Rivalitas Mahasiswa Usai Datangi Istana
inilah.com/Agung Rajasa
Oleh : Ahluwalia
Nasional - Minggu, 24 Oktober 2010 | 21:13 WIB
INILAH.COM, Jakarta - Rivalitas politik antar mahasiswa BEM Nusantara versus BEM Seluruh Indonesia (SI) mencuat usai demo 20 Oktober. Sejumlah elit mahasiswa telah bertemu Presiden SBY di Istana. Isyarat kompromisme, dekadensi politik ataukah pragmatisme sesaat?
Aktivis Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Nusantara menduga ada oknum atas nama gerakan mahasiswa yang melakukan deal melalui pertemuan antara mahasiswa dengan Presiden SBY kemarin.
Memang, santer kabar beredar bahwa di tengah memanasnya tensi politik nasional memperingati satu tahun Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II, beberapa aktivis mahasiswa justru menghadap Presiden SBY. Padahal, kekuatan mahasiswa adalah kekuatan moral, bukan political power untuk deal dan transaksi.
"Deal deal kalangan elite BEM SI lakukan di Istana dan sudah jelas mereka tidak merepresentasikan BEM Nusantara karena hanya hadir dua ketua BEM sedangkan yang tiga lainnya bukan Ketua BEM serta demisioner atau tidak menjabat lagi," beber Koordinator Nasional Fernando di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, kemarin.
Para analis dan cendekiawan menyayangkan pemerintah tidak tanggap melihat kejanggalan ini. BEM Nusantara, menganggap bahwa pemerintah telah melakukan 'grand design' untuk mengadu domba dalam ranah konflik horizontal yang berarti memecah belah gerakan mahasiswa.
Realitas ini jelas sungsang dan tipikal perselingkuhan politik selain tentu saja sangat bertentangan dengan moralitas mahasiswa. "BEM Nusantara masih mempunyai perasaan sebagai agent of change dan konsisten dalam menjalankan fungsi sosial kontrol," kata Fernando.
Presiden menerima para aktivis mahasiswa BEM SI itu Jumat (22/10) sekitar pukul 17.00 WIB, didampingi Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi, Sekretaris Kabinet Dipo Alam dan Menpora Andi Mallarangeng.
Mereka adalah Presiden Mahasiswa Trisakti Atma Winata, Mantan Presma UKI Tomohon Sulut Albert Hama, Ketua BEM Universitas Cendrawasih Papua Thomas Warijo dan Ketua BEM FISIP Universitas Cendrawasih Alberto Mansawan.
Para aktivis mahasiswa itu diterima langsung dan menjabat tangan presiden secara bergantian. Sesaat kemudian, mahasiswa dari beberapa universitas dipersilakan masuk ruang pertemuan.
"Pertemuan mahasiswa dan SBY di istana itu menjadi sarat politis karena demo 20 Oktober belum mengendap sepenuhnya bahkan ada mahasiswa yang tertembak polisi," timpal pengamat politik Direktur Lingkar Madani untuk Indonesia (Lima) Ray Rangkuti. [mdr]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar