnya saat ditanya upaya apa dilakukan untuk mengejar dua buronan itu.


Badrodin menjelaskan, kendala yang dihadapi dalam menangkap buronan di luar negeri adalah, polisi tidak punya kewenangan untuk menangkap langsung di negara lain.

Sebelumya buronan BLBI Samadikun Hartono ditangkap setelah 13 tahun dan kini sudah dipulangkan ke Indonesia.

Samadikun (68) telah divonis bersalah dalam kasus penyalahgunaan dana talangan atau BLBI senilai sekitar Rp 2,5 triliun yang digelontorkan kepada Bank Modern menyusul krisis finansial 1998.
Kerugian negara yang terjadi dalam kasus ini adalah sebesar Rp 169 miliar. Berdasarkan putusan Mahamah Agung tertanggal 28 Mei 2003, mantan Presiden Komisaris Bank PT Bank Modern Tbk itu dihukum empat tahun penjara.
Sejak 2003, buronan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) Samadikun Hartono berhasil lolos dari kejaran Tim Terpadu Pencari Tersangka dan Aset Terpidana. Lalu apa hubungannya dengan SBY?


Sampai saat ini, skandal Bail -Out Bank Century masih dibayangi dugaan-dugaan dan banyak ditemukan kejanggalan-kejanggalan. Kemenangan pasangan SBY Boedioeno dalam Pilpres 2009 lalu, dicurigai banyak kalangan ada kaitannya dengan dana Penyertaan Modal Sementara (PMS) dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) untuk Bank Century. 
Hal ini juga dipaparkan oleh George Junus Aditjondro dalam bukunya “Cikeas Kian Menggurita”. 

Dalam buku tersebut disebutkan bahwa asal uang Kampanye SBY-Boedioeno pada Pilpres 2009 berasal dari Bank Century, Bank Maspion, dan Bank Akita.

 “Inti yang ingin saya sampaikan dalam buku ini ada di BAB IV. Dalam pandangan saya, terbentuknya pemerintahan SBY-Boediono tidak jauh dari pelanggaran besar saat proses pemilihan umum. Kemenangan Partai Demokrat, SBY, juga Boediono tidak sah. Mereka juga menjalankan pemerintahan ilegal,” papar George.

Jadi dengan kata lain, keputusan untuk menyediakan dana PMS bagi Bank Century, bukan hanya dimotivasi untuk menyelamatkan Bank Century yang bermasalah, dan juga bukan demi menjaga stabilitas ekonomi nasional. Lebih tepatnya, rencana menyelamatkan Bank Century didorong motivasi untuk menyediakan dana kampanye. Namun kejanggalan-kejanggalan tersebut seolah dianggap kasat mata berlalu begitu saja.



Untuk kasus BLBI sendiri menyeret besan SBY, Aulia Pohan yang menjabat sebagai Deputi BI.  Aulia pohan sendiri 'dijebloskan' oleh Antasari Azhar yang saat itu menjabat sebagai Ketua KPK yang kemudian Antasari Azhar 'dijatuhkan' dalam kasus pembunuhan Nazaruddin Syamsuddin. 
Hmm.... Sungguh indah bila semua bisa tersibak!

Pengucuran dana BLBI ini memang murni instruksi Soeharto. Dan pengakuan Gubernur BI yang bertanggung jawab atas mengucurnya dana 114 triliun, Soedrajat Djiwandono. 

Soedrajat Djiwandono sendiri merupakan kakak ipar Prabowo Subianto. Soedrajat sekarang menjadi dewan pembina Gerindra, dan anaknya menjadi bendahara umum Gerindra. Lalu apa hubungannya BLBI dengan Megawati ? 

Padahal saat keluar Kepres 1998 dan instruksi Soeharto, saat itu Megawati merupakan Ketum partai oposisi. Lagi pula Gubernur BI adalah Soedrajat Djiwandono yang merupakan ipar Prabowo. Sementara Prabowo sendiri menantunya Soeharto. 

Yah dalam politik semua bisa saja dihubung - hubungkan walau tidak berhubungan. 

Langkah Presiden Joko Widodo atau Jokowi dalam Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) di Beijing, China dalam membangun jaringan informasi anti-korupsi dan memastikan tidak ada safe haven bagi para koruptor yang telah menjadi buronan di Asia Pasific idambut baik oleh Kejaksaan Agung.

Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejaksaan Agung, Tony Spontana‎ mengatakan bahwa rencana Presiden Jokowi tersebut akan membuat tim pemburu koruptor yang diketuai oleh Wakil Jaksa Agung, Andhi Nirwanto semakin mudah untuk menangkap para koruptor yang telah menjadi buronan dan melarikan diri ke luar negeri untuk menyembunyikan harta hasil korupsinya.  



Jakarta - Wakil Presiden (Wapres), Jusuf Kalla (JK), menghadiri acara buka puasa bersama (bukber) Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) jilid I dan II yang digelar di kediaman mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Puri Cikeas, Gunung Puteri, Bogor, Senin (13/6).
Wapres beserta Ibu Mufidah Jusuf Kalla dan rombongan tiba di Puri Cikeas sekitar pukul 17.10 Wib. Kemudian, keduanya langsung masuk ke kediaman dan disambut oleh SBY yang terlihat mengenakan baju koko lengan panjang berwarna oranye.
Acara buka puasa pun dimulai dengan kata pembuka dari Ketua Paguyuban KIB yang juga mantan Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam), Djoko Suyanto.
Dalam kesempatan ini, sejumlah menteri yang tergabung dalam KIB jilid I dan II terlihat hadir dalam acara buka puasa bersama yang diinisiasi oleh SBY tersebut.
Sejumlah mantan pejabat yang hadir di antaranya, Mantan Wakil Presiden Jilid II Boediono, Mantan Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto, Mantan Menteri Pendidikan Nasional M Nuh, Mantan Menteri Pendayagunaan dan Aparatur Negara yang melanjutkan Menteri Perhubungan EE Mangindaan, Mantan Menteri Keuangan Agus Martowardojo, Mantan Panglima TNI Moeldoko.
Kemudian, hadir pula, Mantan Menteri Ginandjar Kartasasmita, Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad, Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo, Mantan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Amir Syamsuddin, Mantan Panglima TNI Agus Suhartono, Mantan Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Hatta Rajasa.
Selain itu, acara ini juga dihadiri Mantan Kapolri Jenderal Timur Pradopo, Mantan Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto, Mantan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Mantan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Abu Rizal Bakrie, Mantan Menteri Pertanian Suswono, Mantan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar, Mantan Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, dan Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Adhyaksa Dault.
Novi Setuningsih/FER
Suara Pembaruan

Jakarta detik - Berbagai gambar dan meme Ani Yudhoyono dengan tulisan 'Calon Presiden Partai Demokrat 2019' belakangan ramai tersebar di media sosial beberapa hari lalu. Ketua Umum PD Susilo Bambang Yudhoyono akhirnya angkat bicara terkait isu yang menyerang istrinya tersebut.

"Saya lakukan klarifikasi karena kemarin dalam rangkaian safari kita, Tour de Java. Tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba dimunculan di sosial media, seolah-olah kita sudah punya capres dan kebetulan Ibu Ani ditulis di situ sebagai capres 2019," ungkap SBY.

Hal tersebut disampaikannya saat membuka Rapat Konsolidasi PD di Harris Hotel, Jl Bangka, Gubeng, Surabaya, Minggu (20/3/2016). Isu soal Ibu Ani capres memang muncul saat SBY bersama rombongan PD tengah melakukan safari Tour De Java keliling Jawa.

"Saya ingin klarifikasi, dengarkan ini baik-baik. Karena kita terganggu, tidak ada yang terpikir sama sekali, kita sedang siang malam melaksanakan safari tiba-tiba mendengar berita seperti itu," tegas SBY dengan nada sedikit kesal.

SBY mengungkapkan, bahwa hingga saat ini PD belum memutuskan siapa capres yang akan dibawa maju untuk Pilpres 2019 nanti. Saat ini partai berlambang Mercy tersebut tengah mencari tokoh siapa yang paling tepat untuk dijadikan capres.

"Allah mendengar ucapan saya ini, dan saya belajar konsisten dalam hidup, pada saatnya PD pasti punya calon presiden, dan calon wapres. Saat ini kita sedang meneropong kandidat-kandidat yang patut dinominasi oleh partai," jelasnya.

Dalam menentukan capres, PD tidak akan sembarangan sebab harus melalui mekanisme sesuai aturan dan AD/ART partai. Tokoh yang akan dibawa dalam Pilpres juga harus mmiliki kriteria yang sesuai dengan harapan PD.

"Boleh dikatakan normatif tetapi bagi kita riil, salah satu putera terbaik bangsa, yang punya integritas, kapabilitas, rekam jejak dan jangan lupa elektabilitasnya. Pada saatnya juga akan disampaikan secara resmi oleh PD," tutur SBY.

Tokoh yang akan dibawa PD untuk menjadi capres bukan berarti harus populer dan hanya dilihat dari elaktabilitas. Namun kata SBY, ada kriteria penting lainnya dibanding dua unsur itu.

"Meski elaktabilitas penting, tapi maunya kita, disamping popular dan elektabilitas tinggi, dia juga punya integritas, punya kapasitas yang bisa memimpin negara ini. Menjalankan pemerintahan, melakukan pembangunan. Itu yang kita terus lakukan, menjaring, meneropong, Insya Allah pada saatnya pun begitu," bebernya.

SBY yakin bahwa PD mampu menemukan capres untuk Pemilu 2019 nanti karena memiliki pengalaman dua kali menang dalam Pilpres. Hanya pada 2014, ia mengakui bahwa PD mengalami kemunduran sehingga tidak bisa mengusung calon.

"2014 kita tidak punya capres. Orang mengatakan itu karena PD korupsi banyak. Kalau soal korupsi kita sama dengan partai lain, bahkan ada partai yang lebih tinggi korupsinya," tutur SBY.

"Hanya dulu kita nggak bisa ngomong karena ada selalu kalah dengan banyaknya gegap gempita serangan ke kita. Itu fakta dan data Dan kedua memang ada musibah kita jadi musuh bersama," sambung jenderal purnawirawan TNI itu.

SBY pun meminta kepada para kadernya agar menjadikan kekalahan PD di Pemilu 2014 sebagai pelajaran dan mengambil hikmahnya. Ia juga meminta semua kader PD siap berperang memenangkan Pemilu 2019.

Sebelumnya muncul meme Ibu Ani mulai Selasa (15/3) lalu dengan salah satunya menampilkan Ibu Ani dengan baju warna biru sambil melambaikan tangan dengan background bendera Merah Putih. Selain itu ada juga gambar berjudul, '7 Hal Ibu Ani Yudhoyono Layak Jadi Capres 2019' dengan penjelasan 7 hal yang dimiliki Ani Yudhoyono adalah: Setia, Keibuan, penyabar, penyayang, tegas, teratur, dan antikorupsi.

Dua gambar yang beredar di media sosial itu dilengkapi dengan tagar #AniYudhoyono2019. Kemunculan gambar ini membuat sejumlah pihak melakukan spekulasi. Bahkan ada yang beranggapan isu ini serupa dengan fenomena Hillary Clinton.

(elz/van)

KOMPAS.COM : Oleh: Wisnubrata


Saat saya berusia 16 tahun, Bapak saya terpilih menjadi ketua RT (Rukun Tetangga) di kampung kami di Jogja. Karena kesibukan dalam pekerjaan dan menjadi pengurus di banyak organisasi lain, pada periode selanjutnya Bapak meminta agar jabatan itu dipegang orang lain.
Kebetulan dalam beberapa kesempatan sebelumnya, urusan RT seperti membuat surat, memberi cap, serta mengedarkan undangan sering ditangani kakak lelaki tertua saya. Karena dianggap sudah terbiasa dan paham dengan pekerjaan itu, warga kemudian memilih kakak saya menjadi Ketua RT menggantikan Bapak.
Belum selesai satu periode, kakak saya lulus kuliah dan bolak-balik ke Jakarta mencari kerja. Tugas sebagai ketua RT kemudian ditangani oleh kakak saya yang kedua, sampai akhirnya pada akhir periode, dia juga “dipaksa” oleh warga menggantikan posisi itu. Alasannya sama, sudah paham pekerjaannya.
Namun tiba waktunya, kakak kedua ini juga pindah karena mendapat pekerjaan di kota lain. Kembali pekerjaan sebagai ketua RT di-estafetkan. Saya sebagai anak lelaki ketiga diminta meneruskan. Namun saya menolak.
Karena tidak ada warga lain yang bersedia, akhirnya Bapak mengambil tugas itu lagi. Namun belum sampai selesai masa tugasnya, Bapak meninggal karena stroke. Dalam situasi tanpa ketua RT itu, warga pun meminta saya menggantikan posisi tersebut. Saat itu saya sudah mahasiswa.
Karena pekerjaan menjadi ketua RT saat itu tidak sulit-sulit amat, dengan warga yang tidak banyak menuntut dan berjanji akan membantu, saya akhirnya bersedia.
Dalam beberapa kesempatan, ada tamu yang bukan warga kami datang dan ingin bertemu dengan Ketua RT. Saat saya persilakan, dan saya temui, beberapa bertanya, ”Bapaknya ada?”
Saya jawab, “Bapak sudah meninggal.”
“Lho, di sini rumah ketua RT kan?”
“Iya, saya RT-nya.”
Ternyata penampilan saya waktu itu kurang meyakinkan. Orang masih mencari sosok yang lebih berwibawa dibanding mahasiswa gondrong yang sering mengenakan kaos hitam bergambar tengkorak seperti saya.
Belakangan, setelah saya juga bekerja di Jakarta, jabatan itu dipegang adik ipar saya. Ia bahkan mengungguli kami semua dengan menjabat ketua RW setelah sekian lama jadi ketua RT.
Salahkah pengalihan jabatan ketua RT itu secara turun temurun dari bapak ke anak, dari kakak ke adik? Saya rasa tidak. Toh semua melalui pemilihan secara demokratis, dan dipilih dengan suara terbanyak.
Dalam lingkup yang lebih besar, pengalihan kekuasaan antar kerabat dan keluarga juga lazim terjadi. Banyak jabatan bupati yang diteruskan dari bapak ke anak atau dari suami ke istri. Semua sah. Tak ada yang menyalahi aturan selama dilakukan secara demokratis, lewat pemilihan yang adil, yang artinya dikehendaki warganya.
Maka saat mendengar kabar bahwa mantan ibu Negara Ani Yudhoyono diusung oleh partainya, Demokrat, sebagai calon presiden tahun 2019, selasa lalu (15/3/2016), saya beranggapan hal itu boleh saja dilakukan, walau dia istri mantan presiden.
Bahwa kemudian kabar pencalonan Ani Yudhoyono dikoreksi, sebenarnya tidak ada hukum yang dilanggar bila pencalonan itu benar adanya. Di banyak negara demokratis lain, juga terjadi pengalihan tampuk kekuasaan dari ayah ke anak melalui pemilu.
Tidak ada larangan yang menyebut bahwa keluarga, kerabat, anak, suami, atau istri mantan presiden dilarang mencalonkan diri. Contohnya sudah banyak.
Di AS ada klan Kennedy, ada juga George Bush senior dan junior yang pernah jadi presiden. Di Filipina ada keluarga Aquino. Bahkan di Indonesia sendiri ada keluarga Soekarno yang bapak dan anaknya pernah memimpin negara.
Namun sampel yang paling mendekati kasus Ani Yudhoyono barangkali sepak terjang Hillary Clinton menjadi calon presiden AS setelah suaminya Bill Clinton mengakhiri jabatan selama dua periode. Dua-duanya pernah menjadi ibu negara selama dua periode, dari partai dengan nama sama, dan dari negara yang akan menghadapi pemilu.
Terkait Hillary, Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Nurhayati Ali Assegaf, bahkan membandingkan Ani Yudhoyono dengan Menteri Luar Negeri AS di pemerintahan Presiden Obama itu.
"Bahkan Ibu Ani bisa lebih hebat dari Hillary Clinton," ujarnya.
Menurut Nurhayati, Ani memiliki peluang yang besar untuk memenangkan pemilu presiden 2019. Dia meyakini pengalaman Ani selama sepuluh tahun mendampingi suaminya, Susilo Bambang Yudhoyono –seperti halnya Hillary mendampingi Bill Clinton--bisa menjadi modal besar.
Meski demikian, harus diingat bahwa jabatan presiden membutuhkan kecakapan lebih besar daripada sekedar mendampingi presiden sebelumnya. Jabatan ini bukan seperti jabatan ketua RT –seperti saya--yang urusannya relatif remeh temeh.
Kecakapan atau kapabilitas itu biasanya ditelusuri saat seseorang mencalonkan diri sebagai kandidat dalam pemilu. Apa yang sudah dia lakukan menjadi nilai yang bisa mengangkat, atau sebaliknya menjatuhkannya.
Soal Hillary, banyak kalangan terpesona oleh rekam jejaknya. Dia tidak hanya dikenal sebagai mantan ibu negara, namun memiliki prestasi sendiri.
Hillary Diane Rodham Clinton yang lulus dari Sekolah Hukum Yale pernah menjadi first lady saat Bill Clinton menjadi gubernur Arkansas sebelum menjadi ibu negara. Ia juga terpilih menjadi Senator New York pada tahun 2000.
Setelah bergabung dengan Partai Demokrat, Hillary mengikuti Pemilu Presiden AS tahun 2008, namun dikalahkan Barack Obama.  Obama yang kemudian menjadi Presiden AS melantik Hillary sebagai Menteri Luar Negeri AS ke-67.
Dengan rekam jejak seperti itu, Hillary maju lagi sebagai calon presiden AS tahun ini. Popularitas Hillary yang tinggi sebagai kandidat presiden menunjukkan hal itu, walau entah dia bakal terpilih menjadi presiden atau tidak.
Adapun Ani Yudhoyono juga disebut memberi kontribusi besar pada pemerintahan SBY. Mantan politisi Partai Demokrat Gede Pasek Suardika bahkan menyebutkan Ani memiliki andil besar dalam keputusan-keputusan SBY.
"Dulu kan boleh dikatakan secara politis Ibu Ani is the real president. Nanti akan bisa jadi presiden real. Maknailah secara politik," kata Pasek.
Selain berdasarkan rekam jejak, elektabilitas Ani Yudhoyono Hillary, dan semua pemimpin lain juga dipengaruhi oleh masyarakat pemilih.
Kurangnya pengetahuan warga terhadap kandidat, masih maraknya politik uang, juga adanya kampanye-kampanye hitam adalah hal-hal yang membuat kita sulit mencari pemimpin yang cakap, dan mampu.
Namun dengan rekam jejak baik, pemilih di Indonesia yang semakin cerdas akan lebih mudah menentukan pilihannya.
Pepatah bahasa latin menyebutkan: “Gloria sine labore nulla” – Tanpa ada kerja, tidak ada kemuliaan.
Dalam konteks ini, mereka yang selama ini bekerja dengan benar dan sungguh-sungguh akan dimuliakan dan dipercaya rakyatnya untuk memimpin. Sedangkan yang hanya sibuk dengan pencitraan sepertinya hanya bisa mengandalkan keberuntungan semata.

Hal yang sama mestinya juga berlaku untuk Ani Yudhoyono dan semua calon pemimpin lain, … bila jadi mencalonkan diri.

JAKARTA, KOMPAS.com - Tidak banyak bicara. Namun, hasil kerjanya nyata. Itu yang dialami rombongan wartawan yang meliput Susilo Bambang Yudhoyono saat mundur sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan dan bersiap menjadi calon presiden dari Partai Demokrat tahun 2004.

Sosok tidak banyak bicara itu adalah Jero Wacik.

Kehadiran Jero Wacik di sekitar SBY di masa-masa perjuangan itu kerap tidak disadari. Kesadaran publik akan peran Jero Wacik bagi SBY dan Partai Demokrat baru mengemuka sehari sebelum SBY dilantik menjadi Presiden RI ke-6.

Tanggal 19 Oktober 2004, Jero Wacik yang tercatat sebagai fungsionaris Partai Demokrat dipanggil ke Puri Cikeas Indah untuk diseleksi sebagai calon menteri.

Berbeda dengan calon menteri lain, Jero Wacik yang tidak banyak bicara hanya bertemu dengan SBY kurang dari delapan menit.

Saat itu, alumnus Institut Teknologi Bandung Jurusan Mesin dan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Jurusan Marketing itu diajak berbicara soal pariwisata dan budaya.

Saat masa kampanye SBY, Jero Wacik yang pernah bekerja di Grup Astra selama 20 tahun mengurusi akomodasi peserta kampanye termasuk kendaraan yang ditumpangi wartawan.

Tak lama setelah seleksi itu, Jero Wacik dilantik menjadi Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Kabinet Indonesia Bersatu (2004-2009). Kiprahnya di Partai Demokrat lantas makin nyata karena jabatannya di pemerintahan.

Puas dengan kerja-kerja Jero Wacik, SBY yang terpilih kembali secara mengaggumkan dalam Pemilu 2009 melantik kembali Wakil Sekjen Partai Demokrat ini sebagai Menteri Negara Kebudayaan dan Pariwisata Kabinet Indonesia Bersatu II (2009-2014).

Belum selesai masa tugasnya, SBY memberi kepercayaan lebih kepada Jero Wacik menjadi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Kabinet Indonesia Bersatu II (2011-2014).

Dari jabatan "panas" inilah, kasus korupsi di kementerian yang dipimpinnya terendus oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Tidak berhenti di kasus di ESDM, KPK jauh menyelidiki kasus di kementerian yang dipimpin Jero Wacik sebelumnya.



Warta Ekonomi.co.id, Jakarta -Anggota Komisi XI DPR RI Mukhamad Misbakhun memberikan catatan kritis bagi kinerja Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo. Agus akan mengakhiri jabatannya sebagai orang nomor satu di bank sentral besok (23/5) setelah lima tahun menjabat.
Misbakhun mengatakan, Agus diangkat menjadi gubernur BI pada Mei 2013 saat kurs USD di posisi Rp 9.700. Sedangkan saat ini nilai tukar USD sudah mencapai Rp 14.200. Politisi Partai Golkar itu menilai perjalanan rupiah selama lima tahun BI di bawah kepemimpinan Agus telah menjadi catatan tersendiri.
“Alhamdulillah, Bapak Agus mewariskan legacy kepada kita nilai tukar USD di angka Rp 14.200 dan ini akan dicatat oleh bangsa dan negara kita,” sindir Misbakhun dalam rapat kerja Komisi XI DPR dengan BI di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (22/5/2018).
Agenda rapat kerja itu adalah pelaporan tentang capaian Gubernur BI Agus Martowardojo selama menjabat periode 2013-2018. Misbakhun menambahkan, ada selisih Rp 4.200 dalam hal kurs USD saat Agus mulai menduduki posisi Gubernur BI dengan akhir masa jabatannya.
Misbakhun menegaskan, selisih dan perjalanan rupiah belakangan ini harus menjadi catatan bagi Gubernur BI baru pengganti Agus. Menurutnya, harus ada solusi kongkret untuk mengangkat nilai tukar rupiah.
“Angka Rp 14.200 ini akan menjadi sebuah notifikasi baru bagi kita, akan ke mana nilai tukar ini kita dibawa? Apakah kita akan melakukan redominasi, atau akan kita turunkan melalui mekanisme yang ada?” ujar Misbakhun.
Politisi yang getol mendukung kebijakan Jokowi itu menambahkan, cadangan devisa  RI pada akhir April lalu di angka USD 124,9 miliar. Sedangkan kini jumlah devisa turun menjadi USD 105,2 miliar karena ada operasi moneter ketika kurs USD memasuki zona Rp 14.000.

Misbakhun pun mempertanyakan efektivitas operasi moneter yang dilakukan BI. Padahal, saat ini BI tak hanya memiliki undang-undang (UU) tersendiri, tetapi juga diperkuat dengan UU Transfer Dana dan UU Devisa Bebas.
Menurut Misbakhun, fundamental ekonomi Indonesia yang kuat seharusnya tak terlalu terpengaruh gejolak di mancanegara. Selain itu, kata mantan pegawai Kementerian Keuangan itu, harus ada strategi panjang ke depan untuk membangun bank sentral.
“Review panjang saya ini menjadi bahan refleksi bagaimana BI ke depan dikelola. Bagaimana BI ke depan dijalankan dan dioperasionalkan menjadi kebijakan moneter yang memberi dampak langsung terhadap kemakmuran rakyat,” pungkasnya.



JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memeriksa Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo, Rabu (2/10/2013). Agus diperiksa sebagai saksi untuk kasus dugaan korupsi pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) dan penetapan Century sebagai bank gagal berdampak sistemik. Agus tiba di Gedung KPK, Kuningan, Jakarta, pukul 10.00 WIB.

"Saya hari ini diundang untuk menjadi saksi sehubungan dengan dugaan tindak pidana korupsi FPJP. Saya akan masuk untuk memberi kesaksian. Nanti ke luar saya jelaskan," kata Agus, yang mengenakan kemeja putih itu.

Agus menjelaskan, kapasitasnya diperiksa hari ini selaku Direktur Utama Bank Mandiri pada saat itu. "Saya diundang sebagai Direktur Utama Bank Mandiri," katanya. 

Kasus Century 

Kasus Bank Century bermula dari pengajuan permohonan fasilitas repo (repurchase agreement) aset oleh Bank Century kepada BI sebesar Rp 1 triliun. Pengajuan repo aset itu dilakukan untuk meningkatkan likuiditas Bank Century. Repo adalah transaksi penjualan instrumen efek antara dua pihak yang diikuti dengan perjanjian pembelian kembali di kemudian hari dengan harga yang telah disepakati. 

Surat permohonan repo aset itu kemudian ditindaklanjuti BI untuk diproses lebih lanjut oleh Zainal Abidin dari Direktorat Pengawasan Bank. Zainal lalu berkirim surat ke Boediono pada 30 Oktober 2008. Surat itu berisi kesimpulan yang dibuat Zainal atas permohonan Bank Century. Namun, BI merespons pemberian fasilitas itu dengan menggulirkan wacana pemberian FPJP. 

Padahal, Zainal mengatakan Bank Century tidak memenuhi syarat untuk memperoleh fasilitas itu. Ketidaklayakan Bank Century menerima FPJP disebabkan capital adequacy ratio (CAR) bank tersebut di bawah 8 persen, batas minimum yang ditetapkan BI. Boediono diduga memberikan arahan agar menggunakan berbagai cara supaya Bank Century mendapat FPJP. Pada 14 November 2008, BI kemudian mengeluarkan aturan baru untuk persyaratan FPJP dari CAR minimal 8 persen menjadi CAR positif. Aturan ini ditenggarai untuk mengarah ke Bank Century. 

Setelah dilakukan perubahan itu, pada tanggal yang sama, Boediono mengeluarkan surat kuasa. Surat kuasa ini kemudian yang diterima oleh Timwas Century saat ini. Atas dasar kuasa itu, pihak BI dan Bank Century menghadap notaris Buntario Tigris. Berdasarkan audit investigasi BPK, proses ini diduga sarat rekayasa seolah-olah permohonan yang diajukan Bank Century adalah FPJP. Pada malam harinya, dana FPJP untuk Bank Century pun cair sebesar Rp 502,72 miliar untuk tahap pertama dan tahap berikutnya Rp 689 miliar.

JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardoyo selama ini dikenal sebagai bankir profesional. Karena latar belakang itu, karirnya di dunia perbankan terus melejit.
Dari tadinya hanya memimpin sebuah bank swasta yang relatif kecil, tiba-tiba dilamar menjadi CEO sebuah bank terbesar milik pemerintah. Sampai akhirnya menjadi Menteri Keuangan.
Di era Presiden SBY, selain terpilih selaku Menkeu, karir Agus melejit setelah direkomendasi Presiden SBY menjadi Gubernur Bank Indonesia menggantikan Darwin Nasution.
Tadinya DPR-RI menolak pencalonannya. Tapi kemudian ia dicalonkan kembali sebagai calon tunggal oleh Presiden SBY. Karena tanpa saingan, Agus Martowardoyo pun lolos dalam uji kelayakan dan kepatutan DPR-RI. Jadilah dia sebagai orang nomor satu di Bank Indonesia . Masa bahkatinnya masih tiga tahun lagi.
Sekalipun lolos, tapi karena terkesan dipaksakan maka pencalonan Agus Martowardoyo menuai kecurigaan. Bahwa pria kelahiran Belanda tersebut sebagai calon pejabat BI yang menjadi kesayangan SBY.
Atau SBY dicurigai ingin menggunakan Agus Martowardoyo untuk mengamankan posisinya dari kemungkinan adanya gugatan lanjutan atas Bank Century.
Bank swasta ini di era pemerintahan SBY mendapat talangan dana sebesar Rp. 6,7 triliun dari Bank Indonesia. Tujuannya untuk mengatasi kekurangan dana.
Dana yang dikatakan untuk menolong para nasabah bank tersebut, akhirnya hilang semuanya. Sementara para nasabah Bank Century akhirnya tak mendapatkan dana mereka yang hilang.
Tapi kecurigaan terhadap “konspirasi” antara Agus Martowardoyo dan Presiden SBY tak pernah terbuktikan.
Pekan lalu, Agus Martowardoyo tiba-tiba mengeritik Presiden Joko Widodo. Kritikan itu terkesan ada kemiripan dengan cara-cara SBY mengeritik pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Kritikan Agus juga terkesan tidak pada tempatnya. Sebab selama ini Bank Indonesia – sekalipun independen tetapi tetap saja di bawah kewenangan lembaga eksekutif yang dipimpin Presiden.
Kritikan Agus yang bernada politik, juga cukup mengejutkan. Sebab selama ini Agus tergolong sosok yang tak pernah mau masuk ke wilayah itu.
Agus Martowardoyo mengingatkan Presiden Joko Widodo harus transparan dengan rencananya untuk menurunkan harga BBM. Kata Agus, jangan sampai penurunan harga itu hanya mengejar pencitraan.
Selain ada kemiripan, pernyataan Agus Martowardoyo bertolak belakang dengan kepentingan rakyat banyak. Yang menghendaki harga BBM lebih murah.
Sehingga semakin terasa, Agus Martowardoyo berbicara sesuatu yang baru, berbau politik dan justru tidak pro rakyat.
Isu soal penurunan harga BBM yang diangkat Agus Martowardoyo mengingatkan sikap SBY. Presiden ke-6 ini tidak setuju menurunkan BBM menjelang pemerintahannya berakhir.
Adalah Presiden terpilih Joko Widodo yang menemui Presiden SBY yang saat itu berada di Bali – untuk meminta agar penurunan harga minyak dilakukan oleh SBY. Sebab harga BBM itu sudah diikat dengan UU oleh Presiden SBY. Sementara yang melaksanakan UU iu adalah pemerintahan atau Presiden Joko Widodo.
Salah satu alasan Joko Widodo ketika itu, menurunkan BBM, karena harga minyak mentah dunia yang menjadi bahan mentah BBM Indonesia, sudah turun cukup signifikan.
Tapi SBY menolak. Semenjak itu politisi pendukung Jokowi menilai, SBY sengaja menolak agar pemerintahan baru akan menanggung beban berat keuangan akibat dari tingginya harga BBM.
Atau rezim SBY tidak ikhlas atas penurunan itu karena penurunan itu akan menciptakan citra positif baru bagi Joko Widodo.
Oleh sebab itu ketika Agus Martowardoyo meminta bahwa hendaknya Presiden Joko Widodo tidak mencari penictraan dari keputusan menurunkan harga BBM kali ini, sejumlah politisi atau pengamat, langsung curiga.
Pernyataan Gubernur BI selain bermuatan politik juga terkesan ada kemiripan dengan sikap politik SBY. Juga da kesamaan dengan cara SBY mengeritik Presiden Joko Widodo.
Itu sebabnya pernyataan Agus Martowardoyo ini langsung menarik perhatian. Dan yang paling tertarik serta vokal menyerang balik Gubernur BI tersebut adalah politisi Partai Golkar, Misbakun.
Misbakun sendiri baru-baru ini meluncurkan buku tentang Mega Skandal Bank Century. Dalam bukunya itu secara terbuka Misbakun menuding Presiden SBY. Menurutnya SBY yang dalam Pilpres 2009 merekrut Gubernur BI Boediono, menjadi pasangannya sebagai Calon Wakil Presidene, terlibat dalam pencairan dana Rp. 6,7 triliun oleh Bank Indonesia yang diperuntukkan bagi Bank Century.
Politisi Golkar ini menilai pernyataan Agus Martowardoyo tidak etis dan telah membawa Bank Indonesia sebagai lembaga yang non-independen lagi.
Penilaian Misbakun tentang Gubernur BI, Senin pagi tadi dibahas secara khusus dalam Bincang Pagi Metro TV.
Misbakun malahan balik mengingatkan Agus Martowardoyo. Bahwa Bank Indonesia yang dipimpinnya, sudah gagal menjalankan tugas dan fungsi utamanya, yaitu menjaga stabilitas rupiah.
Menurut Misbakun, keterpurukan rupiah terhadap dolar saat ini, secara teori tidak masuk akal. Sebab pertumbuhan tetap ada, ekonomi masih berjalan relatif cukup baik dan inflasi terkendali.
“Tapi hanya rupiah yang stabil dengan keterpurukannya”.
“Bank Indonesia tidak melakukan tindakan apa-apa. Padahal dari setiap kenaikan dolar terhadap rupiah, sampai pada siklus tertentu, dalam sehari Bank Indonesia meraih keuntungan puluhan triliun. Ya, ini memang ironis. Bank Indonesia dapat untung banyak, tapi seluruh masyarakat merugi. Jadi BI yang justru harus transparan”, ujar Misbakun seperti membela Presiden Joko Widodo.
Rencana Presiden untuk menurunkan harga BBM sendiri, didukung oleh Misbakun. Apalagi jika tarif listrik pun ikut diturunkan. Sebab masuk akal tarif listrik turun, karena selama ini kalau tarifnya naik, alasan PLN karena BBM yang digunakan PLN, juga mengalami kenaikan.
Penurunan harga BBM pun, sudah banyak disuarakan masyarakat melalui media sosial
Alasannya harga minyak mentah di pasaran internasional sudah turun (drastis). Sedangkan minyak mentah itulah yang bahan baku kemudian disuling menjadi BBM Premium, Pertamax atau Pertalite.
Harga minyak mentah di pasaran dunia hingga awal tahun 2014 adalah US$ 110,- per barel. Kemudian turun secara bertahap.
Dari US$ 70,- per barel kemudian di bulan April 2015 menyentuh angka US$ 60,- dan saat ini sudah pada kisaran US$ 40,-.
Bahkan ada yang memprediksi akan turun lagi sampai US$ 20,- per barel.
Penyebab dari penurunan drastis harga minyak mentah antara lain disebut-sebut karena Amerika Serikat sebagai salah satu konsumen terbesar di dunia melepas semua cadangannya minyaknya ke pasar.
Sehingga negara yang berpenduduk lebih dari 350 juta jiwa itu tidak melakukan pembelian minyak dari negara produsen.
AS juga sudah berhasil mengembangkan energi alternatif. Sehingga ketergantungannya pada minyak berkurang – dan dampaknya pada harga minyak mentah saat ini.
Dalam perbincangan pagi tadi, Maruarar Sirait, anggota DPR-RI dari PDIP meminta BPK melakukan audit terhadap Bank Indonesia.
“Gaji Gubernur BI itu Rp. 250,- juta bersih per bulan. Dia digaji sebesar itu supaya fokus kerja tidak tengok kiri-kanan. Sekarang kita minta diaudit, apakah dengan gaji besar dan berbagai fasilitas mewah dia kerja atau tidak”
“Kita misalnya sudah lama minta BI Rate diturunkan. Tapi tidak dilakukan. Akibatnya suku bunga pinjaman tetap tinggi. Bagaimana dunia usaha bisa bergerak? “, Ara Sirait bertanya.
Presenter Metro TV menjelaskan, sebenarnya wartawan media ini juga mengundang Agus Martowardoyo ke pembahasan topik yang menyangkut BBM dan dirinya. Tapi yang bersangkutan tidak merespon.

Sumber: facebook Derek Manangka, 5 Oktober 2015 10:21 WIB


TEMPO.COJakarta - Mantan anggota Tim Reformasi Tata Kelola Migas Fahmy Radhi membeberkan inisial sosok yang diduga sebagai pihak ketiga dalam kasus pengadaan minyak selama periode 2012 hingga 2014 di anak usaha PT Pertamina, Pertamina Energy Trading Ltd (Petral). Berdasarkan temuan lembaga auditor KordhaMentha, jaringan mafia minyak dan gas itu menguasai kontrak suplai minyak senilai US$ 18 miliar atau Rp 250 triliun selama tiga tahun.

Menurut Fahmy, pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, nama MR sering disebut atas dugaan keterkaitannya sebagai pihak ketiga “Sesungguhnya dulu tim kami (Tim Reformasi Tata Klola Migas) ke KPK, kemudian ke Bareskrim (Badan Reserse dan Kriminal Mabes Polri), kami melakukan konfirmasi ternyata ditemukan kesamaan, inisialnya MR,” kata Fahmy Radhi saat dihubungi Tempo, Rabu siang, 11 November 2015.

BACA: SKANDAL PETRAL: Terungkap, Mafia Migas Garong Rp 250 Triliun

Fahmy menambahkan, "Tuan MR" inilah yang dalam pengelolaan minyak bumi dan gas di Petral menjadi perusahaan perantara (fronting traders) dan perusahaan minyak milik negara (national oil company/NOC) untuk meraih keuntungan lebih banyak. Namun akibat ulah para mafia minyak dan gas ini, Pertamina tidak memperoleh harga terbaik dalam pengadaan minyak mentah ataupun jual-beli produk bahan bakar minyaknya.

Siapa MR? Beredar sejumlah spekulasi, orang yang punya pengaruh di Petral itu antara lain dikaitkan dengan sosok taipan minyak, Muhammad Riza Chalid.
Riza dikenal dekat dengan sejumlah menteri di era Presiden SBY, seperti Purnomo Yusgiantoro, mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral yang kemudian menjadi Menteri Pertahanan pada era SBY. Riza pun disebut dekat dengan mantan Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, anak buah sekaligus besan Presiden SBY.

BACA: Beredar Foto Hatta Saksi Nikah Anak Riza Chalid

Bahkan, kedekatan Riza dengan kedua menteri yang menduduki jabatan strategis itu terekam luas di area publik. Pada Juli tahun lalu, misalnya, beredar foto Hatta Rajasa saat menjadi saksi pernikahan anak Riza. Selain Hatta, acara itu juga dihadiri Purnomo Yusgiantoro. Hatta ramai diberitakan juga terkait masalah impor minyak dan gas. Dia pernah dilaporkan Solidaritas Kerakyatan Khusus Migas (SKK Migas) ke Komisi Pemberantasan Korupsi terkait kasus impor minyak mentah dan bahan bakar minyak.

“Hatta dengan kewenangannya menghambat pembentukan kilang minyak, menurunkan produksi minyak mentah, sehingga ada celah impor lebih besar,” kata Koordinator SKK Migas, Ferdinand Hutahaean, kepada Tempo, 1 Juli 2014. Namun, dalam wawancara khusus dengan Tempo pada Juni tahun lalu, Hatta Rajasa menolak anggapan adanya mafia minyak di Indonesia. “Apa yang dimaksud dengan mafia minyak? Kami mati-matian bangun kilang minyak. Di MP3EI jelas disebutkan kita tidak boleh jual gas."

BACA: SKANDAL PETRAL: Mafia Garong Rp 250 T, Apa Reaksi KPK?Hatta mengaku mengenal Riza di Majelis Dzikir. "Saya memang mengenal Riza di Majelis Dzikir bersama Haji Harris Thahir yang punya Rumah Polonia. Tapi sama sekali tak ada urusan bisnis," ucapnya. Menurut Hatta, Indonesia terus mengimpor minyak karena tidak memiliki kilang. Investor kilang pun enggan menanamkan modalnya. Rumah Polonia yang dimaksud Hatta adalah markas pemenangannya saat bertarung dalam pemilihan presiden 2014. Ia menjadi calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto.

Saat dimintai konfirmasi, juru bicara Pertamina, Wianda Pusponegoro, mengakui adanya penguasaan kontrak migas oleh jaringan tertentu. "Hal ini menambah panjang rantai suplai sehingga harga beli minyak kurang kompetitif," katanya. Namun Wianda enggan menyebutkan pihak ketiga yang disebut-sebut dalam audit itu.

BACA: MAFIA PETRAL: Pemainnya dari Pejabat hingga...Ihwal adanya pembocor di tubuh Petral diakui Direktur Utama Pertamina Dwi Sutjipto. Menurut Dwi, kebocoran informasi rahasia dan intervensi pihak eksternal ini mempengaruhi pengembangan bisnis, mitra secara tidak langsung, dan proses negosiasi oleh Petral. “Sudah kami laporkan kepada pemerintah untuk diambil langkah lanjutan jika diperlukan," katanya, Senin lalu.

DESTRIANITA KUSUMASTUTI | ROBBY IRFANY | FERY FIRMANSYAH | TIM TEMPO


 TEMPO.COJakarta - Aktor senior Pong Harjatmo mendatangi gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Selasa, 15 September 2015, sekitar pukul 09.30.

Pong datang sendirian. Mengenakan kaus hitam bergambar Sukarno dan baret hitam, Pong melakukan aksi di depan lobi KPK.

Pong juga membawa spanduk bergambar mantan pengurus Partai Demokrat, Nazaruddin, Angelina Sondakh, Andi Mallarangeng, Anas Urbaningrum, dan Sutan Bhatoegana. Di bawah deretan foto itu terdapat tulisan "Sudah masuk, kenapa belum?" dengan anak panah yang mengarah pada foto Sekretaris Jenderal Demokrat Edi Baskoro Yudhoyono alias Ibas.

Pong meminta pimpinan KPK lebih bernyali dalam memberantas korupsi. "Jangan tebang pilih dan jangan ada yang dianakemaskan," kata Pong dalam orasinya.

Pong mempertanyakan mengapa KPK belum menjerat Ibas. Padahal Ketua Umum hingga Bendahara Umum Demokrat sudah dibui semua. "Jangan karena dia anak siapa, besan siapa, atau mantu siapa, lalu KPK tak berani tindak," ujar Pong.

Menurut Pong, sebagai Sekjen Partai Demokrat, Ibas seharusnya menjadi orang yang paling tahu dan bertanggung jawab soal aliran dana partai. "Siapa pun yang korupsi harus ditindak," ucapnya.

Aksi unjuk rasa itu bukan yang pertama dilakukan Pong. Akhir Januari lalu, saat kisruh KPK vs Polri, dia juga mendatangi KPK sendirian. Kala itu Pong menuntut KPK dan Polri bekerja sama memberantas korupsi.

Pong mengatakan aksinya dilakukan tanpa membawa kepentingan apa pun. Karena itu pula dia tak membawa massa. "Karena saya peduli rakyat," tuturnya.

MOYANG KASIH DEWIMERDEKA


TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik Hamdi Muluk mengatakan penyataan Ketua Fraksi Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas tentang slogan "I Want SBY Back" mirip dengan slogan pendukung rezim Soeharto yang mempopulerkan slogan "Piye Kabare, Enak Jamanku To?!". “Gaya komunikasi politik seperti dua semboyan itu tidak cerdas,” katanya saat dihubungi, Jumat, 11 September 2015.

Hamdi mengatakan orang yang mempopulerkan "Piye Kabare, Enak Jamanku To?!" dan "I Want SBY Back" berpikir bahwa rezim Soeharto dan rezim Susilo Bambang Yudhoyono lebih baik dibandingkan dengan pemerintahan saat ini. Ibas, kata Hamdi, dinilai tidak bisa berpikir secara luas dengan mengklaim hal itu.

Ibas pun, kata Hamdi, terlalu mengeneralisir kebagusan rezim ayahnya. Menurut Hamdi, Ibas tidak membandingkan kondisi eksternal pemerintahan SBY dengan pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Dulu SBY seakan memerintah di laut tenang, sedangkan Jokowi memerintah di laut yang beriak. Kondisi ekonomi dunia, yang bukan kesalahan pemerintahan Jokowi, tidak disinggung oleh Ibas. Zaman SBY pun lebih mementingkan pertumbuhan ekonomi tanpa banyak melakukan pembangunan. “Kalau Jokowi kan ada banyak pembangunan infrastuktur, jadi ekonomi dalam negeri terkena imbas juga,” katanya.

Hamdi mengatakan daripada mengklaim rezim SBY lebih baik, sebaiknya Ibas memberikan saran untuk perbaikan pemerintahan saat ini. Ibas pun diharapkan memberi tahu perbedaan berbagai perbedaan latar belakang pemerintahan Jokowi dan SBY. “Ibas bisa saja menyebut kontribusi Partai Demokrat yang bisa dilakukan sebagai langkah konkret mencapai perbaikan,” kata Hamdi.

Selain itu, Ibas pun sebaiknya mengajak bahwa kader Demokrat lebih siap menghadapi pemilu 2019. “Bila ‘I Want SBY Back’ artinya mengusung SBY untuk 2019, terkesan sekali Demokrat tidak ada regenerasi serta tidak bisa move on,” katanya.

Sebelumnya Ibas mengklaim banyak masyarakat yang merindukan sosok kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden RI. Menurut Ibas, rakyat menilai bahwa ayahnya berhasil memimpin Indonesia dibanding dengan pemerintah sekarang. "Banyak yang rindu dan bilang, 'I want SBY back'," kata Ibas saat memberikan sambutan dalam perayaan HUT ke-14 Demokrat di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu, 9 September 2015.

MITRA TARIGAN

RMOL. Menteri Keuangan Agus Martowardojo punya peranan yang tidak kecil di balik skandal pembangunan Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olah Raga Nasional (P3SON) di Hambalang, Sentul, Jawa Barat.
Mantan Dirut Bank Mandiri itu dinilai pantas bertanggung jawab karena dialah yang memberikan dispensasi pengajuan revisi Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA KL) Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga TA 2010 yang telah melewati tenggat waktu. Menurut audit yang dilakukan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) persetujuan itu melanggar ketentuan soal tenggat waktu pengajuan RKA KL seperti diatur pada PMK 69/PMK.02/2010.
Persetujuan untuk proyek yang menurut rencana dikerjakan dalam beberapa tahun itu pun dianggap bermasalah karena alokasi anggaran sebetulnya belum tersedia. Belum lagi, permohonan dari kantor Andi Mallarangeng hanya ditandatangani Sekretaris Kemenpora Wafid Muharram. Sementara pendapat teknis Kementerian Pekerjaan Umum mengenai proyek itu tidak ditandatangani Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto, melainkan hanya ditandatangani Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Kementerian PU.
Dalam laporan audit BPK tanggal 30 Oktober 2012 disebutkan bahwa objek pemeriksaan BPK adalah proyek pembangunan P3SON Kemenpora yang berlokasi di Desa Hambalang Kecamatan Citeureup Kabupaten Bogor yang didukung anggaran Kemenpora sebesar Rp 1,19 triliun.
Rincian dari dana sebesar itu adalah, pertama DIPA Revisi tahun 2010 nomor 0001/092-01.1/-/2010 tanggal 23 Juli 2010 sebesar Rp 275 miliar untuk pembangunan Pusat Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional (PPPON) Hambalang seluas 108.533 meter persegi dengan kode anggaran 10.10.05.0024.00165 (program peningkatan sarana dan prasarana olahraga, sub kegiatan pembangunan gedung pendidikan).
Lalu, DIPA Revisi tahun 2011 nomor 0015/092-01.1.01/00/2011 tanggal 14 Juli 2011 sebesar Rp 400 miliar untuk lanjutan pembangunan P3SON Hambalang dengan kode anggaran 092.01.07.3824.03.013.012 (program pembinaan dan pengembangan olahraga, kegiatan peningkatan prasarana dan sarana keolahragaan, sub kegiatan penyediaan sarana olahraga).
Dan DIPA tahun 2012 nomor 0015/092-01.1.01/00/2012 tanggal 9 Des 2011 sebesar Rp 521,6 miliar untuk pembangunan P3SON Hambalang dengan kode anggaran 092.01.06.3824.002.006.040 (program kepemudaan dan keolahragaan, kegiatan peningkatan prasarana dan sarana keolahragaan, sub kegiatan penyediaan sarana olah raga).
Anggaran itu digunakan untuk membiayai berbagai kontrak pekerjaan dari perencanaan dan konstruksi hingga manajemen konstruksi. Pertama adalah kontrak konsultan perencanaan tahun 2010 dengan rekanan PT YK yaitu nomor 027.A/SPK/PPK/P3SON/8/2010 tanggal 30 Agustus 2010 senilai Rp 5,8 miliar. Kontrak ini diubah dengan tambahan melalui kontrak nomor 035.A/SPK/PPK/P3SON/12/2010 tanggal 9 Desember 2010 senilai Rp 5,82 miliar.
Lalu kontrak konsultan perencanaan tahun 2011 dengan rekanan PT YK, nomor 67.A/SPK/PPK/P3SON/1/2011 tanggal 14 Januari 2011 senilai Rp 8,59 miliar.
Bagian terbesar adalah kontrak induk pekerjaan konstruksi dengan rekanan KSO AW nomor3894/Seskemenpora/BP/10/2010 tanggal 10 Desember 2010 senilai Rp 1,07 triliun yang dipecah ke dalam beberapa kontrak anak, seperti kontrak anak tahun 2010 nomor 3895/Seskemenpora/BP/10/2010 tanggal 10 Desember 2010 senilai Rp 246 miliar.
Lalu kontrak anak tahun 2011 nomor 0513.A/Seskemenpora/BP/12/2010 tanggal 29 Desember 2010 senilai Rp 507 miliar. Kontrak anak yang terakhir ini diubah dengan tambahan melalui kontrak nomor 185.8/Sekemenpora/D.5/10/2011 tanggal 04 Oktober 2011. Angkanya pun berubah menjadi Rp 508 miliar.
BPK mencatat bahwa kontrak anak sejak Juli 2012 belum dibuat.
Selain itu, BPK juga meneliti kontrak manajemen konstruksi tahun 2010 dengan rekanan PT CCM bernomor 027.B/SPK/PPK/P3SON/8/2010 tanggal 30 Agustus 2010 senilai Rp 4,8 miliar yang kelak didiaddendum dengan kontrak nomor 035.B/SPK/PPK/P3SON/12/2010 tanggal 9 Desember 2010 menjadi senilai Rp1 miliar.
Terakhir yang diteliti BPK adalah kontrak manajemen konstruksi tahun 2011 dengan rekanan PT CCM nomor 067.B/SPK/PPK/P3SON/1/2011 tanggal 14 Januari 2011 senilai Rp 8,11 miliar.
Melihat keterlibatan Agus Martowardojo itu tidak berlebihan rasanya bila publik bertanya-tanya, mengapa pria kelahiran Amsterdam, Belanda, itu tidak ditetapkan sebagai tersangka seperti Andi Mallarangeng.
Kabar yang sempat berkembang di masyarakat politik mengatakan bahwa Agus Martowardojo mendapatkan proteksi khusus dari kalangan Istana karena memiliki hubungan kekerabatan dengan Ibu Ani Yudhoyono.
Namun informasi terakhir yang diperoleh mengatakan bahwa kabar itu tidak benar.
"Hubungan" di antara Ani Yudhoyono dan Agus Martowardojo "diwariskan" dari hubungan orangtua mereka di masa lalu. Kabarnya, keluarga Agus Martowardojo pernah memberikan bantuan kepada keluarga Sarwo Edhie. Tidak ada penjelasan lebih jauh mengenai apa bentuk bantuan itu.
Juga disebutkan bahwa cerita tentang hubungan itu di masa lalu sesungguhnya tidak dikonversi menjadi hubungan spesial antara keluarga nomor satu di Indonesia itu dengan Agus Martowardojo. Apalagi dalam bentuk proteksi politik kepada Agus Martowardojo apabila ia terbukti ceroboh dan bersalah dalam menjalankan tugas dan fungsi pokoknya sebagai Menteri Keuangan.
Terlepas dari cerita itu, bukankah seharusnya mata pedang hukum tajam ke semua orang.
Terakhir yang harus digarisbawahi adalah: peranan Agus Martowardojo di balik skandal Hambalang ini tidak terbilang kecil. [guh]

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kegigihan SBY menjadikan Agus Martowardojo selaku pemangku kebijakan sektor ekonomi mikro mulai menimbulkan kecurigaan beberapa pihak. Apalagi, sebelum ditunjuk menjadi Menteri Keuangan, Agus yang menduduki jabatan Direktur Utama Bank Mandiri pernah diajukan SBY untuk menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia, dan bahkan ditawari jabatan Menneg Badan Usaha Milik Negara kabinet Indonesia Bersatu jilid II.
Desas-desus yang berkembang, kegigihan SBY mengajukan Agus Martowardojo ini tidak terlepas dari unsur kekerabatan belaka. Setelah Agus menjadi Menkeu, menyembul skenario menjadikan  ipar SBY yakni, Gatot Mudiantoro Suwondo menjadi orang nomor satu Bank Mandiri. Posisi Gatot yang semula menjadi Dirut PT Bank Negara Indonesia Tbk disebut-sebut akan diisi Arwin Rasyid, bankir senior lain yang kini menjadi Dirut PT Bank CIMB Niaga Tbk.
Anggota Komisi bidang Keuangan dan Perbankan DPR RI Andi Rahmat menganggap, kabar tersebut sebagai rumor belaka. Dia mengatakan, keputusan memilih Agus sebagai kewenangan prerogatif SBY selaku Kepala Pemerintahan.
"Itu rumor belaka," ucap Andi Rahmat kepada Tribunnews.com di Jakarta, Kamis (20/5/2010).
Politisi asal Partai Keadilan Sejahtera ini memilih bersikap positif atas pilihan SBY, kendati nama Agus Martowardojo sempat menghiasi pemberitaan skandal Bank Century. Agus dalam kasus bank Century menjadi narasumber saat keputusan dana talangan dirapatkan Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) Sri Mulyani.
"Beliau tidak terkait langsung karena dalam risalah rapat, dia hanya menjadi narasumber saja. Bukan menjadi pemberi opini yang yang mempengaruhi keputusan pemerintah," terangnya.
Andi berharap, Agus bisa membawa Kementerian Keuangan secara lebih baik dibanding era Sri Mulyani. Dengan pengalaman di sektor perbankan, isu-isu ekonomi nasional bisa ditangani.(*)

 JAKARTA - Pengamat ekonomi Faisal Basri menyebut kebijakan pelarangan ekspor bauksit yang dikeluarkan mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa merupakan desakan dari perusahaan alumunian raksasa asal Rusia, UC Rusal. Dirinya menuding, kebijakan tersebut selain merugikan industri bauksit nasional, juga menyebabkan UC Rusal meraup keuntungan yang besar pada saat itu.

Pada saat itu melalui Menteri ESDM, pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 1 Tahun 2014 tentang pelarangan ekspor bauksit yang terbit pada tanggal 12 Januari 2014. Menurut Faisal seketika keuntungan dan harga saham UC Rusal meningkat

Penelusuran Okezone, laman resmi UC Rusal tercatat, pendapatan perusahaan ini terus menurun dari 2011 hingga 2014. Pada 2011 pendapatan perusahaan mencapai tingkat tertinggi yakni USD12,2 miliar, kemudian turun di 2012 menjadi USD10,8 miliar, di 2013 kembali turun jadi USD9,7 miliar dan di 2014 turun tipis menjadi USD9,3 miliar.

Sementara untuk saham, perusahaan ini memang terdaftar diberbagai perdagangan bursa di banyak negara, salah satunya di Hong Kong Stock Exchange (HKEx). Di HKEx saham UC Rusal (0486.HK) selama 2014 bergerak stabil dengan dengan tren terus meningkat.

Pada 2 Januari 2014, harga saham UC Rusal di HKEx tercatat sebesar 2,32 dolar Hongkong Setelah itu terus bergerak hingga pada puncakanya pada 26 November 2014 naik drastis menjadi 6,18 dolar Hongkong. Namun setelah itu di 17 Desember kembali menurun menjadi 4,41 dolar hongkong.

Sebagai pembanding, saham UC Rusal di Euronext Paris juga bergerak relatif meningkat. Pada 2 Januari 2014 harga saham UC Rusal mencapai 4,22 euro. Kemudian meningkat drastis di 11 Agustus 2014 menjadi 8,37 euro. Setelah itu harga saham UC Rusal terus melambung, hingga puncaknya di bulan Maret 2015 senilai 13,41 euro.

http://economy.okezone.com/read/2015/05/26/19/1155708/polemik-hatta-rajasa-faisal-basri-pendapatan-rusal-tidak-naik




Sumber : OKEZONE.COM


[BERITASATU JAKARTA] Tinggal 133 hari lagi  masa jabatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berakhir.

Dikabarkan, Presiden SBY kini tengah menyiapkan pengacara keluarga setelah terungkap banyaknya nama keluarga Cikeas dalam kasus korupsi Bank Century, Hambalang, dan SKK migas.

Demikian mantan Aktivis 1998, Fadjroel Rahman seperti dikutip lewat kicauan di twitternya @Fadjroel, Rabu (11/12) malam. 

"Hari ke-313 jelang berakhir jabatan presiden, @SBYudhoyono menyiapkan #timadvokat keluarga menangkal isu century, hambalang, skk migas," kata Fadjroel.

"Mungkin inilah pertamakali di dunia, seorang presiden, spt @SBYudhoyono menyiapkan #timadvokat keluarga sebelum jabatan berakhir," demikian kicauan Fadjroel beberapa menit kemudian.

Dia juga menjelaskan, bahkan Soeharto dan Marcos jelang jatuh pun tak punya tim advokat. "Padahal Soeharto dikepung masalah pelanggaran HAM dan korupsi puluhan tahun,"  tulis Fadjroel.

Gurita Cikeas

Kicauan Fadjroel mengingatkan kita akan beberapa peristiwa terkait dugaan korupsi yang dilakukan  keluarga Cikeas dan lingkaran Istana.

Pertama buku “Membongkar Gurita Cikeas” karangan George Junus Aditjondro  telah membuat bangsa ini heboh, karena berisi ulasan fakta keterlibatan Cikeas dalam kasus Bank Century.

Tulisan dalam buku itu sebenarnya tidak istimewa, hanya cuplikan dari percakapan hasil sadapan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Dan itu sudah diperdengarkan di dalam sidang Mahkamah Konstitusi (MK). Yang membuat menarik, buku itu menginventarisasi berbagai fakta yang melibatkan keluarga Ciekas dalam berbagai kasus.

Misalnya, di bagian daftar isi, ditulis Membongkar Gurita Cikeas di Balik Skandal Bank Century, Bantuan Grup Sampoerna untuk Harian Jurnas, Pemanfaatn PSO LKBN Antara untuk Bravo Media Center.

Juga ditulis  Yayasan-Yayasan yang Berafiliasi dengn SBY, Kaitan dengan Bisnis Keluarga Cikeas, Yayasan-Yayasan yang berafiliasi dengan Ny Ani Yudhoyono, Pelanggaran-Pelanggaran UU Pemilu oleh Caleg-Caleg Partai Demokrat.

Di bagian akhir buku berupa kesimpulan dan sejumlah bahan referensi dan lampiran-lampiran.

Menurut Aditjondro, buku ini merupakan hasil riset bersama sejumlah anggota tim peneliti. Buku ini juga dilengkapi dengan berbagai data-data yang bisa dipertanggungjawabkan.

Buku tersebut memang sama dengan buku-buku karangan Aditjondro sebelumnya, yang membahas masalah korupsi di lingkaran kepresidenan mulai Soeharto, Habibie, Gus Dur, Megawati hingga Presiden SBY sekarang ini.

Aditjondro dalam buku ini menuliskan bahwa setelah SBY menjadi presiden pada tahun 2004 dan terpilih kembali pada Pilpres 2009, ada banyak yayasan membonceng di Cikeas.

Dua yayasan itu di antaranya Yayasan Puri Cikeas dan Yayasan Kesetiakawanan Dan Kepedulian (YKDK) yang diketuai Jero Wacik.

Dari penelusuran, yayasan-yayasan itu bukan di tangan orang-orang yang punya latar belakang khusus bidang kemanusiaan, tapi terdiri sejumlah menteri, mantan menteri, purnawirawan perwira tinggi yang kebanyakan seangkatan dengan SBY, sejumlah pengusaha dan anggota keluarga besar SBY-Ani Yudhoyono yang terjun ke bisnis.

Dari buku “Membongkar Gurita Cikesa” itu, kemudian bermunculan berbagai tudingan miring terhadap keluarga Cikeas, mulai dari media sosial hingga proses hukum di KPK.

Bagai gayung bersambut, TrioMacan dalam postingannya pada 23 Februari 2000, pukul  06:58;16 AM PST menulis, “Dari 1.5 triliun kredit bank mandiri utk PRJ / PT. JIEC itu sebagian besar mengalir ke dana pilpres SBY 2004. Itu korupsi triliunan SBY.”

TrioMacan lebih jauh menulis, “ 1. Eeng ing..kita bahas korupsi Istana dan Cikeas. Supaya rakyat melek dan tahu siapa sebenarnya koruptor terbesar negeri ini.”

DPR RI pun membentuk Tim Pengawas (Timwas) Kasus Century. Sampai saat ini, proses politik untuk mengusut kasus tersebut sedang berlangsung.

Pimpinan DPR RI, Selasa (10/12) kemarin, sudah memutuskan untuk memanggil kembali Wakil Presiden Boediono, guna dimintai keterangan terkait pemberian dana talangan kepada Bank Century.  

Kasus Hambalang

Dalam kasus Hambalang, nama anggota keluarga Cikeas juga banyak disebut.  Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Demokrat  (PD), Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas  disebut-sebut turut menerima aliran duit proyek pusat olahraga terpadu Hambalang dari perusahaan milik bekas bendahara partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin.

Data tentang transaksi keuangan perusahaan Nazar yang mengalir ke Ibas ini hangat diperbincangkan, justru  setelah Anas ditetapkan sebagai tersangka dan mundur dari jabatan Ketua Umum Partai Demokrat.

Dalam wawancara eksklusif dengan RCTI beberapa waktu lalu, Anas menyebutkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga mengetahui tentang aliran dana ini.

Bahkan dalam salah satu pertemuan di Cikeas yang dihadiri Majelis Tinggi, 2011 lalu, SBY sempat marah lantaran informasi ini. Anas menyebut Amir Syamsuddin, yang saat ini menjabat Sekretaris Majelis Tinggi  PS, juga tahu tentang informasi  ini.

Dokumen yang diklaim menunjukkan aliran dana Hambalang ini beredar di kalangan wartawan. Data ini disebut-sebut sebagai catatan perusahaan grup Permai yang dibuat Yulianis, staf keuangan Nazar.

Dalam catatan itu, Ibas tercatat menerima uang senilai US$ 900 ribu untuk kedua transaksi. Transaksi itu terjadi pada 29 April 2010 dan 30 April 2010.

Pada transaksi 29 April 2010, Ibas menerima dana senilai US$ 600 ribu. Dana diserahkan oleh staf Nazar bernama Amin R. Lantas pada  30 April 2010, Ibas kembali mendapat dana senilai US$ 300 ribu, yang diserahkan oleh staf bernama Bahri.

Ibas telah membantah menerima uang Hambalang. "Saya katakan tudingan tersebut tidak benar dan tidak berdasar. Seribu persen saya yakin kalau saya tidak menerima dana dari kasus yang disebut-sebut selama ini," kata Ibas.

Belum semua diklarifikasi, kasus Hambalang yang melibatkan lingkaran Cikeas semakin benderang. Muncul kelompok baru  pimpinan Sylvia Sholehah alias Bu Pur.

Ia merupakan istri dari Kepala Rumah Tangga Cikeas yakni Kombes Pol (Purn) Purnomo D. Raharjo.  Istana sudah mengakui keberadaan Purnomo.

Jubir Presiden Julian Pasha menyebut Purnomo adalah teman satu angkatan SBY saat menjalani pendidikan AKABRI.  

Dalam proyek Hambalang, Bu Pur mengajak dua sepupu SBY yakni  Widodo Wisnu Sayoko dan Arief Gunawan.  

Mereka berbagi peran. Akses ke jajaran menteri kabinet pimpinan SBY bisa ia dapatkan. Bertemu langsung dengan Menteri Pekerjaan Umum (PU) Djoko Kirmanto dan Menteri Keuangan Agus Martowardjoyo salah satu yang terungkap dalam audit.  

Merekalah yang kemudian membuat proyek senilai Rp2,3 triliun itu mendapatkan persetujuan pendanaan multi years dari Kemenkeu. Sejumlah ketentuan diterabas oleh Wamenkeu Ani Rachmawati untuk memuluskan proyek Hambalang.   

"Wafid mengaku pernah mendapatkan penjelasan dari Agu dan Widodo Wisnu Sayoko, bahwa Sylvia Sholehah telah melakukan komunikasi dengan pihak Kementrian Pekerjaan Umum dan Kementrian Keuangan, termasuk telah melakukan komunikasi dengan Ani Rahmawati dan Agus Martowadojo," seperti ditulis dari audit.  

Kasus ini sedang bergulir di pengadilan Tipikor.  

SKK Migas

Nama Ibas lagi-lagi disebut  dalam berkas perkara dugaan suap SKK Migas.

Dalam dokumen pemeriksaan tersangka Deviardi yang diperoleh wartawan, Rabu (20/11) menguak kedekatan petinggi Kernel Oil Singapura Widodo Ratanachaitong dengan Ibas dan Sekretaris Kabinet Dipo Alam.

Hal itu sebagaimana terungkap dalam sadapan perbincangan antara Widodo dan Deviardi. Hasil sadapan percakapan itu berdurasi sekitar 15 menit dan dilakukan sekitar pukul 21.03 WIB pada 24 Juni 2013.

"Bahwa benar berhubungan dengan Widodo, Cumlaude di Australia dan punya tujuh perusahaan minyak di luar negeri semuanya CNC, bahwa Widodo mempunyai jaringan ke Istana, Ibas, DPR, dan sampai kepada Dipo Alam," begitu bunyi salah satu petikan rekaman pembicaraan Widodo dengan Ardi seperti tertulis dalam dokumen.

Dari fakta persidangan di pengadilan Tipikor Jakarta ditemukan kesaksian yang cukup mencengangkan, terutama  dari saksi Deviardi yang menyatakan bahwa pemilik Kornel Oil Indonesia, Widodo Ranacaithong sebagai pihak yang diduga memberi suap kepada mantan Kepala SKK Migas Rubi Rubiandini adalah seorang penguasaha yang memiliki akses dekat dengan istana, Ibas, Dipo Alam dan kalangan DPR.

Menurut Deviardi, kedekatan Rudi Rubiandini dengan Widodo yang berlanjut dengan kontrak kerjasama proyek adalah untuk membuat Ibas dan istana  senang dan tenang.

Terhadap pengakuan Deviardi ini, Ibas dan Dipo Alam telah membantahnya dengan menyatakan tidak kenal dan tidak memiliki hubungan atau urusan apapun dengan pengusaha tersebut.

Bantahan seperti itu  menjadi hak bagi seseorang  yang disebut dalam persidangan, namun yang jelas KPK harus menjadikan setiap fakta persidangan  sebagai informasi baru yang mesti didalami dan ditindaklanjuti kebenarannya.  

Tuntutan ini cukup beralasan, karena berdasarkan temuan awal suap SKK Migas terindikasi adanya konspirasi dan skandal korupsi yang melibatkan penguasa dan pengusaha.

Apakah dengan masuknya nama lingkaran Istana dan Cikeas dalam berbagai kasus membuat Presiden SBY menyiapakn pengacara keluarga?

Sayang Fadjroel Rahmat tidak menjelaskan lebih detail dalam kicauannya.

Kita menunggu dan hanya bisa menghitung hari-hari berakhirnya kekuasaan Cikeas. [berbagai sumber/L-8]

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Anggota Komisi III DPR, Bambang Soesatyo, memperkirakan  banyak kasus-kasus besar akan terungkit setelah Presiden SBY tidak menjabat lagi usai Pilpres 2014.
"Sederet kasus-kasus besar seperti kasus IT KPU, Hambalang, SKK Migas, kasus suap impor daging, dan lainnya kemungkinan akan "meledak" lebih besar setelah SBY lengser," kata Soesatyo dalam dialog pilar negara bertema "Efektifitas Pemerintah Jelang Pemilu" di gedung DPR/MPR RI Jakarta, Senin (9/12/2013).
Menurut dia  Partai Demokrat tidak tinggal diam. "Saya menduga apa-apa yang dilakukan saat ini adalah langkah pengamanan. Langkah pengamanan itu antara lain menempatkan posisi strategis orang-orang terdekat," kata dia.
Nasib SBY ini, menurut Soesatyo, mirip ketika Soeharto lengser dari jabatannya tahun 1999 lalu.
"Sejarah akan terulang lagi dimana orang-orang dekat Soeharto saat itu seperti Tommy Soeharto, Bob Hasan, Probosudtejo, dan lainnya dimejahijaukan," kata dia.
Dikatakan kemungkinan besar sejumlah permasalahan hukum yang terus hadir di lingkaran SBY pada akhir tahun 2013 ini tidak akan selesai begitu saja.
"Pascaturunnya SBY sebagai Presiden maka boleh jadi akan lebih banyak kader dan petinggi Demokrat yang bermasalah dengan hukum.
Sangat masuk akal dan memungkinkan itu terjadi karena di saat SBY yang juga pendiri dan Ketua Dewan Pembina Demokrat menjabat sudah banyak kader partainya tersangkut kasus hukum," kata Soesatyo.
Menurut dia, setelah 2014 nanti para kader Demokrat tidak akan punya perlindungan seperti sekarang.
"Selama Partai Demokrat masih berkuasa dan SBY masih menjabat pasti ada proteksi politik rtetapi ketika nanti turun dari jabatannya sebagai Presiden dan Demokrat tidak lagi berkuasa maka proteksi dan perlindungan itu otomatis tidak sekuat seperti sekarang," kata Soesatyo.

Suara.com - Hari ini, Rabu (3/9/2014), Menteri ESDM Jero Wacik resmi ditetapkan KPK menjadi tersangka. Petinggi Partai Demokrat itu diduga melakukan pemerasan di Kementerian ESDM dalam kurun waktu 2011-2012.
KPK sudah menetapkan Jero Wacik menjadi tersangka berdasarkan pada Surat Perintah Penyidikan tanggal 2 September 2014.
Bagaimana kronologis terjadinya aksi dugaan penyalahgunaan wewenang yang dilakukan Jero Wacik?
“Informasi umum latar belakangnya begini, pertama pascamenjadi menteri di ESDM, maka diperlukan dana untuk operasional menteri yang lebih besar. Untuk mendapatkan dana yang lebih besar daripada yang dianggarkan, kemudian dimintalah melakukan beberapa hal kepada orang di dalam kementerian itu,” kata Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto dalam konferensi pers di gedung KPK, Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan.
Beberapa hal yang dimaksud adalah agar nilai dana bisa menjadi lebih besar, misalnya pendapatan dari kick back kegiatan pengadaan.
Indikasi modus lain yang ditemukan KPK adalah melalui kegiatan pengumpulan dana dari kegiatan yang sudah direncanakan atau rapat-rapat fiktif.
“Misalnya juga pengumpulan dari rekanan dana-dana penggunaan terhadap program-program tertentu, atau misalnya dilakukan beberapa kegiatan rapat-rapat yang sesungguhnya sebagian besar dari rapat itu, adalah rapat-rapat fiktif,” katanya.
Apa yang dilakukan oleh Jero Wacik dianggap sebagai sebuah bentuk penyalahgunaan wewenang dan pemerasan yang mengakibatkan negara mengalami kerugian sebesar Rp9,9 miliar.
Jero Wacik dijerat dengan Pasal 12 Huruf E juncto pasal 23 juncto Pasal 421 KUHP.


INILAH.COM, Jakarta - Bola liar skandal Bank Century sudah makan korban. Kali ini korbannya dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Partai moncong putih itu memecat bendaharanya, Murdaya Poo, dari keanggotaan partai akibat terciprat kasus Bank Century.

Pemecatan Bendahara PDIP Murdaya Poo telah memenuhi prosedur partai. Apalagi sebelumnya dalam rapat komisi disiplin sempat ada pengakuan dari Murdaya Poo bahwa ia menerima aliran dana Bank Century masuk ke dia.

Poo sendiri berhak untuk memberikan argumentasi atas dugaan tersebut. Namun pada akhirnya, Poo mengakui di depan Komisi Disiplin. Berarti semuanya sudah terbukti, karena sudah ada pengakuan dari yang dituduhkan kepada Poo.

Wasekjen PDIP Agnita Singadakane mengakui, sebelumnya beredar kabar di internal PDI-P, bahwa suami Bendahara Partai Demokrat Hartati Murdaya ini diduga ikut mendapat aliran dana talangan pemerintah ke Bank Century sebesar Rp6,7 triliun. "Murdaya Poo memang telah melakukan pelanggaran berat,"tuturnya.

Para pengamat politik menyatakan, bisa memahami jika keputusan rapat DPP PDIP dianggap sudah sangat adil dalam menyikapi kasus Murdaya Poo. Sehingga, pemecatan merupakan jalan terbaik untuk mempertahankan ideologi partai. "Itu urusan internal partai. Itu pembelajaran bagi parpol lain pula," kata Abas Jauhari, dosen Sosiologi Universitas Islam Negeri Jakarta.

Salah satu pelanggaran bagi Murdaya Poo adalah mendukung logistik kampanye pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono. Padahal, PDIP telah memiliki calon presiden, yakni Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto.

Murdaya Poo diangkat menjadi Ketua DPP Bidang Sumber Daya dan Dana PDIP untuk periode 2005-2010 oleh Megawati Soekarnoputri dalam musyawarah nasional di Bali. Istrinya adalah Hartati Murdaya, Bendahara Partai Demokrat (PD).

Menurut majalah Forbes, Murdaya Poo menempati peringkat ke-13 dari 40 orang terkaya di Indonesia pada 2007. Mereka adalah pemilik Grup Central Cipta Murdaya dan Grup Berca. Total kekayaannya pada 2006 sebesar US$900 juta.

Sebagaimana diduga para analis politik, bola liar Bank Century bakal melebar kemana-mana karena menyeret banyak nama-nama pejabat dan sosok penting di republik ini. "Kalau usulan hak angket DPR sampai gembos, berarti yang menggembosi bukan paku, namun linggis,” ungkap Akbar Faizal, anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Fraksi Partai Hati Nurani Rakyat.

Pernyataan Akbar, salah satu inisiator hak angket kasus Bank Century, sekilas tidak berlebihan sebab dari sembilan fraksi di DPR, semuanya mendukung usulan angket itu. Kini setelah Murdaya Poo tersedak bola liar Century, giliran siapa lagi? [mor]

Link: http://inilah.com/berita/politik/2009/12/03/200201/murdaya-poo-politisi-korban-pertama-kasus-bank-century/


Buku “Membongkar Gurita Cikeas: Di Balik Skandal Bank Century” karya George Aditjondro, yang diterbitkan Penerbit Galang Press Yogyakarta itu pada salah satu bab menyebutkan keterlibatan SBY dan keluarganya dalam kasus Century. Yayasan-yayasan yang bernaung di bawah keluarga Cikeas pun disorot sebagai motor untuk mendulang dana dan dukungan politik. Selain Majelis Dzikir, George juga menyebutkan tiga yayasan yang lainya yang berafiliasi dengan Cikeas, yakni Yayasan Kesetiakawanan dan Kepedulian, Yayasan Puri Cikeas, dan Yayasan Mutu Manikam. Yayasan tersebut diduga menjadi penggalang dukungan finansial dan dukungan suara bagi pemenangan Partai Demokrat dan SBY dalam Pemilu 2009.

Setelah membaca buku, seperti ada benang merah yang terurai dan menjawab, kenapa boediono bisa jadi wapres lalu kemudian sby menggalang koalisi besar-besaran di parlemen. Seperti diketahui sebelumnya pencalonan boediono mendapat penolakan dari semua partai koalisi, entah dengan kekuatan apa sby tetap memilih boediono. Selain itu pula dengan kemenangan besar PD di pileg, sby berpasangan dengan sendal jepit pun ia bakalan menang. Dalam perhitungan strategis sby lebih pas mengambil cawapres dari politisi PD, apalagi partai koalisi mahfum ini hak prerogatif presiden, dengan harapan posisi bisa menjadi batu loncatan menuju suksesi di pemilu 2014 nanti, namun ini tidak terjadi.
Lebih mengherankan pasca penetapan boediono sebagai cawapres, sby melalui Hatta Rajasa malah mendekati musuh bebuyutannya, Bu Mega, mengajak PDIP masuk dalam koalisi, walaupun upaya ini tidak menghasilkan kesepakatan koalisi, namun terpilihnya taufik kiemas sebagai ketua MPR sudah menyiratkan langkah mengamankan posisi sby-boediono.
Perlu diketahui pula menjelang pelaksanaan pilpres, KPK sudah melakukan penyelidikan dugaan skandal bank century. Ini memunculkan sebuah hipotesa bahwa sby sudah mengetahui lebih awal bahwa persoalan ini akan mencuat di kemudian hari, dengan memilih boediono dan menggalang kekuatan besar koalisi di parlemen bisa jadi memang dilakukan untuk pengamanan atas skandal tersebut.
Boediono selama ini sangat kenal dekat dengan beberapa pengusaha besar karena beberapa posisi penting yang dipegangnya, termasuk hartati murdaya dan budi sampurna yang jamak dikenal sudah menjadi donasi besar kampanye sby. Hartati sendiri, suaminya murdaya poo adalah tokoh dekat dengan bu mega. Budi sampurna sudah jelas sesuai data PPATK memiliki rekening di bank century, dalam data itu terungkap, 4 hari pasca bailout century 6,7 trilliun, budi menarik semua dananya ke luar negeri. Tindakan budi sampurna ini tentu menyimpan kecurigaan, koq setelah disehatkan dengan bailout malah menarik dananya ke luar negeri.
Pada tahun 2002 berdasarkan temuan BPK, saat itu boediono menjabat menkeu dibawah presiden megawaty, menempatkan dana di bank CIC (cikal bakal century) sebesar 24 juta US dollar atas nama rekening menkeu, di bank ini pulalah murdaya poo menyimpan dana besarnya. Selain itu, BPK menemukan fakta, Dirjen Perbendaharaan Departemen Keuangan dengan Bank Century membuat kesepakatan perjanjian pada 1 November 2005. Dalam perjanjian tersebut Depkeu menyetujui pemindahan escrow account tersebut sebesar US$ 17,28 juta dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) ke Bank Century dan dibuka untuk dan atas nama Menteri Keuangan. Namun sekarang dana hibah tersebut tidak jelas nasibnya, bahkan berpotensi hilang, di mana saat itu mbak ani jadi menkeu dan boediono jadi menko perekonomian.
Pemindahan dana hibah pemerintah dari BRI ke Bank Century ini dikatakan BPK telah melabrak atau melanggar aturan. Pasalnya, berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan (KMK) No.318/KMK.02/2004 dinyatakan penyimpanan uang negara hanya diperkenankan pada bank-bank pemerintah saja, tidak diperkenankan pada bank swasta. Dengan demikian baik boediono dan mbak ani telah melanggar aturan ini.
Setelah peristiwa ini, Keputusan Menteri Keuangan (KMK) No.318/KMK.02/2004 yang dirancang oleh mbak ani dan boediono ini malah terus dilanggar, terbukti antara tahun 2006-2007 tiga BUMN malah menempatkan dana besar di bank century. Atas perintah siapa BUMN itu berani melakukan hal itu ? kemudian pada tahun 2008 Perppu no. 4 pun terbit tentang pembentukan KSSK, dimana boediono sebagai anggota karena menjabat gubernur BI dan mbak ani sebagai ketua karena menjabat menkeu dan Plt menko perekonomian.
Dengan demikian yang terjadi adalah simboisme mutualisme, kolaborasi yang saling menguntungkan. Artinya para cukong-cukong inilah yang menitipkan boediono agar bisa jadi wapres, seperti yang tersirat di buku gurita cikeas tersebut.
Sikap sby menanggapi bailout century dibalik pengakuan dan bantahannya ternyata berwarna pelangi, berubah-ubah, antara tidak mengetahui, setuju dan tidak setuju. Saat awal kasus ini bergulir melalui hatta rajasa kalau sby tidak tahu, tetapi pada saat konfrensi pers meresfoni rekomendasi tim 8 atas kasus bibit-candra, sby malah mengakui bahwa bailout itu dilakukan karena BC berdampak sistemik, artinya sby setuju kan.
Namun sejak buku gurita cikeas meluncur, melalui jubir presiden julian a. Pasha sewaktu berada di cikeas menanggapi buku tersebut, mengatakan bahwa sby tidak pernah mengutus marsilam simanjuntak dalam rapat KSSK 20-21/11 di depkeu, malah mengatakan tidak tahu ssoal marsilam, padahal pengakuan marsilam hadir sebagai utusan presiden berasal dari pengakuan mbak ani dan raden pardede dari LPS.
Apa makna dibalik bantahan ini, secara tersirat sby sudah mengakui jika bailout century itu memang sebuah skandal dan ia tidak mau dilibatkan di dalam kasus ini.
Kemudian yang menjadi pertanyaan karena boediono di depan pansus sudah mengakui bahwa sby sudah tahu dan bertanggunjawab soal bailout century itu.
George aditjondro mungkin ada kebohongan dalam buku itu, namun sikap sby di dalam menyikapi bailout century dianggap tidak jelas. Antara kebohongan dan tidak jelas biasanya memang susah dibedakan. Wallahualam.



VIVAnews - Wakil Ketua Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat Tjatur Sapto Edy meminta Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia mengkaji ulang pembebasan bersyarat untuk terpidana kasus penyuapan Siti Hartati Murdaya.

Hartati terbukti bersalah melakukan penyuapan terkait pengurusan lahan di Kabupaten Buol, Sulawesi Tengah, dan divonis 2 tahun 8 bulan penjara serta subsider 3 bulan kurungan.

"Saya kira perlu direview kembali apakah sudah sesuai dengan PP Nomor 99," kata Tjatur di Gedung DPR, Jakarta, Rabu 3 September 2014.

Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 berisi tentang syarat dan tata cara pelaksanaan hak warga binaan pemasyarakatan.

Sebelumnya, Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, Bambang Widjojanto, terkejut dengan pemberian pembebasan bersyarat kepada terpidana koruptor, Hartati Murdaya.

Dia menjelaskan Hartati pernah mengajukan permohonan menjadi justice collaborator namun ditolak oleh pimpinan KPK pada bulan Juli 2014. Dia kemudian mengajukan pembebasan bersyarat juga ke pimpinan KPK namun kembali ditolak.

Terkait hal itu, Tjatur mengatakan akan mempertanyakan hal itu kepada Menteri Hukum dan HAM Amir Syamsuddin. Komisi Hukum DPR, kata dia, harus memastikan apa saja pertimbangan-pertimbangan pemberian pembebasan bersyarat kepada Hartati.

"Nanti pas kira rapat dengan Kementerian Hukum akan kita tanyakan lagi," ujar Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional itu.



detik Jakarta - Menteri ESDM Jero Wacik belum dapat dikonfirmasi terkait status tersangka pemerasan di Kementerian ESDM. Di dua rumahnya, rumah pribadi dan rumah dinas di Jakarta, dia tak terlihat. Di kantornya pun tak ada.

Pantauan, Rabu (3/9/2019). Rumah pribadi Jero Wacik yang terletak di ‎ Jalan Senayan Utama 1 Blok HI-6 No.1 Sektor 9 Bintaro Kecamatan Pondok Aren, Tangerang Selatan,‎ tampak sepi. Hanya ada petugas penjaga dan tak tampak mobil terpakir di rumah yang gerbangnya warna coklat itu.

"Kosong, bapak (Jero Wacik) jarang ke sini, seringnya di rumah dinas," kata penjaga yang bernama Wangsa.

Wangsa mengatakan, Jero terakhir berada di rumah pribadinya pada lebaran Idul Fitri lalu.

Begitu pun saat dicek di rumah dinasnya di Jl Denpasar Blok C-3 Kavling no 16, Kuningan, Jaksel. Sejak pagi tadi, dia tak terlihat.

"Nggak tahu di mana mbak dari tadi pagi saya datang Pak Jero sudah pergi," kata salah seorang satpam di rumah dinasnya, Jl Denpasar Blok C-3 Kavling No 16, Kuningan, Jakarta Selatan.

"Tadi pagi Bapak keluar kalau nggak naik Toyota Crown atau naik Alphard," lanjutnya

 Menurut pernyataan satpam yang enggan disebutkan namanya, di dalam rumah berpagar hitam dan cat krem itu hanya ada istrinya. Sedangkan Jero Wacik sendiri tidak terlihat di kantor Kementerian ESDM.

Jero Wacik juga tak ada di kantor Kementerian ESDM. Informasi dari kalangan pegawai, tak ada Jero di ruangannya. Belum jelas ke mana politisi Demokrat itu pergi.

Wakil Ketua Umum Demokrat Nurhayati Ali Assegaf ditanya soal Jero tak memberi jawaban pasti.

"Kemarin ada kan," jawab Wakil Ketua Umum Demokrat Nurhayati Ali Assegaf di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (3/9/2014).

Nurhayati belum bisa memastikan keberadaan rekan separtainya itu sekarang
TEMPO.CO, Jakarta - Politikus Partai Golongan Karya, Indra J. Piliang, menyayangkan sikap politik Susilo Bambang Yudhoyono. Menurut Indra, dukungan SBY terhadap Prabowo Subianto-Hatta Rajasa mengerdilkan sosok SBY sebagai seorang pemimpin.

"Sudah jelas bahwa SBY bukan seorang negarawan," ujar Indra saat dihubungi Tempo, Ahad, 6 Juli 2014.

Ia mengatakan SBY tidak dapat melepaskan diri dari figur seorang presiden. Meskipun keputusan mendukung Prabowo dikatakan sebagai keputusan partai, ia menilai SBY seharusnya tetap berada di posisi netral. Indra juga menganggap tidak ada batasan yang jelas mengenai keberpihakan SBY sebagai ketua umum dan presiden.

Indra khawatir SBY menggunakan aparatur dan fasilitas negara. Ia mencermati lingkaran Istana yang terlibat dalam black campaign, tetapi tidak ditindak tegas oleh SBY.

"SBY dari awal membiarkan ketika Setiyardi dan Andi Arief terjun langsung dalam hiruk-pikuk kampanye," ujar Indra. Pembiaran itu, ujar Indra, menjadi indikator tindakan SBY ke depan dalam memenangkan Prabowo.

Keberpihakan SBY yang dianggap ancaman bagi pemilu presiden juga dinyatakan oleh pengamat politik Ikrar Nusa Bhakti. Menurut Ikrar, SBY tidak diperkenankan menggunakan aparatur dan fasilitas negara. Ikrar khawatir terutama pada akses SBY dalam tubuh TNI/Polri yang sangat besar. Keterlibatan bintara pembina desa (babinsa), menurut dia, merupakan alarm yang harus diwaspadai.

Namun demikian, Indra dan Ikrar optimistis Joko Widodo-Jusuf Kalla dapat memenangkan pemilu presiden 9 Juli mendatang. "Hanya kecurangan yang bisa mengalahkan mereka," ujar Ikrar. Keduanya juga mengatakan dukungan SBY kepada Prabowo tidak signifikan apabila tidak diikuti dengan pengerahan kekuatan aparatur negara dan TNI/Polri.

DINI PRAMITA


Minggu, 15/12/2013 07:28 WIB

Wikileaks: Peran Bu Ani Terlalu Dominan, Sudi Sempat Akan Mundur

Indra Subagja - detikNews


Jakarta - Media Australia The Australian kembali memberitakan soal ibu negara Ani Yudhoyono. Mengutip wikileaks The Australian membeberkan alasan mengapa Ibu Ani menjadi target penyadapan intelijen Australia.

The Australian memberitakannya pada Sabtu (14/12), diceritakan bahwa Ibu Ani merupakan penasihat yang amat sangat berpengaruh bagi Presiden SBY.

The Australian juga menampilkan data wikileaks. Dalam data yang dibuat pada 2007 itu disebutkan, intelijen Australia mengorek informasi dari penasihat presiden SBY, TB Silalahi.

Dalam laporan Intelijen Australia dengan subjek 'A CABINET OF ONE -- INDONESIA'S FIRST LADY EXPANDS HER INFLUENCE' dituliskan, TB Silalahi bercerita bahwa staf presiden merasa terpinggirkan dengan pengaruh Ibu Ani itu.

TB Silalahi didalam kabel Wikileaks itu juga menceritakan kasus contohnya, sepupu dia yang duduk di kabinet Sudi Silalahi bahkan hampir mengundurkan diri.

Kawat ini benar atau tidak, hingga kini baik Sudi maupun TB Silalahi belum bisa dihubungi. Kawat ini belum tentu benar.

Ini dia perbedaan mendasar Dinasti Atut dan Cikeas


JAKARTA. Wakil Bendahara Umum DPP Partai Golkar, Bambang Soesatyo, membeberkan perbedaan mendasar antara dinasti politik yang dibentuk oleh Gubernur Banten, Ratu Atut dan dinasti politik yang disebutkan sebagai Dinasti Cikeas.
"Menurut saya apa yang disebut dinasti Ratu Atut, itu lahir dari suatu proses demokrasi pemilihan secara langsung oleh rakyat melalui Pilkada dan Pemilu. Sedangkan Dinasti Cikeas lahir dari penunjukan berdasarkan kekuasaan sebagai Presiden dan ketua umum partai," kata Soesatyo, Senin (14/10).
Menurut Soesatyo, bagi para kader Partai Golkar ditingkat akar rumput, pernyataan Presiden SBY tentang dinasti politik yang dibangun Gubernur Banten Ratu Atut, seperti memukul air didulang, terpecik muka sendiri. Disadari atau tidak, menurut Soesatyo, SBY telah membuka ‘borok’ sendiri.
"Sebab, ia juga tengah membangun dinasti politik Cikeas. Sejumlah anggota keluarga dan kerabatnya tercatat sebagai calon anggota legislatif (caleg) pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2014," kata Soesatyo.
Menurut dia, SBY melalui Partai Demokrat menempatkan anak, adik ipar, sepupu dan sejumlah nama kerabatnya dalam daftar nama-nama caleg partai tersebut. "Paling tidak terdapat 15 nama caleg yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengan keluarga Cikeas," kata Soesatyo.
Soesatyo juga membeberkan nama Caleg yang merupakan kerabat dekat keluarga Cikeas, yakni Edhi Baskoro Yudhoyono (anak SBY) Dapil Jatim VII, Sartono Hutomo (sepupu SBY) Dapil Jatim VII, Hartanto Edhi Wibowo (adik ipar SBY) Dapil Banten III, Agus Hermanto (adik ipar SBY) Dapil Jateng I, dan Nurcahyo Anggorojati (anak Hadi Utomo yang juga ipar SBY) Dapil Jateng VI.
Selanjutnya, ada nama Lintang Pramesti (anak Agus Hermanto) Dapil Jabar VIII, Putri Permatasari (keponakan Agus Hermanto) Dapil Jateng I, Dwi Astuti Wulandari (anak Hadi Utomo) Dapil DKI Jakarta I, Mexicana Leo Hartanto (keponakan SBY) Dapil DKI Jakarta I, dan Decky Hardijanto (keponakan Hadi Utomo) Dapil Jateng V.
Kemudian, ada pula nama Indri Sulistiyowati (keponakan Hadi Utomo) Dapil NTB, Sumardani (suami Indri Sulistiyowati) Dapil Riau I, Agung Budi Santoso (keluarga Hadi Utomo) Dapil Jabar I, Sri Hidayati (adik ipar Agung BS), dan Putut Wijanarko (suami Sri Hidayati) Dapil Jatim VI.(Tribunnews.com)

SENIN, 16 SEPTEMBER 2013 | 20:00 WIB Siarkan Konvensi, Dirut TVRI Sebut-sebut Istana
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Televisi Republik Indonesia Farhat Syukri disebut-sebut memaksa awak redaksi TVRI untuk menyiarkan acara konvensi Partai Demokrat di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Ahad malam, 15 September 2013. Siaran tunda ditayangkan sekitar dua jam tanpa henti itu mulai pukul 22.30-00.30. TVRI menayangkan acara pengenalan dan penyampaian visi-misi 11 peserta konvensi Demokrat dari awal sampai akhir.
Menurut sumber Tempo di TVRI, Farhat awalnya memaksa redaksi untuk menayangkan siaran langsung konvensi yang dimulai pukul 19.30 itu. Awak redaksi menolak paksaan itu, termasuk Direktur Program dan Berita TVRI Irwan Hendarmin. Tapi kemudian, menurut sumber ini, Farhat mengambil alih kendali redaksi pada saat itu dan memutuskan memuat konvensi dalam siaran tunda jelang tengah malam. Awak redaksi saat itu sempat mempertanyakan alasan Farhat. Dia lalu menyampaikan alasan kenapa harus ditayangkan langsung. Menurut si sumber, Farhat sempat mengatakan siaran langsung konvensi Demokrat itu dilakukan karena ada perintah dari Istana Kepresidenan. “Presiden Susilo Bambang Yudhonono ingin menyaksikan acara konvensi lewat TVRI,” kata si sumber menirukan ucapan Farhat saat memaksa anak buahnya, Senin 16 September 2013. Yudhoyono malam itu memang tak hadir di acara konvensi di Hotel Grand Sahid. Dia memilih di rumah pribadinya di Cikeas, Bogor, Jawa Barat, setelah acara di Bali dan Nusa Tenggara Timur. Farhat dan Istana belum bisa dimintai konfirmasi hingga tulisan ini diturunkan. (Baca: KPI Diminta Usut Siaran Konvensi Demokrat) NURHASIM SENIN, 16 SEPTEMBER 2013 | 18:00 WIB
Dirut TVRI Paksa Redaksi Siarkan Konvensi Demokrat
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Televisi Republik Indonesia Farhat Syukri disebut-sebut memaksa awak redaksi TVRI untuk menyiarkan acara konvensi Partai Demokrat di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Ahad malam, 15 September 2013. Siaran tunda yang ditayangkan sekitar dua jam itu dimulai pukul 22.30 hingga 00.30. TVRI menayangkan acara pengenalan dan penyampaian visi-misi 11 peserta konvensi Demokrat dari awal sampai akhir.
Menurut sumber Tempo di TVRI, Farhat awalnya memaksa redaksi untuk menayangkan secara langsung konvensi yang dimulai pukul 19.30 itu. Awak redaksi menolak paksaan itu, termasuk Direktur Program dan Berita TVRI Irwan Hendarmin.
Di redaksi, kebijakan itu menuai pro-kontra. Sebagian redaksi beralasan tidak mau melanggar aturan penyiaran dan aturan kampanye serta tak mau menyalahgunakan frekuensi publik. Tapi Farhat ngotot. “Malam itu sempat tegang. Intervensinya keterlaluan,” kata sumber tersebut, Senin, 16 September 2013.
Karena awak redaksi menolak dipaksa, Farhat kemudian mengambil alih kendali redaksi. Akhirnya, kata si sumber, diambil jalan tengah dengan menyiarkan konvensi sebagai siaran tunda. Awak redaksi tak berdaya. “Itu intervensi langsung dari Dirut,” kata dia.
TVRI sebenarnya sudah menyiarkan acara konvensi itu sejak pukul 15.00 sebagai berita biasa. Berita konvensi ditayangkan setiap jam kemudian dengan durasi beberapa menit saja sebagai breaking news dalam program Info Terkini, yang disiarkan secara berurutan dengan berita lainnya. Berita konvensi juga salah satu materi dalam program Indonesia Malam.
Sampai berita ini ditulis, Farhat dan Irwan belum bisa dimintai konfirmasi. Keduanya tak merespons saat ditelepon melalui telepon selulernya. (Baca: KPI Nilai TVRI Boleh Siarkan Konvensi Demokrat)
NURHASIM KAMIS, 29 AGUSTUS 2013 | 22:15 WIB Anak Hilmi Sebut Pembawa Duit Rp 40 M Utusan SBY

TEMPO.CO, Jakarta - Pembicaraan Ridwan Hakim, anak Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera Hilmi Aminuddin, dengan terdakwa kasus suap penambahan kuota impor daging sapi, Ahmad Fathanah, tersadap Komisi Pemberantasan Korupsi. Dalam rekaman percakapan yang diputar jaksa di sidang Fathanah di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta hari ini, Kamis, 29 Agustus 2013, mereka membahas duit Rp 40 miliar.
“Empat puluh dikirim lewat Sengman dan Hendra waktu itu,” kata Fathanah dalam rekaman.
"Belum ada yang nyampe, bos," Ridwan menjawab.
"Nggak mungkinlah. Udah beres, bener. Engkong sendiri waktu itu pernah ketemu dan tidak ada komentar," jawab Fathanah.
Saat ditanya oleh hakim siapa Sengman itu, Ridwan menjawab bahwa ia adalah utusan presiden. "Utusan Presiden kalau datang ke PKS," katanya.
Ketika ditanya lebih jauh, dia mengatakan Sengman adalah orang dekat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. "Di BAP (berita acara pemeriksaan) ditulis orang dekat SBY," ujarnya. Sedangkan Hendra adalah rekan Sengman. Namun ia tak tahu apakah ia merupakan orang SBY atau bukan.
Ridwan pun tak tahu apa kaitan mereka dengan uang tersebut. "Saya tidak tahu. Beliau (Fathanah) bilang angka 40 M itu sudah dibawa oleh Sengman," katanya.
Dalam rekaman, Ridwan mengatakan bahwa duit Rp 40 miliar itu belum sampai tujuan. Ada juga nama 'Engkong' dan 'El' yang disebut Fathanah. "Eh, Wan. Kewajibannya Ibu El sendiri berapa ke Engkong?" kata Fathanah kepada Ridwan.
Ridwan mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Engkong dalam rekaman adalah ayahnya, Hilmi Aminuddin. Sedangkan El adalah Direktur Utama PT Indoguna Utama, Maria Elizabeth Liman.
Soal duit Rp 40 miliar ini tercantum dalam dakwaan Fathanah dan Luthfi Hasan Ishaaq. Menurut jaksa, Elizabeth menjanjikan fee Rp 40 miliar untuk Luthfi jika perusahaannya berhasil mendapat izin penambahan kuota impor daging sapi sebanyak delapan ribu ton. NUR ALFIYAH

SENIN, 06 JUNI 2011 Malang-Melintang di Palembang Foto Susilo Bambang Yudhoyono bersama Kristiani Herawati (Ani Yudhoyono) terpajang di belakang ruang resepsionis Hotel Princess, Kompleks Ilir Barat Permai, Palembang. Presiden dan Ibu Ani, yang berbusana muslim, tersenyum lebar. Tak ada yang salah dengan pemasangan foto itu. Masyarakat Palembang pun mafhum soal kedekatan Sengman Tjahja, pemilik hotel tersebut, dengan Yudhoyono. Banyak narasumber di Palembang menyebutkan Sengman mengenal Yudhoyono jauh sebelum menjadi presiden. Sengman merintis persahabatan sejak SBY panggilan akrab Yudhoyono menjabat Panglima Daerah Militer Sriwijaya pada 1996-1997. Ketika itu Sengman adalah pengusaha di Kota Pempek. Persahabatan mereka setidaknya terlihat ketika Sengman menghadiri wisuda Agus Harimurti, anak sulung Yudhoyono, di Nanyang Technological University, Singapura, Juli lima tahun silam. Presiden Yudhoyono juga hadir pada resepsi pernikahan anak Sengman bernama Karen Tjahja dengan Slandy Karlam di grand ballroom Hotel Mulia, Senayan, Jakarta, Oktober 2008. Sengman, saat dihubungi lewat sambungan telepon, tak mau banyak berkomentar tentang pertemanannya dengan Presiden. ”Saya sedang di luar kota,” ujarnya buru-buru mengakhiri percakapan. Adapun Heru Lelono, anggota Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi, mengatakan tak tahu sejauh mana pertemanan Presiden dengan Sengman. ”Saya tak tahu apakah Presiden mengenal Sengman atau tidak,” ujar Heru kepada Tempo di Jakarta, Kamis pekan lalu. ”Yang jelas, Pak SBY punya banyak teman.” Di Palembang, Sengman dikenal sebagai pengusaha properti. Situs berita www.tempointeraktif.com pada Juni 2005 pernah memberitakan kakek tiga cucu ini. Ketika itu Sengman menjadi Direktur Utama PT Bayu Jaya Lestari Sukses, pengembang kompleks terpadu Mal Palembang Square. Pembangunan properti ini merupakan bagian dari persiapan Sumatera Selatan menyelenggarakan Pekan Olahraga Nasional, September 2004. Proyek pembangunan Palembang Square ramai dibicarakan karena ada dugaan penyelewengan pemberian izin hak pakai atas tanah milik Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan. Masalah pokoknya adalah pengalihan fungsi tanah seluas 56.217 meter persegi di kawasan strategis eks Taman Ria Sriwijaya itu ke perusahaan milik Sengman. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Selatan membentuk panitia khusus menyelidiki dugaan ini. Sengman merespons pembentukan panitia khusus itu, dan menyatakan berkomitmen menyelesaikan pembangunan Palembang Square. ”Saya yakin masalahnya clear dan bisa diluruskan,” katanya saat itu. Belakangan Sengman mengalihkan kepemilikan Palembang Square kepada Grup Lippo pada 2008. Pengalihan ini juga menimbulkan masalah karena Sengman dianggap berjalan sendiri tanpa melibatkan pemerintah Sumatera Selatan. Sejak ramai-ramai itu, Sengman ”menghilang” dari Palembang. Sengman muncul lagi di Bumi Wong Kito akhir Januari lalu ketika meresmikan Mal Paragon di kawasan Ilir Barat Permai. Pusat belanja ini menampung pengusaha kecil-menengah. Peresmian Paragon dilakukan oleh Wakil Wali Kota Palembang Romi Herton. Sengman menyatakan siap berbisnis lagi di Palembang meski Paragon tak semegah Palembang Square. Kini nama Sengman menjadi buah bibir lagi. Bukan di kalangan pengusaha properti, melainkan di kalangan importir daging. Sengman ikut membantu PT Indoguna Utama mendapatkan jatah kuota impor daging 30 ribu ton. Sunudyantoro, Arif Ardiansyah (Palembang)