Mubarok: Kalau Terbunuh, Itu Bukan Politisi
Jum'at, 24 Desember 2010 - 20:33 wib
Susi Fatimah - Okezone
JAKARTA - Kekhawatiran dari sejumlah politikus dari partai gurem bakal "terbunuh" dengan rencana kenaikkan ambang batas parlemen atau parliamentary treshold (PT) mendapat cibiran dari Wasekjen Partai Demokrat Ahmad Mubarok.
Menurut dia, seorang politisi itu harus kreatif dan cerdas kalau perlu jadi "kutu loncat" dengan pindah ke partai yang lebih besar. Sebab itu, dia mengatakan, anggapan kenaikkan PT 5 persen akan membunuh politisi tidak berdasar. "Politisi itu tidak terbunuh. Politisi bisa kreatif, kalau yang terbunuh itu bukan politisi," jelas dia dalam sebuah diskusi di Jakarta, Jumat (24/12/2010).
Seharusnya, kata Mubarok, politisi mencontoh dari agama Kristen di Indonesia. "Walaupun minoritas tapi tidak pusing karena mereka tidak bergantung pada partai agama," ujarnya.
Pernyataannya ini menyindir politikus dari partai kecil yang khawatir tidak bisa masuk DPR dengan jika PT ditetapkan 5 persen. Misalnya, diutarakan putri mendiang KH Abdurrahman Wahid, Zanuba Arifah Hafsah alias Yenny Wahid, yang menilai wacana kenaikkan PT akan membahayakan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Menurut Yenny, kegelisahan juga dirasakan oleh kiai-kiai NU di daerah terkait usulan kenaikan PT tersebut. Bila PKB sampai memenuhi syarat ambang batas itu, lanjut Yenny, akan dibawa kemana suara NU di daerah. Sebagaimana diketahui, wacana peningkatan syarat PT dimaksudkan untuk menyederhanakan partai agar tidak gemuk seperti pada pemilu 2009 lalu. Partai-partai besar hampir semuanya sepakat dengan pembatasan itu.
Jika wacana pembatasan ini disepakati, maka hanya akan ada sedikit partai yang bisa menempatkan kadernya di DPR. Jika mengacu pada hasil Pemilu 2009 lalu, jika PT ditetapkan 5 persen maka hanya enam partai partai yang lolos, yaitu Demokrat, Golkar, PDIP, PKS, PAN dan PPP. Sementara PKB yang hanya 4,9 persen bakal tidak bisa menempatkan kadernya di DPR.
(ram)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar