Kamis, 06 Mei 2010

streotipe : tempat kegiatan keagamaan dan asal muasal penangkapan

Apa Itu Anshoru Tauhid?
JUM'AT, 07 MEI 2010 | 14:33 WIB

Zainuri Lubis. TEMPO/ Santirta M

TEMPO Interaktif, Jakarta - Kamis kemarin, anggota Densus 88 Mabes Polri menciduk 12 orang yang diduga teroris dari tiga lokasi berbeda. "Tujuh orang ditangkap di Pasar Minggu, empat di Bekasi, dan satu di Menteng," kata Wakil Juru Bicara Mabes Polri, Brigadir Jenderal Zainuri Lubis, Jumat (7/5).

Tempo sempat mendatangi lokasi penangkapan yang ada di Pasar Minggu. Ketua RT 07/03, Kelurahan Pejaten Barat, Muchtar membenarkan adanya penangkapan tujuh orang yang beralamat di Jl. Warga No. 65, RT 07/03, Kelurahan Pejaten Barat.

Menurut Muchtar, rumah yang dikontrak teroris itu sering digunakan untuk pengajian jamaah Anshoru Tauhid. "Kadang-kadang Abu Bakar Ba'asyir (mantan pimpinan Majelis Mujahidin Indonesia) juga berkunjung ke tempat tersebut," katanya.

Baasyir datang? Tak usah heran. Sebab, jamaah Anshoru Tauhid (JAT) itu merupakan organisasi yang dididirikan Baasyir selepas dirinya keluar dari Majelis Mujahidin Indonesia (MMI). JAT dideklarasikan pada September 2008 atau tepat 17 Ramadan 1429 H di Asrama Haji Bekasi. Di JAT ini Baasyir menjadi amir (pemimpin).

Menurut Baasyir, organisasi JAT ini bertujuan untuk mendapat pertolongan Allah. Kata dia, pertolongan itu akan datang jika memenuhi dua syarat yakni niatnya ikhlas dan caranya benar. Cara yang benar itu meliputi tujuannya benar demi tegaknya khilafah, sistem perjuangannya benar yaitu dakwah dan jihad, serta sistem jamaah organisasinya benar yaitu Jamaah wal Imamah.

ADE (pdat) | FAJAR
Satu Terduga Teroris Pasar Minggu Ustad Ngruki
JUM'AT, 07 MEI 2010 | 19:22 WIB

Latihan gabungan antara TNI dan Polri yang tergabung dalam Pangdam III Siliwangi dan Polda Jabar, di Sentul International Convention Center, Sentul, Bogor (20/3). latihan ditujukan menyamakan persepsi antara TNI dan Polri dalam mengantisipasi kejahatan terorisme. Tempo/Seto Wardhana

TEMPO Interaktif, Jakarta - Satu dari lima terduga teroris yang diciduk di Gang Warga Pejaten, Jakarta Selatan, merupakan pengajar di Pesantren Al Mu'min Ngruki Sukoharjo Jawa Tengah. "Mahali ditugaskan Ngruki untuk belajar di LIPIA," ujar seorang alumnus Ngruki yang menolak disebut namanya, Jumat (7/5).

LIPIA adalah akademi Bahasa Arab yang berlokasi di Pejaten, tepat di depan Kantor Republika. "Mungkin karena lokasinya dekat (dengan Markas Jema'ah Anshoru Tauhid Jakarta) dia menginap di sana," ujar alumnus jebolan tahun 1992 itu.

Dia mengira kakak kelasnya itu tidak tahu-menahu tentang terorisme. "Cuma kebetulan menumpang di sana," katanya.

Densus 88 Polri, Kamis kemarin menciduk tujuh orang yang diduga teroris di Jl. Warga No. 65, RT 07/03, Kelurahan Pejaten Barat. Rumah itu juga sering dijadikan tempat singgah Abu Bakar Baasyir.

Siang tadi, Amir JAT Abu Bakar Ba'asyir mengatakan Mahali merupakan warga Ciamis yang sedang menyelesaikan kuliah di Jakarta. Ba'asyir, bersama almarhum Abdullah Sungkar mendirikan Pesantren Ngruki pada 1972.

REZA M

Gemar Berlatih Perang dan Sembunyikan Data Diri
SABTU, 08 MEI 2010 | 08:05 WIB
Besar Kecil Normal
Rumah yang diduga markas teroris di Jalan Warga, Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta, Jumat (7/5). Densus 88 antiteror Polri menggerebek 'markas' yang diduga kelompok teroris yang ternyata juga merupakan markas dari Jamaah Ansharut Tauhid (JAT). TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO Interaktif, Jakarta - Terpaksa Rina Maulani libur berjualan kopi kemarin. Penggerebekan itu membuatnya ketar-ketir. "Saya takut kejadian ini seperti di Pamulang," kata Rina, 28 tahun, ibu satu anak itu, kepada Tempo di rumahnya kemarin siang. Ia tak mau melihat polisi menembak tersangka teroris seperti yang terjadi di Pamulang, Tangerang Selatan, Maret silam.

Rumahnya dekat dengan rumah kontrakan yang pada Kamis sore lalu digerebek petugas Detasemen Khusus 88 Antiteror Markas Besar Kepolisian. Rumah berlantai dua dengan 10 kamar itu beralamat di Jalan Warga, RT 07 RW 03, Nomor 65, Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Ia tak mengira salah satu dari tujuh orang yang dicokok di sana kerap memesan kopi untuk suguhan pengajian Jama'ah Ansharut Tauhid (JAT) setiap Ahad pukul 07.00-12.00 WIB. "Namanya Ardiansyah. Tak begitu tinggi, kulit putih, rambutnya ikal, dan berjanggut." Menurut dia, semula penghuni rumah kontrakan itu tiga orang pria, termasuk Ardi, berusia 30-40 tahun.

Ardi adalah penyewa rumah dan juru bicara JAT. Rumah disewa sejak Oktober 2008. Sejak 2009, kelompok Ardi membagikan daging kurban ketika Idul Adha. Aktivis JAT sering menunaikan salat zuhur bersama di Masjid Jami' Daarun-Na'im, tak jauh dari rumah kontrakan. "Mereka selalu salat setelah warga selesai," ucap Rina. Ia pun sering melihat Abubakar Ba'asyir, pemimpin Pondok Pesantren Al-Mukmin, Ngruki, Solo, ketika pengajian rutin digelar.

Ba'asyir adalah amir sekaligus pendiri JAT. "Tempat tinggal itu resmi Markas Wilayah JAT Jakarta," ujarnya kemarin. Ia mendirikan JAT setelah meninggalkan Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) pada awal Agustus 2008 gara-gara MMI mengadopsi sistem demokrasi. Kini MMI dipimpin oleh ketua umum, bukan amir.

Suami Rina, Daril Saputra, punya cerita seru. Ketika lagi hangat pemberitaan tentang konflik di Jalur Gaza, Palestina, aktivis JAT berlatih ala militer di halaman depan rumah. "Pakai baju hitam-hitam dengan tongkat seperti memegang senjata." Menurut Pak Ketua RT Moechtar Saleh, latihan kerap dilakukan malam hari. JAT juga mendirikan lembaga pendidikan Dakwah Mus'ab Bin Umair pada Juni 2009, tapi tak satu pun warga setempat mendaftar.

Sampai tempat itu digerebek polisi sekitar pukul 17.30 sampai 20.00 dua hari yang lalu, Moechtar tak tahu persis berapa orang yang menghuni rumah. Data identitas penyewa tak pernah diserahkan kepadanya. "Dari sini, kecurigaan muncul," tuturnya.

APRIARTO MUKTIADI
Baasyir Kunjungi Rumah Pejaten Tiga Hari Lalu Sebelum Digerebek
JUM'AT, 07 MEI 2010 | 16:32 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Pemimpin Tertinggi Jema'ah Anshoru Tauhid Abu Bakar Baasyir terakhir mengunjungi rumah di Jalan Warga 65 RT 7 RW 3 Kelurahan Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin, 3 Mei lalu. "Pekan pertama tiap bulan, Ustad Baasyir selalu ke sana," ujar Katibul Aam atau Sekretaris Umum JAT Abdurrahman kepada Tempo, Jumat (7/5).

Kamis sore kemarin anggota Densus 88 Mabes Polri menciduk tujuh orang yang diduga anggota teroris di Jalan Warga 65 RT 7 RW 3, Kelurahan Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Pada hari yang sama Densus juga menciduk teroris lain yang ada di Bekasi dan Menteng.

Menurutnya, agenda Baasyir di Hari Minggu pertama saban bulan adalah berceramah di Banten, Jakarta dan Bekasi. Di Banten, ujar Abdurrahman, Ba'asyir memberikan pengarahan kepada anggota Anshorut Tauhid di kediaman Kiai Haji Fathul Azim di dekat Masjid Agung Banten Lama. "Setiap Minggu (pekan pertama) pagi pukul 07.00 08.00, Ustad berceramah di Masjid Munawarroh, Tanah Abang," katanya.

Agenda hari itu dilanjutkan dengan ceramah agama di Masjid Muhammad Romadhon di dekat Perumahan Galaxy, Bekasi. Di sini ceramah biasa digelar mulai pukul 9.30. Terakhir, Baasyir berceramah di Tanah Abang dan Bekasi Ahad, 2 Mei lalu. Dia singgah di Jakarta mulai 1 sampai 3 Mei, sebelum berangkat ke Makasar, Sulawesi Selatan, pada 4 Mei.

Diantara kunjungannya ke Banten, Jakarta dan Bekasi, Abdurrahman melanjutkan, Baasyir, 72 tahun, selalu bermalam di Markas JAT Wilayah Jakarta di Pejaten. "Bahkan ada satu ruang khusus untuk tempat istirahat beliau," katanya.

Abdurrahman memastikan tema ceramah sang ustad tidak berkaitan dengan terorisme. "Biasanya tentang Syariah Islam," katanya, "hal yang diperjuangkan beliau sejak masih bujangan."

Abu Bakar Baasyir bin Abu Bakar Abud lahir di Jombang Jawa Timur 17 Agustus 1938. Bersama Abdullah Sungkar, dia mendirikan Pesantren Al Mu'min di Ngruki, Sukoharjo, Jawa Tengah. Mereka dikenal sebagai musuh Orde Baru karena menolak memasang foto presiden dan Pancasila di ruang-ruang pesantren.

Ba'asyir memimpin Jemaah Islamiyah setelah Abdullah Sungkar wafat pada 1999. Setahun kemudian dia memimpin Majelis Mujahidin Indonesia. Dia sempat tersangkut kasus Bom Bali 2002. Namun tuduhan tidak terbukti, dan Ba'asyir hanya dikenai pelanggaran imigrasi yang menyebabkan dia dikurung sejak 2005 sampai 2006.

Pada 2008, Baasyir mundur dari MMI karena menolak musyawarah dengan pengurus harian organisasi itu. Menurutnya, keputusan Amir atau pemimpin tertinggi bersifat mutlak. September 2008, dia membentuk Jema'ah Anshorut Tauhid. Rumah di Pejaten yang digerebek polisi kemarin diakuinya sebagai Markas JAT Wilayah Jakarta.

REZA M
JAKARTA, May 7, 2010 (AFP)
Indonesian police said Friday they had arrested 12 terrorist suspects linked to a training camp discovered in Aceh province in February.

National police spokesman Edward Aritonang said the men had been rounded up without a fight in and around Jakarta on Thursday.

"Some of them were part of the supporting team for terror drills in Aceh. The team that recruits people and arranges their trips," he said.

He indicated that the suspects could be linked to regional terror network Jemaah Islamiyah but refused to comment on local media reports that they were followers of radical cleric Abu Bakar Bashir.

Bashir spent time in jail for being the spiritual leader of the movement but was subsequently acquitted and released.

Jumat, 07/05/2010 12:04 WIB
7 Orang Diduga Teroris Ditangkap
Warga Sudah Curiga, Ketua RT Lapor Polisi Awal Tahun 2010
Hery Winarno - detikNews
Jakarta - Warga yang tinggal di RT 7/RW 3 Pejaten Barat mengaku sudah curiga, orang-orang di kontrakan yang digerebek polisi adalah teroris. Ketua RT setempat pun telah melapor sejak awal 2010.

"Orang-orang di sini sudah pada curiga karena mereka suka latihan pencak silat dan lempar pisau. Mereka lapor ke saya, dan saya sudah laporkan ini ke yang berwajib," kata Ketua RT 7 Mochtar Saleh di lokasi, Jumat (7/5/2010).

Sejak melapor, Mochtar juga mengaku sering berkoordinasi dengan polisi dan Kodim. Bahkan, intel Kodim sering datang ke sekitar lokasi kontrakan.

"Intel Kodim itu sering ke sini sejak awal tahun ini sebelum kejadian di Pamulang," katanya.

Kamis 6 Mei kemarin, polisi menggerebek 7 orang yang diduga teroris. Para pelaku yang ditangkap ini telah mengontrak di rumah itu selama 1 tahun. Mereka telah diintai selama 3 bulan, hingga kemudian akhirnya disergap.

Para pelaku yang ditangkap ini diduga terkait dengan jaringan Dulmatin yang ditembak mati Densus 88 beberapa waktu lalu di Pamulang, Tangerang.

(ken/fay)

Kamis, 06/05/2010 23:08 WIB
Polisi Tangkap 7 Pria yang Diduga Teroris di Pasar Minggu
E Mei Amelia R - detikNews

Jakarta - Polisi menangkap sejumlah pria yang diduga teroris. Mereka ditangkap di sebuah pemukiman padat penduduk di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

"7 Orang diamankan oleh Densus 88 Mabes Polri," kata Kasat Reskrim Polres Jakarta Selatan, Kompol Nurdin saat dihubungi detikcom, Kamis (6/5/2010).

Nurdin enggan menjelaskan lebih lanjut. Hanya saja dia menyebutkan penangkapan dilakukan pada sore tadi di kawasan Pejaten Barat.

"Belum diketahui jaringan mana. Silakan tanyakan ke Mabes Polri," tutupnya.

Informasi yang dikumpulkan detikcom di lingkungan kepolisian. Para pelaku yang ditangkap ini telah mengontrak di rumah itu selama 1 tahun. Mereka telah diintai selama 3 bulan, hingga kemudian akhirnya disergap.

Para pelaku yang ditangkap ini diduga terkait dengan jaringan Dulmatin yang ditembak mati Densus 88 beberapa waktu lalu di Pamulang, Tangerang.

(ndr/rdf)
“Tersangka Teroris” Dipantau Sejak Dua Hari Lalu
KAMIS, 06 MEI 2010 | 23:17 WIB
Besar Kecil Normal
TEMPO Interaktif, Jakarta - Rencana penangkapan sejumlah penghuni di Jl. Warga kiranya telah dipersiapkan sejak lama. Sejumlah warga tidak dikenal diketahui menyebar di sejumlah lokasi guna memantau keadaan.

“Sejak dua hari lalu ada pria datang ke sini. Kayaknya intel dari Mabes,” ujar Fauzi, Ketua RT 03/03, Kelurahan Pejaten Barat, Kecamatan Pasar Minggu ketika ditemui Tempo.

Penangkapan terjadi sore tadi sekitar pukul 17.30 WIB terhadap sejumlah penghuni yang tinggal di Jl. Warga No. 65, RT 07/03, Kelurahan Pejaten Barat.

Fauzi menjelaskan, rumah yang dimaksud merupakan hunian yang kerap ditempati oleh sejumlah jemaah pengajian. “Abu Bakar Ba'asyir juga sering kesana,” katanya.

Para penghuni biasanya menggelar pengajian bersama di dalam rumah. Jika masuk waktu sholat, mereka pergi ke Mesjid Daarun Na'im yang berada sekitar 10 meter dari rumah tersebut.

Dua hari lalu, kata Fauzi, pria tersebut datang menjelang Magrib dan pulang sekitar pukul 23.00 WIB. Fauzi yang sempat bertemu dengan pria tersebut bahkan sempat menggali keterangan.

“Tapi dia tidak mau menjelaskan namanya. Dia bilang sedang menunggu seorang teman. Ia bahkan sempat menawar burung tetangga saya seharga Rp 500 ribu,” kata Fauzi.

Pria tersebut kembali datang keesokan harinya. “Waktu kedatangannya hampir sama seperti hari sebelumnya. Tapi kemarin dia hanya menggunakan sendal jepit,” jelas Fauzi. “Kayaknya dia intel dari Mabes Polri. Soalnya setiap ada orang yang lewat selalu dia perhatikan. Bahkan sesekali mencatat nomor mobil yang melintas,” ujar Fauzi.

RIKY FERDIANTO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar