Sabtu, 29/05/2010 12:52 WIB
Remaja di Twitter Rindukan Pasangan Seperti Habibie
Gagah Wijoseno - detikNews
Jakarta - Cinta BJ Habibie dan almarhumah istrinya Hasri Ainun Habibie kembali ramai di situs mikro blogging twitter. Para pengguna twitter yang umumnya remaja banyak menuliskan kekaguman hubungan cinta kedua pasangan itu.
Pantauan detikcom, Sabtu (29/5/2010) nama Habibie kembali bertengger di daftar trending topic (TT). Daftar trending ini merupakan, tema yang paling banyak dibicarakan pengguna twitter yang mencapai puluhan juta di dunia.
Beragam komentar pujian mengalir dari remaja atau biasa dipanggil anak baru gede (ABG) kepada Habibie. Umumnya, para remaja putri ini ingin punya suami seperti sosok Habibie.
"Pengen punya suami yang kesetiaan-nya kayak Bapak BJ Habibie," tulis seorang berakun @khaennisa.
Kecintaaan Habibie yang akan menziarahi makam istrinya selama 40 hari juga jadi dasar kekaguman mereka. "Terharu liat Pak Habibie tiap hari menziarahi makam istrinya," tulis @Fitri_nurianti.
"Bapak BJ Habibie, setia banget. Kagum sama sosoknya," tulis @thataeve.
Sebelumnya, nama Habibie dan Ainun juga sempat jadi TT di twitter saat pemakaman pada Selasa lalu. Kisah cinta keduanya menjadi inspirasi banyak orang sehingga dibahas di twitter.
(ndr/ken)
Pengaruh Ainun di Kehidupan Habibie
Selasa, 25 Mei 2010 - 13:44 wib
Hen Hen - Okezone
Habibie saat mendampingi Ainun di rumah sakit. (Foto: dok Habibie Center)
JAKARTA - Mendiang mantan Ibu Negara Hasri Ainun Habibie merupakan sosok yang berpengaruh di keluarga. Pengaruh ini sangat terasa, terutama ketika mendampingi suaminya saat menjabat sebagai Presiden dalam masa transisi orde baru ke orde reformasi.
Hal tersebut dituturkan anggota Dewan Pertimbangan Presiden Jimly Asshiddiqie usai prosesi pemakaman Ainun di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan, Selasa (25/5/2010).
Saat kepemimpinan Habibie di masa reformasi, banyak sekali hal yang tidak mengenakkan bagi Habibie yang saat itu menjabat Presiden. Terutama ketika dia menghadiri Sidang Umum MPR untuk menyampaikan pertanggungjawabannya.
Pada saat itu, Jimly memaparkan, para anggota MPR sudah berdiri dari kursinya sambil berteriak-teriak. "Tentu saja, Pak Habibie pada saat itu harus tegar. Tapi perasaan dia sangat berkecamuk. Yang menenangkan dia, tentu Bu Ainun. Kalau tidak ada Bu Ainun tentu susah juga," ceritanya.
Saat itu, Jimly tetap mendampingi Habibie dan istri hingga pukul 01.00 WIB, untuk menunggu keputusan MPR menanggapi laporan pertanggungjawabab Presiden. "Begitu mendengar keputusan terakhir (MPR tolak LPJ Presiden), dia (Habibie) merasa terpukul. Di situ Bu Ainun, berfungsi sekali sebagai penenang. Sehingga Pak Habibie bisa menerima realita yang ada dan sebagai pemimpin dapat tabah," tuturnya.
Banyak sekali peranan Ainun dalam mendampingi, membantu, dan mendukung Habibie sukses dalam karirnya. Ainun juga memiliki kepribadian yang baik. "Lembut, tidak pernah marah, ngomongnya juga pelan halus, sehingga semua orang merasa senang saat di dekat dia," katanya.
"Beliau sangat berpengaruh dalam keluarga. Tapi beliau tak pernah mencampuri urusan-urusan yang menjadi tanggung jawab suaminya," tambahnya.(hri)(mbs)
Selasa, 25/05/2010 18:42 WIB
Thareq Habibie: Papa Berikrar Tidak Akan Keluar RS Tanpa Mama
Lia Harahap - detikNews
Jakarta - Selama dua bulan menjalani perawatan di rumah sakit di Munich, Jerman, ibu Ainun Habibie selalu didampingi oleh suami tercinta BJ Habibie. Ternyata, Habibie melakukan itu atas ikrarnya pada almarhumah.
"Bapak itu punya janji, ada ikarar. Kata bapak, saya (Habibi) hanya akan keluar rumah sakit ini dengan mama (Ainun), dan itu sudah bapak katakan dari awal ibu masuk rumah sakit. Makanya saya setuju kalau mereka ini dua sejoli," kata putra bungsu Habibi,Thareq Kemal Habibie, di kediamannya Jl Patra Kuningan XIII No 3, Jakarta, Senin (25/5/2010).
Putra bungsu Habibie ini pun menceritakan kondisi ibunya yang terus menurun setiap menjalani operasi. Namun bagitu dia tidak merasa kecewa dengan pihak medik karena dianggap telah berusaha semaksimal mungkin.
"Jadi selama disana kondisi ibu terus menurun. Setiap habis operasi malah stuck. 5 minggu di rumah sakit ibu menjalani operasi sebanyak 12 kali, dimana 4 minggu awal ibu harus menjalani operasi sebanyak 2 kali sehari. Pada saat yang sama dokter bilang ibu harus direhabilitasi, bagaimana mungkin orang tua diusia 73 bisa direhabilitasi dengan kondisi lemah, dan tanpa jeda," kisahnya.
Dia mengatakan, banyaknya operasi yang dijalani sang ibunda akibat penyakit kangker yang diderita menyebar ke seluruh tubuh. "Fokusnya di perut, terus menyebar ke paru-paru, liver, empedu dan ususnya, belum lagi kalau selesai operasi ada yang infeksi, jaitan harus dibukan lagi," terangnya.
Dia menambahkan, saat suasana sangat sepi ketika menjelang perginya ibu Ainun. Dia pun sangat mengerti bagaimana rasa kehilangan sang ayah yang di matanya kedua orang tuanya selalu bersama dalam setiap kesempatan.
"Suasana saat itu sunyi,sepi, kita hanya bisa diam saat ibu menghembuskan nafas terakhir. Saat itu yang ada disamping ibu ada saya dan istri, Ilham dan istri serta bapak pastinya, dan kita membimbing ibu dalam sakaratul mautnya," katanya dengan mata berbinar-binar.
Saat ini di rumah duka sendiri mulai datang para peserta tahlilan, baik dari keluarga maupun tetangga. Tahlilan ini direncanakan akan terus dilakukan hingga 40 hari kedepan.
(lia/Rez)
Selasa, 25 Mei 2010
Jumat, 21 Mei 2010
akhirnya TUHAN dilahirkan kembali
Craig Venter creates synthetic life form
Craig Venter and his team have built the genome of a bacterium from scratch and incorporated it into a cell to make what they call the world's first synthetic life form
(942) (3610)
Tweet this (809)
Comments (438)
Ian Sample, science correspondent
guardian.co.uk, Thursday 20 May 2010 17.42 BST
Article history
Genetic entrepreneur Craig Venter explains how his team of researchers created a new life form – and what happens next. Video: Science Link to this video
Scientists have created the world's first synthetic life form in a landmark experiment that paves the way for designer organisms that are built rather than evolved.
The controversial feat, which has occupied 20 scientists for more than 10 years at an estimated cost of $40m, was described by one researcher as "a defining moment in biology".
Craig Venter, the pioneering US geneticist behind the experiment, said the achievement heralds the dawn of a new era in which new life is made to benefit humanity, starting with bacteria that churn out biofuels, soak up carbon dioxide from the atmosphere and even manufacture vaccines.
However critics, including some religious groups, condemned the work, with one organisation warning that artificial organisms could escape into the wild and cause environmental havoc or be turned into biological weapons. Others said Venter was playing God.
The new organism is based on an existing bacterium that causes mastitis in goats, but at its core is an entirely synthetic genome that was constructed from chemicals in the laboratory.
The single-celled organism has four "watermarks" written into its DNA to identify it as synthetic and help trace its descendants back to their creator, should they go astray.
"We were ecstatic when the cells booted up with all the watermarks in place," Dr Venter told the Guardian. "It's a living species now, part of our planet's inventory of life."
Dr Venter's team developed a new code based on the four letters of the genetic code, G, T, C and A, that allowed them to draw on the whole alphabet, numbers and punctuation marks to write the watermarks. Anyone who cracks the code is invited to email an address written into the DNA.
The research is reported online today in the journal Science.
"This is an important step both scientifically and philosophically," Dr Venter told the journal. "It has certainly changed my views of definitions of life and how life works."
The team now plans to use the synthetic organism to work out the minimum number of genes needed for life to exist. From this, new microorganisms could be made by bolting on additional genes to produce useful chemicals, break down pollutants, or produce proteins for use in vaccines.
Julian Savulescu, professor of practical ethics at Oxford University, said: "Venter is creaking open the most profound door in humanity's history, potentially peeking into its destiny. He is not merely copying life artificially ... or modifying it radically by genetic engineering. He is going towards the role of a god: creating artificial life that could never have existed naturally."
This is "a defining moment in the history of biology and biotechnology", Mark Bedau, a philosopher at Reed College in Portland, Oregon, told Science.
Dr Venter became a controversial figure in the 1990s when he pitted his former company, Celera Genomics, against the publicly funded effort to sequence the human genome, the Human Genome Project. Venter had already applied for patents on more than 300 genes, raising concerns that the company might claim intellectual rights to the building blocks of life.
Craig Venter and his team have built the genome of a bacterium from scratch and incorporated it into a cell to make what they call the world's first synthetic life form
(942) (3610)
Tweet this (809)
Comments (438)
Ian Sample, science correspondent
guardian.co.uk, Thursday 20 May 2010 17.42 BST
Article history
Genetic entrepreneur Craig Venter explains how his team of researchers created a new life form – and what happens next. Video: Science Link to this video
Scientists have created the world's first synthetic life form in a landmark experiment that paves the way for designer organisms that are built rather than evolved.
The controversial feat, which has occupied 20 scientists for more than 10 years at an estimated cost of $40m, was described by one researcher as "a defining moment in biology".
Craig Venter, the pioneering US geneticist behind the experiment, said the achievement heralds the dawn of a new era in which new life is made to benefit humanity, starting with bacteria that churn out biofuels, soak up carbon dioxide from the atmosphere and even manufacture vaccines.
However critics, including some religious groups, condemned the work, with one organisation warning that artificial organisms could escape into the wild and cause environmental havoc or be turned into biological weapons. Others said Venter was playing God.
The new organism is based on an existing bacterium that causes mastitis in goats, but at its core is an entirely synthetic genome that was constructed from chemicals in the laboratory.
The single-celled organism has four "watermarks" written into its DNA to identify it as synthetic and help trace its descendants back to their creator, should they go astray.
"We were ecstatic when the cells booted up with all the watermarks in place," Dr Venter told the Guardian. "It's a living species now, part of our planet's inventory of life."
Dr Venter's team developed a new code based on the four letters of the genetic code, G, T, C and A, that allowed them to draw on the whole alphabet, numbers and punctuation marks to write the watermarks. Anyone who cracks the code is invited to email an address written into the DNA.
The research is reported online today in the journal Science.
"This is an important step both scientifically and philosophically," Dr Venter told the journal. "It has certainly changed my views of definitions of life and how life works."
The team now plans to use the synthetic organism to work out the minimum number of genes needed for life to exist. From this, new microorganisms could be made by bolting on additional genes to produce useful chemicals, break down pollutants, or produce proteins for use in vaccines.
Julian Savulescu, professor of practical ethics at Oxford University, said: "Venter is creaking open the most profound door in humanity's history, potentially peeking into its destiny. He is not merely copying life artificially ... or modifying it radically by genetic engineering. He is going towards the role of a god: creating artificial life that could never have existed naturally."
This is "a defining moment in the history of biology and biotechnology", Mark Bedau, a philosopher at Reed College in Portland, Oregon, told Science.
Dr Venter became a controversial figure in the 1990s when he pitted his former company, Celera Genomics, against the publicly funded effort to sequence the human genome, the Human Genome Project. Venter had already applied for patents on more than 300 genes, raising concerns that the company might claim intellectual rights to the building blocks of life.
Rabu, 19 Mei 2010
blog ini diblokir karena diduga bernuansa sara (2)
Menghadapi Blog yang Menista Agama
2010 | Wicaksono
Kekesalan bisa memicu kegemparan. Begitulah pelajaran yang saya dapat dari sebuah blog yang muncul pekan lalu di Blogspot.com dan memicu geger. Saya pertama kali mengetahuinya dari salah satu pengikut saya di Twitter.
“Mas, tolong dilihat, apa yang harus kita lakukan dengan blog ini?” begitu bunyi pesan yang masuk ke timeline saya.
Pesan itu mencantumkan tautan yang, ketika saya klik, ternyata mengarah ke alamat blog yang mengatasnamakan sebuah SMA swasta di Jatibening, Bekasi, Jawa Barat.
Saya kaget karena isi blog tersebut sangat provokatif dan sarat isu agama. Judul blognya saja sebuah ajakan membasmi sebuah agama dari Bumi Pertiwi.
Lalu tulisan-tulisan di dalamnya bernada menghina dan menyebarkan kebencian terhadap agama itu. Gambar dan fotonya pun provokatif. Contohnya ada foto kitab suci di dalam toilet. Ringkasnya, blog itu bisa dianggap telah menistakan sebuah agama.
Tentu saja bukan hanya saya yang kaget bagaikan disengat setrum ribuan watt oleh blog itu. Saya lihat ada ratusan komentar di salah satu tulisan blog tersebut. Hampir semua mengecam tindakan pemilik blog provokatif itu. Menurut para komentator, sudah bukan zamannya lagi mencari perhatian lewat blog seperti ini. Ada pula yang menganggap meledek pemiliknya sebagai “narablog kurang kasih sayang”.
Kabar rupanya beredar cepat. Dalam hitungan jam, kemunculan blog itu beredar di media-media sosial. Beberapa kawan juga mengambil inisiatif dengan memanji blog itu agar ditutup oleh pemilik Blogspot. Saya memilih mendiamkannya sambil memantau situasi. Saya tak mau reaksi saya ikut memancing kehebohan yang lebih besar dan malah kontraproduktif.
Kencangnya kecaman ternyata membuat pengelola blog itu seperti diterpa badai dan sadar. Entah bagaimana prosesnya, pada sore harinya, blog itu berubah total. Baik judul maupun isi seluruh blog. Awalnya bernada kebencian, lalu berubah menjadi ajakan menjaga perdamaian. Ada pula tulisan yang menjelaskan mengapa narablog itu membuat jurnal digital yang memicu keriuhan di ranah Internet. Ada apa gerangan?
Ternyata, seperti yang tertulis di blog itu, sang pemilik adalah bekas murid sekolah swasta di Bekasi tersebut. Ia merasa kesal terhadap para bekas gurunya. Kekesalannya itu lantas dilampiaskannya dengan mencatut nama sekolah dan yayasan tempat sekolah itu bernaung. Ia mengaku blog tersebut ditulis sebagai salah satu ungkapan balas dendam terhadap salah satu gurunya yang telah mencelakakan dia semasa bersekolah di SMA.
“Hahahaah… Saya mendengar kabar ada yang ribut… Sebenarnya blog ini saya untuk satu tujuan, MENYADARKAN GURU-GURU. SAYA SUDAH CAPEK!! Bukan hanya untuk guru yang saya tuju, tapi untuk seluruh guru di Indonesia!!! Tolong jaga sikap anda!!! Jangan dengan anda seorang guru anda bisa sewenang-wenang!!” begitu tulis pemilik blog itu.
Iseng? Pelampiasan yang salah tempat? Kebablasan? Kita boleh menyebutnya apa saja, tapi kepala harus tetap dingin. Jangan sampai kita ikut-ikutan panas, apalagi terpancing bereaksi dengan keras, misalnya menyerbu sekolah yang disebut dalam blog itu. Siapa yang bisa memastikan dan menjamin bahwa memang SMA itulah pembuatnya?
Sekolah yang namanya dicatut bahkan telah mengklarifikasi bahwa mereka tak terkait apalagi terlibat dalam blog kontroversial itu. Pengelola sekolah juga sudah melaporkannya ke polisi. Belakangan blog itu malah sudah ditutup.
Apa hikmah perkara ini? Di zaman digital seperti sekarang, siapa saja bisa membuat blog. Pemilik blog bebas mengisinya dengan apa saja, termasuk isu-isu sensitif seperti agama.
Tapi reaksi yang keras sampai menimbulkan konflik horizontal tak hanya menguras energi, tapi juga sia-sia.
Khalayak digital memiliki mekanisme dan kearifannya sendiri untuk menyelesaikan masalah seperti ini.
2010 | Wicaksono
Kekesalan bisa memicu kegemparan. Begitulah pelajaran yang saya dapat dari sebuah blog yang muncul pekan lalu di Blogspot.com dan memicu geger. Saya pertama kali mengetahuinya dari salah satu pengikut saya di Twitter.
“Mas, tolong dilihat, apa yang harus kita lakukan dengan blog ini?” begitu bunyi pesan yang masuk ke timeline saya.
Pesan itu mencantumkan tautan yang, ketika saya klik, ternyata mengarah ke alamat blog yang mengatasnamakan sebuah SMA swasta di Jatibening, Bekasi, Jawa Barat.
Saya kaget karena isi blog tersebut sangat provokatif dan sarat isu agama. Judul blognya saja sebuah ajakan membasmi sebuah agama dari Bumi Pertiwi.
Lalu tulisan-tulisan di dalamnya bernada menghina dan menyebarkan kebencian terhadap agama itu. Gambar dan fotonya pun provokatif. Contohnya ada foto kitab suci di dalam toilet. Ringkasnya, blog itu bisa dianggap telah menistakan sebuah agama.
Tentu saja bukan hanya saya yang kaget bagaikan disengat setrum ribuan watt oleh blog itu. Saya lihat ada ratusan komentar di salah satu tulisan blog tersebut. Hampir semua mengecam tindakan pemilik blog provokatif itu. Menurut para komentator, sudah bukan zamannya lagi mencari perhatian lewat blog seperti ini. Ada pula yang menganggap meledek pemiliknya sebagai “narablog kurang kasih sayang”.
Kabar rupanya beredar cepat. Dalam hitungan jam, kemunculan blog itu beredar di media-media sosial. Beberapa kawan juga mengambil inisiatif dengan memanji blog itu agar ditutup oleh pemilik Blogspot. Saya memilih mendiamkannya sambil memantau situasi. Saya tak mau reaksi saya ikut memancing kehebohan yang lebih besar dan malah kontraproduktif.
Kencangnya kecaman ternyata membuat pengelola blog itu seperti diterpa badai dan sadar. Entah bagaimana prosesnya, pada sore harinya, blog itu berubah total. Baik judul maupun isi seluruh blog. Awalnya bernada kebencian, lalu berubah menjadi ajakan menjaga perdamaian. Ada pula tulisan yang menjelaskan mengapa narablog itu membuat jurnal digital yang memicu keriuhan di ranah Internet. Ada apa gerangan?
Ternyata, seperti yang tertulis di blog itu, sang pemilik adalah bekas murid sekolah swasta di Bekasi tersebut. Ia merasa kesal terhadap para bekas gurunya. Kekesalannya itu lantas dilampiaskannya dengan mencatut nama sekolah dan yayasan tempat sekolah itu bernaung. Ia mengaku blog tersebut ditulis sebagai salah satu ungkapan balas dendam terhadap salah satu gurunya yang telah mencelakakan dia semasa bersekolah di SMA.
“Hahahaah… Saya mendengar kabar ada yang ribut… Sebenarnya blog ini saya untuk satu tujuan, MENYADARKAN GURU-GURU. SAYA SUDAH CAPEK!! Bukan hanya untuk guru yang saya tuju, tapi untuk seluruh guru di Indonesia!!! Tolong jaga sikap anda!!! Jangan dengan anda seorang guru anda bisa sewenang-wenang!!” begitu tulis pemilik blog itu.
Iseng? Pelampiasan yang salah tempat? Kebablasan? Kita boleh menyebutnya apa saja, tapi kepala harus tetap dingin. Jangan sampai kita ikut-ikutan panas, apalagi terpancing bereaksi dengan keras, misalnya menyerbu sekolah yang disebut dalam blog itu. Siapa yang bisa memastikan dan menjamin bahwa memang SMA itulah pembuatnya?
Sekolah yang namanya dicatut bahkan telah mengklarifikasi bahwa mereka tak terkait apalagi terlibat dalam blog kontroversial itu. Pengelola sekolah juga sudah melaporkannya ke polisi. Belakangan blog itu malah sudah ditutup.
Apa hikmah perkara ini? Di zaman digital seperti sekarang, siapa saja bisa membuat blog. Pemilik blog bebas mengisinya dengan apa saja, termasuk isu-isu sensitif seperti agama.
Tapi reaksi yang keras sampai menimbulkan konflik horizontal tak hanya menguras energi, tapi juga sia-sia.
Khalayak digital memiliki mekanisme dan kearifannya sendiri untuk menyelesaikan masalah seperti ini.
Sabtu, 08 Mei 2010
Tuhan Yesus Kristus cedera tertabrak MOBIL
Lord Jesus Christ (his real name) hit by Mass. car
May 7, 2010
NORTHAMPTON, Mass. --The victim might have forgiven the woman who ran him down in a Massachusetts crosswalk, but police haven't.
Police say a Pittsfield woman has been cited for running down a man named Lord Jesus Christ as he crossed a street in Northampton on Tuesday.
The 50-year-old man is from Belchertown. Officers checked his ID and discovered that, indeed, his legal name is Lord Jesus Christ. He was taken to the hospital for treatment of minor facial injuries.
Police say 20-year-old Brittany Cantarella was cited for failing to yield to a pedestrian in a crosswalk.
May 7, 2010
NORTHAMPTON, Mass. --The victim might have forgiven the woman who ran him down in a Massachusetts crosswalk, but police haven't.
Police say a Pittsfield woman has been cited for running down a man named Lord Jesus Christ as he crossed a street in Northampton on Tuesday.
The 50-year-old man is from Belchertown. Officers checked his ID and discovered that, indeed, his legal name is Lord Jesus Christ. He was taken to the hospital for treatment of minor facial injuries.
Police say 20-year-old Brittany Cantarella was cited for failing to yield to a pedestrian in a crosswalk.
dewi sri modern, yang diledek
10 MEI 2010
Kisah Dua Menteri Keuangan
ADA sedikit kesamaan antara Sri Mulyani dan Ngozi Okonjo Iweala, Direktur Pelaksana Bank Dunia periode 2007. Keduanya sama-sama wanita dan pernah menjabat Menteri Keuangan. Okonjo Iweala adalah mantan Menteri Keuangan Nigeria. Bedanya, alumnus Universitas Harvard ini pernah menjadi Menteri Luar Negeri Nigeria.
Okonjo Iweala dikenal sebagai tokoh perempuan antikorupsi dan berhasil menghapus utang Nigeria melalui Paris Club US$ 16 miliar. Sebagai seorang mantan anggota staf Perserikatan Bangsa-Bangsa, dia diprotes oleh para seterunya gara-gara masalah gaji. Sebelumnya, PBB menggajinya US$ 250 ribu (sekitar Rp 2,5 miliar) per tahun. Lantaran ada tekanan dalam negeri, dia harus rela menerima gaji US$ 6.000 (sekitar Rp 60 juta) per tahun, seperti gaji menteri di Nigeria.
Tak mudah bagi Okonjo Iweala memerangi korupsi di Nigeria. Banyak koruptor khawatir pada gerakan bersih-bersih ini. Belakangan Bank Dunia mendapuknya menjadi Direktur Pelaksana pada 2007.
Di Indonesia, Sri Mulyani dianggap Menteri Keuangan andal dan lurus memerangi korupsi. Wanita kelahiran Lampung 47 tahun silam ini memelopori reformasi birokrasi di Kementerian Keuangan. Dia berusaha membersihkan Direktorat Jenderal Pajak serta Bea dan Cukai, dua lembaga yang kerap disebut sarang penyamun. Sudah ratusan orang pegawai pajak dan bea-cukai dipecatnya lantaran korupsi.
Prestasi Sri Mulyani juga diakui dunia. Bekas orang penting di Dana Moneter Internasional ini juga terpilih sebagai Menteri Keuangan terbaik di Asia versi majalah Euromoney dan Emerging Markets. Majalah Forbes memasukkan Sri ke dalam 100 wanita berpengaruh di dunia.
Sayang, dia tersandung kasus bailout Bank Century. Dewan Perwakilan Rakyat menilainya bersalah lantaran menyelamatkan bank milik Robert Tantular itu. Kasus ini membuat Sri Mulyani dua kali dimintai keterangan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.
Benarkah pengangkatannya sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia untuk menyelamatkan tokoh yang dikenal punya integritas tinggi ini? Juru bicara Bank Dunia di Jakarta, Randy Salim, hanya mengangkat bahu ketika dimintai konfirmasi. "Mungkin kebijakan dewan direksi Bank Dunia begitu," ujarnya pekan lalu.
08/05/2010 - 12:31
Sstt... Lagu 'Bu Sri Minggat' Jadi Top Hits
Sri Mulyani
(inilah.com)
INILAH.COM, Jombang – Bukan pengamen jalanan jika tidak kreatif mengutak-atik lagu. Dengan sedikit mengubah syair lagu Sri Minggat milik Sony Joss, para pengamen bus kota di Jombang pun menyindir rencana kepergian Menteri Keuangan Sri Mulyani untuk menghamba kepada Bank Dunia.
Hebatnya, lagu 'Bu Sri Minggat' tersebut menjadi top hits di bus antar kota sejak tiga hari terakhir ini.
"Ndang minggato Sri, ndang minggatoooo.., ndang minggato dadi buruh nang Bank Dunia. Ndang minggato Sri, ndang minggatoooo, ndang minggato nggowo mlayu duwik Century. (Cepat pergi Sri, cepat pergi, cepat pergi jadi buruh di Bank Dunia, cepat pergi Sri, cepat pergi bawa lari uang century)", demikian lagu sindiran yang menjadi top hits di bus antar kota di Jombang.
Mashudi, salah satu pengamen di terminal Kepuh sari Jombang mengatakan, lagu sindiran itu didendangkan oleh para pengamen sejak tiga hari terakhir ini. "Ya sebagai spontanitas saja atas gonjang-ganjing Sri Mulyani. Apalagi masalah ini sedang ramai jadi perdebatan," kata Mashudi usai turun dari bus kota, Sabtu (8/5).
Pengamen berambut gondrong ini menambahkan, lagu sindiran ala terminal itu ia aransir secara keroyokan saat senggang. Hal itu sebagai bentuk kritik dari kaum jalanan untuk bangsa ini. Ia mencontohkan, jika mahasiswa menyampaikan kritik dengan demonstrasi, wartawan dengan cara menulis di media massa, anggota dewan dengan cara bentuk pansus.
"Kalau kami dengan cara bernyanyi. Inilah cara kami mengkritik negara," tambahnya sembari tertawa.
Walhasil, lagu made in terminal itu mendapat respon cukup bagus dari penumpang. Kata Mashudi, sering sekali senyum penumpang langsung mengembang ketika mendengar lagu bu Sri tersebut.
"Jika penumpang merasa terhibur maka recehan yang mampir di kantung kami juga lumayan," pungkas Mashudi sembari menenteng gitar usangnya.
Bukan kali ini saja Sri Mulyani diejek. Di dunia maya beredar sebuah poster film Menculik Miyabi yang diplesetin.
Di poster asli, ada aktris porno asal Jepang Maria 'Miyabi' Ozawa. Mengenakan pakaian sack dress dengan bagian dada terbuka, Miyabi berpose lumayan menantang.
Tetapi kalau di poster Menculik Miyabi yang sudah direkayasa, gambar bagian kepala Miyabi sudah diganti dengan wajah Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Ada yang berbeda dengan Sri Mulyani di poster yang sudah di-photoshop tersebut. Eks Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan itu berambut panjang sebahu.
Selain muka Miyabi diubah dengan wajah Sri Mulyani, tulisan Menculik Miyabi diganti dengan Menculik Mulyani. Kata "Mulyani" ditulis dengan model kata yang agak kaku.
Selain itu, tidak ada lagi yang berubah dari poster asli Menculik Miyabi. Warna dasar poster tetap sama berwarna biru. Para pemeran film yang berada di samping Miyabi juga tidak ada yang diutak-atik. [beritajatim.com/bar]
Kisah Dua Menteri Keuangan
ADA sedikit kesamaan antara Sri Mulyani dan Ngozi Okonjo Iweala, Direktur Pelaksana Bank Dunia periode 2007. Keduanya sama-sama wanita dan pernah menjabat Menteri Keuangan. Okonjo Iweala adalah mantan Menteri Keuangan Nigeria. Bedanya, alumnus Universitas Harvard ini pernah menjadi Menteri Luar Negeri Nigeria.
Okonjo Iweala dikenal sebagai tokoh perempuan antikorupsi dan berhasil menghapus utang Nigeria melalui Paris Club US$ 16 miliar. Sebagai seorang mantan anggota staf Perserikatan Bangsa-Bangsa, dia diprotes oleh para seterunya gara-gara masalah gaji. Sebelumnya, PBB menggajinya US$ 250 ribu (sekitar Rp 2,5 miliar) per tahun. Lantaran ada tekanan dalam negeri, dia harus rela menerima gaji US$ 6.000 (sekitar Rp 60 juta) per tahun, seperti gaji menteri di Nigeria.
Tak mudah bagi Okonjo Iweala memerangi korupsi di Nigeria. Banyak koruptor khawatir pada gerakan bersih-bersih ini. Belakangan Bank Dunia mendapuknya menjadi Direktur Pelaksana pada 2007.
Di Indonesia, Sri Mulyani dianggap Menteri Keuangan andal dan lurus memerangi korupsi. Wanita kelahiran Lampung 47 tahun silam ini memelopori reformasi birokrasi di Kementerian Keuangan. Dia berusaha membersihkan Direktorat Jenderal Pajak serta Bea dan Cukai, dua lembaga yang kerap disebut sarang penyamun. Sudah ratusan orang pegawai pajak dan bea-cukai dipecatnya lantaran korupsi.
Prestasi Sri Mulyani juga diakui dunia. Bekas orang penting di Dana Moneter Internasional ini juga terpilih sebagai Menteri Keuangan terbaik di Asia versi majalah Euromoney dan Emerging Markets. Majalah Forbes memasukkan Sri ke dalam 100 wanita berpengaruh di dunia.
Sayang, dia tersandung kasus bailout Bank Century. Dewan Perwakilan Rakyat menilainya bersalah lantaran menyelamatkan bank milik Robert Tantular itu. Kasus ini membuat Sri Mulyani dua kali dimintai keterangan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.
Benarkah pengangkatannya sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia untuk menyelamatkan tokoh yang dikenal punya integritas tinggi ini? Juru bicara Bank Dunia di Jakarta, Randy Salim, hanya mengangkat bahu ketika dimintai konfirmasi. "Mungkin kebijakan dewan direksi Bank Dunia begitu," ujarnya pekan lalu.
08/05/2010 - 12:31
Sstt... Lagu 'Bu Sri Minggat' Jadi Top Hits
Sri Mulyani
(inilah.com)
INILAH.COM, Jombang – Bukan pengamen jalanan jika tidak kreatif mengutak-atik lagu. Dengan sedikit mengubah syair lagu Sri Minggat milik Sony Joss, para pengamen bus kota di Jombang pun menyindir rencana kepergian Menteri Keuangan Sri Mulyani untuk menghamba kepada Bank Dunia.
Hebatnya, lagu 'Bu Sri Minggat' tersebut menjadi top hits di bus antar kota sejak tiga hari terakhir ini.
"Ndang minggato Sri, ndang minggatoooo.., ndang minggato dadi buruh nang Bank Dunia. Ndang minggato Sri, ndang minggatoooo, ndang minggato nggowo mlayu duwik Century. (Cepat pergi Sri, cepat pergi, cepat pergi jadi buruh di Bank Dunia, cepat pergi Sri, cepat pergi bawa lari uang century)", demikian lagu sindiran yang menjadi top hits di bus antar kota di Jombang.
Mashudi, salah satu pengamen di terminal Kepuh sari Jombang mengatakan, lagu sindiran itu didendangkan oleh para pengamen sejak tiga hari terakhir ini. "Ya sebagai spontanitas saja atas gonjang-ganjing Sri Mulyani. Apalagi masalah ini sedang ramai jadi perdebatan," kata Mashudi usai turun dari bus kota, Sabtu (8/5).
Pengamen berambut gondrong ini menambahkan, lagu sindiran ala terminal itu ia aransir secara keroyokan saat senggang. Hal itu sebagai bentuk kritik dari kaum jalanan untuk bangsa ini. Ia mencontohkan, jika mahasiswa menyampaikan kritik dengan demonstrasi, wartawan dengan cara menulis di media massa, anggota dewan dengan cara bentuk pansus.
"Kalau kami dengan cara bernyanyi. Inilah cara kami mengkritik negara," tambahnya sembari tertawa.
Walhasil, lagu made in terminal itu mendapat respon cukup bagus dari penumpang. Kata Mashudi, sering sekali senyum penumpang langsung mengembang ketika mendengar lagu bu Sri tersebut.
"Jika penumpang merasa terhibur maka recehan yang mampir di kantung kami juga lumayan," pungkas Mashudi sembari menenteng gitar usangnya.
Bukan kali ini saja Sri Mulyani diejek. Di dunia maya beredar sebuah poster film Menculik Miyabi yang diplesetin.
Di poster asli, ada aktris porno asal Jepang Maria 'Miyabi' Ozawa. Mengenakan pakaian sack dress dengan bagian dada terbuka, Miyabi berpose lumayan menantang.
Tetapi kalau di poster Menculik Miyabi yang sudah direkayasa, gambar bagian kepala Miyabi sudah diganti dengan wajah Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Ada yang berbeda dengan Sri Mulyani di poster yang sudah di-photoshop tersebut. Eks Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan itu berambut panjang sebahu.
Selain muka Miyabi diubah dengan wajah Sri Mulyani, tulisan Menculik Miyabi diganti dengan Menculik Mulyani. Kata "Mulyani" ditulis dengan model kata yang agak kaku.
Selain itu, tidak ada lagi yang berubah dari poster asli Menculik Miyabi. Warna dasar poster tetap sama berwarna biru. Para pemeran film yang berada di samping Miyabi juga tidak ada yang diutak-atik. [beritajatim.com/bar]
Kamis, 06 Mei 2010
streotipe : tempat kegiatan keagamaan dan asal muasal penangkapan
Apa Itu Anshoru Tauhid?
JUM'AT, 07 MEI 2010 | 14:33 WIB
Zainuri Lubis. TEMPO/ Santirta M
TEMPO Interaktif, Jakarta - Kamis kemarin, anggota Densus 88 Mabes Polri menciduk 12 orang yang diduga teroris dari tiga lokasi berbeda. "Tujuh orang ditangkap di Pasar Minggu, empat di Bekasi, dan satu di Menteng," kata Wakil Juru Bicara Mabes Polri, Brigadir Jenderal Zainuri Lubis, Jumat (7/5).
Tempo sempat mendatangi lokasi penangkapan yang ada di Pasar Minggu. Ketua RT 07/03, Kelurahan Pejaten Barat, Muchtar membenarkan adanya penangkapan tujuh orang yang beralamat di Jl. Warga No. 65, RT 07/03, Kelurahan Pejaten Barat.
Menurut Muchtar, rumah yang dikontrak teroris itu sering digunakan untuk pengajian jamaah Anshoru Tauhid. "Kadang-kadang Abu Bakar Ba'asyir (mantan pimpinan Majelis Mujahidin Indonesia) juga berkunjung ke tempat tersebut," katanya.
Baasyir datang? Tak usah heran. Sebab, jamaah Anshoru Tauhid (JAT) itu merupakan organisasi yang dididirikan Baasyir selepas dirinya keluar dari Majelis Mujahidin Indonesia (MMI). JAT dideklarasikan pada September 2008 atau tepat 17 Ramadan 1429 H di Asrama Haji Bekasi. Di JAT ini Baasyir menjadi amir (pemimpin).
Menurut Baasyir, organisasi JAT ini bertujuan untuk mendapat pertolongan Allah. Kata dia, pertolongan itu akan datang jika memenuhi dua syarat yakni niatnya ikhlas dan caranya benar. Cara yang benar itu meliputi tujuannya benar demi tegaknya khilafah, sistem perjuangannya benar yaitu dakwah dan jihad, serta sistem jamaah organisasinya benar yaitu Jamaah wal Imamah.
ADE (pdat) | FAJAR
Satu Terduga Teroris Pasar Minggu Ustad Ngruki
JUM'AT, 07 MEI 2010 | 19:22 WIB
Latihan gabungan antara TNI dan Polri yang tergabung dalam Pangdam III Siliwangi dan Polda Jabar, di Sentul International Convention Center, Sentul, Bogor (20/3). latihan ditujukan menyamakan persepsi antara TNI dan Polri dalam mengantisipasi kejahatan terorisme. Tempo/Seto Wardhana
TEMPO Interaktif, Jakarta - Satu dari lima terduga teroris yang diciduk di Gang Warga Pejaten, Jakarta Selatan, merupakan pengajar di Pesantren Al Mu'min Ngruki Sukoharjo Jawa Tengah. "Mahali ditugaskan Ngruki untuk belajar di LIPIA," ujar seorang alumnus Ngruki yang menolak disebut namanya, Jumat (7/5).
LIPIA adalah akademi Bahasa Arab yang berlokasi di Pejaten, tepat di depan Kantor Republika. "Mungkin karena lokasinya dekat (dengan Markas Jema'ah Anshoru Tauhid Jakarta) dia menginap di sana," ujar alumnus jebolan tahun 1992 itu.
Dia mengira kakak kelasnya itu tidak tahu-menahu tentang terorisme. "Cuma kebetulan menumpang di sana," katanya.
Densus 88 Polri, Kamis kemarin menciduk tujuh orang yang diduga teroris di Jl. Warga No. 65, RT 07/03, Kelurahan Pejaten Barat. Rumah itu juga sering dijadikan tempat singgah Abu Bakar Baasyir.
Siang tadi, Amir JAT Abu Bakar Ba'asyir mengatakan Mahali merupakan warga Ciamis yang sedang menyelesaikan kuliah di Jakarta. Ba'asyir, bersama almarhum Abdullah Sungkar mendirikan Pesantren Ngruki pada 1972.
REZA M
Gemar Berlatih Perang dan Sembunyikan Data Diri
SABTU, 08 MEI 2010 | 08:05 WIB
Besar Kecil Normal
Rumah yang diduga markas teroris di Jalan Warga, Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta, Jumat (7/5). Densus 88 antiteror Polri menggerebek 'markas' yang diduga kelompok teroris yang ternyata juga merupakan markas dari Jamaah Ansharut Tauhid (JAT). TEMPO/Tony Hartawan
TEMPO Interaktif, Jakarta - Terpaksa Rina Maulani libur berjualan kopi kemarin. Penggerebekan itu membuatnya ketar-ketir. "Saya takut kejadian ini seperti di Pamulang," kata Rina, 28 tahun, ibu satu anak itu, kepada Tempo di rumahnya kemarin siang. Ia tak mau melihat polisi menembak tersangka teroris seperti yang terjadi di Pamulang, Tangerang Selatan, Maret silam.
Rumahnya dekat dengan rumah kontrakan yang pada Kamis sore lalu digerebek petugas Detasemen Khusus 88 Antiteror Markas Besar Kepolisian. Rumah berlantai dua dengan 10 kamar itu beralamat di Jalan Warga, RT 07 RW 03, Nomor 65, Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Ia tak mengira salah satu dari tujuh orang yang dicokok di sana kerap memesan kopi untuk suguhan pengajian Jama'ah Ansharut Tauhid (JAT) setiap Ahad pukul 07.00-12.00 WIB. "Namanya Ardiansyah. Tak begitu tinggi, kulit putih, rambutnya ikal, dan berjanggut." Menurut dia, semula penghuni rumah kontrakan itu tiga orang pria, termasuk Ardi, berusia 30-40 tahun.
Ardi adalah penyewa rumah dan juru bicara JAT. Rumah disewa sejak Oktober 2008. Sejak 2009, kelompok Ardi membagikan daging kurban ketika Idul Adha. Aktivis JAT sering menunaikan salat zuhur bersama di Masjid Jami' Daarun-Na'im, tak jauh dari rumah kontrakan. "Mereka selalu salat setelah warga selesai," ucap Rina. Ia pun sering melihat Abubakar Ba'asyir, pemimpin Pondok Pesantren Al-Mukmin, Ngruki, Solo, ketika pengajian rutin digelar.
Ba'asyir adalah amir sekaligus pendiri JAT. "Tempat tinggal itu resmi Markas Wilayah JAT Jakarta," ujarnya kemarin. Ia mendirikan JAT setelah meninggalkan Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) pada awal Agustus 2008 gara-gara MMI mengadopsi sistem demokrasi. Kini MMI dipimpin oleh ketua umum, bukan amir.
Suami Rina, Daril Saputra, punya cerita seru. Ketika lagi hangat pemberitaan tentang konflik di Jalur Gaza, Palestina, aktivis JAT berlatih ala militer di halaman depan rumah. "Pakai baju hitam-hitam dengan tongkat seperti memegang senjata." Menurut Pak Ketua RT Moechtar Saleh, latihan kerap dilakukan malam hari. JAT juga mendirikan lembaga pendidikan Dakwah Mus'ab Bin Umair pada Juni 2009, tapi tak satu pun warga setempat mendaftar.
Sampai tempat itu digerebek polisi sekitar pukul 17.30 sampai 20.00 dua hari yang lalu, Moechtar tak tahu persis berapa orang yang menghuni rumah. Data identitas penyewa tak pernah diserahkan kepadanya. "Dari sini, kecurigaan muncul," tuturnya.
APRIARTO MUKTIADI
Baasyir Kunjungi Rumah Pejaten Tiga Hari Lalu Sebelum Digerebek
JUM'AT, 07 MEI 2010 | 16:32 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta - Pemimpin Tertinggi Jema'ah Anshoru Tauhid Abu Bakar Baasyir terakhir mengunjungi rumah di Jalan Warga 65 RT 7 RW 3 Kelurahan Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin, 3 Mei lalu. "Pekan pertama tiap bulan, Ustad Baasyir selalu ke sana," ujar Katibul Aam atau Sekretaris Umum JAT Abdurrahman kepada Tempo, Jumat (7/5).
Kamis sore kemarin anggota Densus 88 Mabes Polri menciduk tujuh orang yang diduga anggota teroris di Jalan Warga 65 RT 7 RW 3, Kelurahan Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Pada hari yang sama Densus juga menciduk teroris lain yang ada di Bekasi dan Menteng.
Menurutnya, agenda Baasyir di Hari Minggu pertama saban bulan adalah berceramah di Banten, Jakarta dan Bekasi. Di Banten, ujar Abdurrahman, Ba'asyir memberikan pengarahan kepada anggota Anshorut Tauhid di kediaman Kiai Haji Fathul Azim di dekat Masjid Agung Banten Lama. "Setiap Minggu (pekan pertama) pagi pukul 07.00 08.00, Ustad berceramah di Masjid Munawarroh, Tanah Abang," katanya.
Agenda hari itu dilanjutkan dengan ceramah agama di Masjid Muhammad Romadhon di dekat Perumahan Galaxy, Bekasi. Di sini ceramah biasa digelar mulai pukul 9.30. Terakhir, Baasyir berceramah di Tanah Abang dan Bekasi Ahad, 2 Mei lalu. Dia singgah di Jakarta mulai 1 sampai 3 Mei, sebelum berangkat ke Makasar, Sulawesi Selatan, pada 4 Mei.
Diantara kunjungannya ke Banten, Jakarta dan Bekasi, Abdurrahman melanjutkan, Baasyir, 72 tahun, selalu bermalam di Markas JAT Wilayah Jakarta di Pejaten. "Bahkan ada satu ruang khusus untuk tempat istirahat beliau," katanya.
Abdurrahman memastikan tema ceramah sang ustad tidak berkaitan dengan terorisme. "Biasanya tentang Syariah Islam," katanya, "hal yang diperjuangkan beliau sejak masih bujangan."
Abu Bakar Baasyir bin Abu Bakar Abud lahir di Jombang Jawa Timur 17 Agustus 1938. Bersama Abdullah Sungkar, dia mendirikan Pesantren Al Mu'min di Ngruki, Sukoharjo, Jawa Tengah. Mereka dikenal sebagai musuh Orde Baru karena menolak memasang foto presiden dan Pancasila di ruang-ruang pesantren.
Ba'asyir memimpin Jemaah Islamiyah setelah Abdullah Sungkar wafat pada 1999. Setahun kemudian dia memimpin Majelis Mujahidin Indonesia. Dia sempat tersangkut kasus Bom Bali 2002. Namun tuduhan tidak terbukti, dan Ba'asyir hanya dikenai pelanggaran imigrasi yang menyebabkan dia dikurung sejak 2005 sampai 2006.
Pada 2008, Baasyir mundur dari MMI karena menolak musyawarah dengan pengurus harian organisasi itu. Menurutnya, keputusan Amir atau pemimpin tertinggi bersifat mutlak. September 2008, dia membentuk Jema'ah Anshorut Tauhid. Rumah di Pejaten yang digerebek polisi kemarin diakuinya sebagai Markas JAT Wilayah Jakarta.
REZA M
JAKARTA, May 7, 2010 (AFP)
Indonesian police said Friday they had arrested 12 terrorist suspects linked to a training camp discovered in Aceh province in February.
National police spokesman Edward Aritonang said the men had been rounded up without a fight in and around Jakarta on Thursday.
"Some of them were part of the supporting team for terror drills in Aceh. The team that recruits people and arranges their trips," he said.
He indicated that the suspects could be linked to regional terror network Jemaah Islamiyah but refused to comment on local media reports that they were followers of radical cleric Abu Bakar Bashir.
Bashir spent time in jail for being the spiritual leader of the movement but was subsequently acquitted and released.
Jumat, 07/05/2010 12:04 WIB
7 Orang Diduga Teroris Ditangkap
Warga Sudah Curiga, Ketua RT Lapor Polisi Awal Tahun 2010
Hery Winarno - detikNews
Jakarta - Warga yang tinggal di RT 7/RW 3 Pejaten Barat mengaku sudah curiga, orang-orang di kontrakan yang digerebek polisi adalah teroris. Ketua RT setempat pun telah melapor sejak awal 2010.
"Orang-orang di sini sudah pada curiga karena mereka suka latihan pencak silat dan lempar pisau. Mereka lapor ke saya, dan saya sudah laporkan ini ke yang berwajib," kata Ketua RT 7 Mochtar Saleh di lokasi, Jumat (7/5/2010).
Sejak melapor, Mochtar juga mengaku sering berkoordinasi dengan polisi dan Kodim. Bahkan, intel Kodim sering datang ke sekitar lokasi kontrakan.
"Intel Kodim itu sering ke sini sejak awal tahun ini sebelum kejadian di Pamulang," katanya.
Kamis 6 Mei kemarin, polisi menggerebek 7 orang yang diduga teroris. Para pelaku yang ditangkap ini telah mengontrak di rumah itu selama 1 tahun. Mereka telah diintai selama 3 bulan, hingga kemudian akhirnya disergap.
Para pelaku yang ditangkap ini diduga terkait dengan jaringan Dulmatin yang ditembak mati Densus 88 beberapa waktu lalu di Pamulang, Tangerang.
(ken/fay)
Kamis, 06/05/2010 23:08 WIB
Polisi Tangkap 7 Pria yang Diduga Teroris di Pasar Minggu
E Mei Amelia R - detikNews
Jakarta - Polisi menangkap sejumlah pria yang diduga teroris. Mereka ditangkap di sebuah pemukiman padat penduduk di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
"7 Orang diamankan oleh Densus 88 Mabes Polri," kata Kasat Reskrim Polres Jakarta Selatan, Kompol Nurdin saat dihubungi detikcom, Kamis (6/5/2010).
Nurdin enggan menjelaskan lebih lanjut. Hanya saja dia menyebutkan penangkapan dilakukan pada sore tadi di kawasan Pejaten Barat.
"Belum diketahui jaringan mana. Silakan tanyakan ke Mabes Polri," tutupnya.
Informasi yang dikumpulkan detikcom di lingkungan kepolisian. Para pelaku yang ditangkap ini telah mengontrak di rumah itu selama 1 tahun. Mereka telah diintai selama 3 bulan, hingga kemudian akhirnya disergap.
Para pelaku yang ditangkap ini diduga terkait dengan jaringan Dulmatin yang ditembak mati Densus 88 beberapa waktu lalu di Pamulang, Tangerang.
(ndr/rdf)
“Tersangka Teroris” Dipantau Sejak Dua Hari Lalu
KAMIS, 06 MEI 2010 | 23:17 WIB
Besar Kecil Normal
TEMPO Interaktif, Jakarta - Rencana penangkapan sejumlah penghuni di Jl. Warga kiranya telah dipersiapkan sejak lama. Sejumlah warga tidak dikenal diketahui menyebar di sejumlah lokasi guna memantau keadaan.
“Sejak dua hari lalu ada pria datang ke sini. Kayaknya intel dari Mabes,” ujar Fauzi, Ketua RT 03/03, Kelurahan Pejaten Barat, Kecamatan Pasar Minggu ketika ditemui Tempo.
Penangkapan terjadi sore tadi sekitar pukul 17.30 WIB terhadap sejumlah penghuni yang tinggal di Jl. Warga No. 65, RT 07/03, Kelurahan Pejaten Barat.
Fauzi menjelaskan, rumah yang dimaksud merupakan hunian yang kerap ditempati oleh sejumlah jemaah pengajian. “Abu Bakar Ba'asyir juga sering kesana,” katanya.
Para penghuni biasanya menggelar pengajian bersama di dalam rumah. Jika masuk waktu sholat, mereka pergi ke Mesjid Daarun Na'im yang berada sekitar 10 meter dari rumah tersebut.
Dua hari lalu, kata Fauzi, pria tersebut datang menjelang Magrib dan pulang sekitar pukul 23.00 WIB. Fauzi yang sempat bertemu dengan pria tersebut bahkan sempat menggali keterangan.
“Tapi dia tidak mau menjelaskan namanya. Dia bilang sedang menunggu seorang teman. Ia bahkan sempat menawar burung tetangga saya seharga Rp 500 ribu,” kata Fauzi.
Pria tersebut kembali datang keesokan harinya. “Waktu kedatangannya hampir sama seperti hari sebelumnya. Tapi kemarin dia hanya menggunakan sendal jepit,” jelas Fauzi. “Kayaknya dia intel dari Mabes Polri. Soalnya setiap ada orang yang lewat selalu dia perhatikan. Bahkan sesekali mencatat nomor mobil yang melintas,” ujar Fauzi.
RIKY FERDIANTO
JUM'AT, 07 MEI 2010 | 14:33 WIB
Zainuri Lubis. TEMPO/ Santirta M
TEMPO Interaktif, Jakarta - Kamis kemarin, anggota Densus 88 Mabes Polri menciduk 12 orang yang diduga teroris dari tiga lokasi berbeda. "Tujuh orang ditangkap di Pasar Minggu, empat di Bekasi, dan satu di Menteng," kata Wakil Juru Bicara Mabes Polri, Brigadir Jenderal Zainuri Lubis, Jumat (7/5).
Tempo sempat mendatangi lokasi penangkapan yang ada di Pasar Minggu. Ketua RT 07/03, Kelurahan Pejaten Barat, Muchtar membenarkan adanya penangkapan tujuh orang yang beralamat di Jl. Warga No. 65, RT 07/03, Kelurahan Pejaten Barat.
Menurut Muchtar, rumah yang dikontrak teroris itu sering digunakan untuk pengajian jamaah Anshoru Tauhid. "Kadang-kadang Abu Bakar Ba'asyir (mantan pimpinan Majelis Mujahidin Indonesia) juga berkunjung ke tempat tersebut," katanya.
Baasyir datang? Tak usah heran. Sebab, jamaah Anshoru Tauhid (JAT) itu merupakan organisasi yang dididirikan Baasyir selepas dirinya keluar dari Majelis Mujahidin Indonesia (MMI). JAT dideklarasikan pada September 2008 atau tepat 17 Ramadan 1429 H di Asrama Haji Bekasi. Di JAT ini Baasyir menjadi amir (pemimpin).
Menurut Baasyir, organisasi JAT ini bertujuan untuk mendapat pertolongan Allah. Kata dia, pertolongan itu akan datang jika memenuhi dua syarat yakni niatnya ikhlas dan caranya benar. Cara yang benar itu meliputi tujuannya benar demi tegaknya khilafah, sistem perjuangannya benar yaitu dakwah dan jihad, serta sistem jamaah organisasinya benar yaitu Jamaah wal Imamah.
ADE (pdat) | FAJAR
Satu Terduga Teroris Pasar Minggu Ustad Ngruki
JUM'AT, 07 MEI 2010 | 19:22 WIB
Latihan gabungan antara TNI dan Polri yang tergabung dalam Pangdam III Siliwangi dan Polda Jabar, di Sentul International Convention Center, Sentul, Bogor (20/3). latihan ditujukan menyamakan persepsi antara TNI dan Polri dalam mengantisipasi kejahatan terorisme. Tempo/Seto Wardhana
TEMPO Interaktif, Jakarta - Satu dari lima terduga teroris yang diciduk di Gang Warga Pejaten, Jakarta Selatan, merupakan pengajar di Pesantren Al Mu'min Ngruki Sukoharjo Jawa Tengah. "Mahali ditugaskan Ngruki untuk belajar di LIPIA," ujar seorang alumnus Ngruki yang menolak disebut namanya, Jumat (7/5).
LIPIA adalah akademi Bahasa Arab yang berlokasi di Pejaten, tepat di depan Kantor Republika. "Mungkin karena lokasinya dekat (dengan Markas Jema'ah Anshoru Tauhid Jakarta) dia menginap di sana," ujar alumnus jebolan tahun 1992 itu.
Dia mengira kakak kelasnya itu tidak tahu-menahu tentang terorisme. "Cuma kebetulan menumpang di sana," katanya.
Densus 88 Polri, Kamis kemarin menciduk tujuh orang yang diduga teroris di Jl. Warga No. 65, RT 07/03, Kelurahan Pejaten Barat. Rumah itu juga sering dijadikan tempat singgah Abu Bakar Baasyir.
Siang tadi, Amir JAT Abu Bakar Ba'asyir mengatakan Mahali merupakan warga Ciamis yang sedang menyelesaikan kuliah di Jakarta. Ba'asyir, bersama almarhum Abdullah Sungkar mendirikan Pesantren Ngruki pada 1972.
REZA M
Gemar Berlatih Perang dan Sembunyikan Data Diri
SABTU, 08 MEI 2010 | 08:05 WIB
Besar Kecil Normal
Rumah yang diduga markas teroris di Jalan Warga, Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta, Jumat (7/5). Densus 88 antiteror Polri menggerebek 'markas' yang diduga kelompok teroris yang ternyata juga merupakan markas dari Jamaah Ansharut Tauhid (JAT). TEMPO/Tony Hartawan
TEMPO Interaktif, Jakarta - Terpaksa Rina Maulani libur berjualan kopi kemarin. Penggerebekan itu membuatnya ketar-ketir. "Saya takut kejadian ini seperti di Pamulang," kata Rina, 28 tahun, ibu satu anak itu, kepada Tempo di rumahnya kemarin siang. Ia tak mau melihat polisi menembak tersangka teroris seperti yang terjadi di Pamulang, Tangerang Selatan, Maret silam.
Rumahnya dekat dengan rumah kontrakan yang pada Kamis sore lalu digerebek petugas Detasemen Khusus 88 Antiteror Markas Besar Kepolisian. Rumah berlantai dua dengan 10 kamar itu beralamat di Jalan Warga, RT 07 RW 03, Nomor 65, Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Ia tak mengira salah satu dari tujuh orang yang dicokok di sana kerap memesan kopi untuk suguhan pengajian Jama'ah Ansharut Tauhid (JAT) setiap Ahad pukul 07.00-12.00 WIB. "Namanya Ardiansyah. Tak begitu tinggi, kulit putih, rambutnya ikal, dan berjanggut." Menurut dia, semula penghuni rumah kontrakan itu tiga orang pria, termasuk Ardi, berusia 30-40 tahun.
Ardi adalah penyewa rumah dan juru bicara JAT. Rumah disewa sejak Oktober 2008. Sejak 2009, kelompok Ardi membagikan daging kurban ketika Idul Adha. Aktivis JAT sering menunaikan salat zuhur bersama di Masjid Jami' Daarun-Na'im, tak jauh dari rumah kontrakan. "Mereka selalu salat setelah warga selesai," ucap Rina. Ia pun sering melihat Abubakar Ba'asyir, pemimpin Pondok Pesantren Al-Mukmin, Ngruki, Solo, ketika pengajian rutin digelar.
Ba'asyir adalah amir sekaligus pendiri JAT. "Tempat tinggal itu resmi Markas Wilayah JAT Jakarta," ujarnya kemarin. Ia mendirikan JAT setelah meninggalkan Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) pada awal Agustus 2008 gara-gara MMI mengadopsi sistem demokrasi. Kini MMI dipimpin oleh ketua umum, bukan amir.
Suami Rina, Daril Saputra, punya cerita seru. Ketika lagi hangat pemberitaan tentang konflik di Jalur Gaza, Palestina, aktivis JAT berlatih ala militer di halaman depan rumah. "Pakai baju hitam-hitam dengan tongkat seperti memegang senjata." Menurut Pak Ketua RT Moechtar Saleh, latihan kerap dilakukan malam hari. JAT juga mendirikan lembaga pendidikan Dakwah Mus'ab Bin Umair pada Juni 2009, tapi tak satu pun warga setempat mendaftar.
Sampai tempat itu digerebek polisi sekitar pukul 17.30 sampai 20.00 dua hari yang lalu, Moechtar tak tahu persis berapa orang yang menghuni rumah. Data identitas penyewa tak pernah diserahkan kepadanya. "Dari sini, kecurigaan muncul," tuturnya.
APRIARTO MUKTIADI
Baasyir Kunjungi Rumah Pejaten Tiga Hari Lalu Sebelum Digerebek
JUM'AT, 07 MEI 2010 | 16:32 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta - Pemimpin Tertinggi Jema'ah Anshoru Tauhid Abu Bakar Baasyir terakhir mengunjungi rumah di Jalan Warga 65 RT 7 RW 3 Kelurahan Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin, 3 Mei lalu. "Pekan pertama tiap bulan, Ustad Baasyir selalu ke sana," ujar Katibul Aam atau Sekretaris Umum JAT Abdurrahman kepada Tempo, Jumat (7/5).
Kamis sore kemarin anggota Densus 88 Mabes Polri menciduk tujuh orang yang diduga anggota teroris di Jalan Warga 65 RT 7 RW 3, Kelurahan Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Pada hari yang sama Densus juga menciduk teroris lain yang ada di Bekasi dan Menteng.
Menurutnya, agenda Baasyir di Hari Minggu pertama saban bulan adalah berceramah di Banten, Jakarta dan Bekasi. Di Banten, ujar Abdurrahman, Ba'asyir memberikan pengarahan kepada anggota Anshorut Tauhid di kediaman Kiai Haji Fathul Azim di dekat Masjid Agung Banten Lama. "Setiap Minggu (pekan pertama) pagi pukul 07.00 08.00, Ustad berceramah di Masjid Munawarroh, Tanah Abang," katanya.
Agenda hari itu dilanjutkan dengan ceramah agama di Masjid Muhammad Romadhon di dekat Perumahan Galaxy, Bekasi. Di sini ceramah biasa digelar mulai pukul 9.30. Terakhir, Baasyir berceramah di Tanah Abang dan Bekasi Ahad, 2 Mei lalu. Dia singgah di Jakarta mulai 1 sampai 3 Mei, sebelum berangkat ke Makasar, Sulawesi Selatan, pada 4 Mei.
Diantara kunjungannya ke Banten, Jakarta dan Bekasi, Abdurrahman melanjutkan, Baasyir, 72 tahun, selalu bermalam di Markas JAT Wilayah Jakarta di Pejaten. "Bahkan ada satu ruang khusus untuk tempat istirahat beliau," katanya.
Abdurrahman memastikan tema ceramah sang ustad tidak berkaitan dengan terorisme. "Biasanya tentang Syariah Islam," katanya, "hal yang diperjuangkan beliau sejak masih bujangan."
Abu Bakar Baasyir bin Abu Bakar Abud lahir di Jombang Jawa Timur 17 Agustus 1938. Bersama Abdullah Sungkar, dia mendirikan Pesantren Al Mu'min di Ngruki, Sukoharjo, Jawa Tengah. Mereka dikenal sebagai musuh Orde Baru karena menolak memasang foto presiden dan Pancasila di ruang-ruang pesantren.
Ba'asyir memimpin Jemaah Islamiyah setelah Abdullah Sungkar wafat pada 1999. Setahun kemudian dia memimpin Majelis Mujahidin Indonesia. Dia sempat tersangkut kasus Bom Bali 2002. Namun tuduhan tidak terbukti, dan Ba'asyir hanya dikenai pelanggaran imigrasi yang menyebabkan dia dikurung sejak 2005 sampai 2006.
Pada 2008, Baasyir mundur dari MMI karena menolak musyawarah dengan pengurus harian organisasi itu. Menurutnya, keputusan Amir atau pemimpin tertinggi bersifat mutlak. September 2008, dia membentuk Jema'ah Anshorut Tauhid. Rumah di Pejaten yang digerebek polisi kemarin diakuinya sebagai Markas JAT Wilayah Jakarta.
REZA M
JAKARTA, May 7, 2010 (AFP)
Indonesian police said Friday they had arrested 12 terrorist suspects linked to a training camp discovered in Aceh province in February.
National police spokesman Edward Aritonang said the men had been rounded up without a fight in and around Jakarta on Thursday.
"Some of them were part of the supporting team for terror drills in Aceh. The team that recruits people and arranges their trips," he said.
He indicated that the suspects could be linked to regional terror network Jemaah Islamiyah but refused to comment on local media reports that they were followers of radical cleric Abu Bakar Bashir.
Bashir spent time in jail for being the spiritual leader of the movement but was subsequently acquitted and released.
Jumat, 07/05/2010 12:04 WIB
7 Orang Diduga Teroris Ditangkap
Warga Sudah Curiga, Ketua RT Lapor Polisi Awal Tahun 2010
Hery Winarno - detikNews
Jakarta - Warga yang tinggal di RT 7/RW 3 Pejaten Barat mengaku sudah curiga, orang-orang di kontrakan yang digerebek polisi adalah teroris. Ketua RT setempat pun telah melapor sejak awal 2010.
"Orang-orang di sini sudah pada curiga karena mereka suka latihan pencak silat dan lempar pisau. Mereka lapor ke saya, dan saya sudah laporkan ini ke yang berwajib," kata Ketua RT 7 Mochtar Saleh di lokasi, Jumat (7/5/2010).
Sejak melapor, Mochtar juga mengaku sering berkoordinasi dengan polisi dan Kodim. Bahkan, intel Kodim sering datang ke sekitar lokasi kontrakan.
"Intel Kodim itu sering ke sini sejak awal tahun ini sebelum kejadian di Pamulang," katanya.
Kamis 6 Mei kemarin, polisi menggerebek 7 orang yang diduga teroris. Para pelaku yang ditangkap ini telah mengontrak di rumah itu selama 1 tahun. Mereka telah diintai selama 3 bulan, hingga kemudian akhirnya disergap.
Para pelaku yang ditangkap ini diduga terkait dengan jaringan Dulmatin yang ditembak mati Densus 88 beberapa waktu lalu di Pamulang, Tangerang.
(ken/fay)
Kamis, 06/05/2010 23:08 WIB
Polisi Tangkap 7 Pria yang Diduga Teroris di Pasar Minggu
E Mei Amelia R - detikNews
Jakarta - Polisi menangkap sejumlah pria yang diduga teroris. Mereka ditangkap di sebuah pemukiman padat penduduk di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
"7 Orang diamankan oleh Densus 88 Mabes Polri," kata Kasat Reskrim Polres Jakarta Selatan, Kompol Nurdin saat dihubungi detikcom, Kamis (6/5/2010).
Nurdin enggan menjelaskan lebih lanjut. Hanya saja dia menyebutkan penangkapan dilakukan pada sore tadi di kawasan Pejaten Barat.
"Belum diketahui jaringan mana. Silakan tanyakan ke Mabes Polri," tutupnya.
Informasi yang dikumpulkan detikcom di lingkungan kepolisian. Para pelaku yang ditangkap ini telah mengontrak di rumah itu selama 1 tahun. Mereka telah diintai selama 3 bulan, hingga kemudian akhirnya disergap.
Para pelaku yang ditangkap ini diduga terkait dengan jaringan Dulmatin yang ditembak mati Densus 88 beberapa waktu lalu di Pamulang, Tangerang.
(ndr/rdf)
“Tersangka Teroris” Dipantau Sejak Dua Hari Lalu
KAMIS, 06 MEI 2010 | 23:17 WIB
Besar Kecil Normal
TEMPO Interaktif, Jakarta - Rencana penangkapan sejumlah penghuni di Jl. Warga kiranya telah dipersiapkan sejak lama. Sejumlah warga tidak dikenal diketahui menyebar di sejumlah lokasi guna memantau keadaan.
“Sejak dua hari lalu ada pria datang ke sini. Kayaknya intel dari Mabes,” ujar Fauzi, Ketua RT 03/03, Kelurahan Pejaten Barat, Kecamatan Pasar Minggu ketika ditemui Tempo.
Penangkapan terjadi sore tadi sekitar pukul 17.30 WIB terhadap sejumlah penghuni yang tinggal di Jl. Warga No. 65, RT 07/03, Kelurahan Pejaten Barat.
Fauzi menjelaskan, rumah yang dimaksud merupakan hunian yang kerap ditempati oleh sejumlah jemaah pengajian. “Abu Bakar Ba'asyir juga sering kesana,” katanya.
Para penghuni biasanya menggelar pengajian bersama di dalam rumah. Jika masuk waktu sholat, mereka pergi ke Mesjid Daarun Na'im yang berada sekitar 10 meter dari rumah tersebut.
Dua hari lalu, kata Fauzi, pria tersebut datang menjelang Magrib dan pulang sekitar pukul 23.00 WIB. Fauzi yang sempat bertemu dengan pria tersebut bahkan sempat menggali keterangan.
“Tapi dia tidak mau menjelaskan namanya. Dia bilang sedang menunggu seorang teman. Ia bahkan sempat menawar burung tetangga saya seharga Rp 500 ribu,” kata Fauzi.
Pria tersebut kembali datang keesokan harinya. “Waktu kedatangannya hampir sama seperti hari sebelumnya. Tapi kemarin dia hanya menggunakan sendal jepit,” jelas Fauzi. “Kayaknya dia intel dari Mabes Polri. Soalnya setiap ada orang yang lewat selalu dia perhatikan. Bahkan sesekali mencatat nomor mobil yang melintas,” ujar Fauzi.
RIKY FERDIANTO
Langganan:
Postingan (Atom)