Senin, 20 Desember 2010

MENDOMPLENG citra

komentar soal foto cewek indon dan cowok english pasca indon mengalahkan filipino:
Keluarga Azhari hanya punya satu modal saja untuk jadi public figur, ya body n seksualitas performancenya. Talenta akting BIG ZERO, kecuali utuk blue film, its okey

Winarno, 21/12/2010 19:54:36 wib

Boleh ngelantur komentarnya...
Philipina Kalah itu karena di "sogok" dengan rahma oleh Indonesia...wkwkwkwk

Assyarkhan, 21/12/2010 19:33:04 wib
Sejam Bersama Pelatih Malaysia: Kami Satu-satunya Tim Yang Tak Pakai Naturalisasi
Selasa, 21 Desember 2010 | 14:02 WIB


TEMPO Interaktif, Kualumpur - Minggu, 26 Desember mendatang, Indonesia akan melawan Malaysia dalam final piala AFF. Pertandingan bakal dilangsungkan di Bukit Jalil, Malaysia.

Bagaimana persiapan tim Malaysia melawan Indonesia, Pelatih Timnas Malaysia K. Rajagobal menerima wartawan Tempo, Masrur untuk sebuah wawancara di ruang kerjanya, Lantai I Wisma FAM (Football Association of Malaysia). Selama hampir satu jam, pelatih kelahiran Selangor 10 Juli 1956 tampak santai menjawab pertanyaan Tempo. Petikannya:

Bagaimana persiapan menghadapi Indonesia di final?
Kami belum membuat persiapan untuk partai final. Karena sepulang dari Vietnam, saya beri mereka waktu libur. Rencananya kami baru mulai berlatih sore ini. Ini adalah latihan pertama kali sepulang dari Vietnam.

Penampilan Malaysia cukup mengejutkan karena bisa masuk final. Tanggapan Anda?
Memang banyak orang yang bertanya tentang keberanian saya menurunkan pemain muda di bawah usia 23 tahun. Satu hal yang mereka tak faham, bahwa saya menurunkan pemain muda ini karena hampir semua pemain utama Timnas Malaysia cedera.

Karenanya, saya tak menggantungkan harapan terlalu tinggi kepada mereka. Saya hanya meminta mereka untuk bermain baik dan menunjukkan kemampuan optimal.

Apakah ini berarti pemain Timnas Malaysia sekarang adalah tim kelas dua?
Bukan begitu maksud saya. Saya ingin tekankan bahwa Timnas Malaysia sekarang adalah skuad Timnas Malaysia di bawah usia 23 tahun. Saya kenal mereka satu persatu, saya paham mereka luar dalam. Bahkan saya beri kepercayaan kepada mereka untuk menghadapi Manchester United saat MU melakuakn Tour Asia 2009 lalu. Jadi mereka bukan pemain kelas dua.

Poin pernyataan saya tadi adalah ini adalah skuad U-23 Malaysia. Andaikan kami bisa memainkan pemain senior kami. Timnas Malaysia pasti lebih bagus lagi.

Berapa orang Timnas Senior Malaysia yang cedera?
10 orang. Termasuk penjaga gawang Sharbinee Alawie

Anda mempercayakan penuh kepada skuad muda ini?
Ya, inilah skuad terbaik yang kami miliki sekarang. Saya tak pernah membebani mereka dengan target. Karena mereka masih muda, saya hanya minta mereka memberikan permainan terbaik. Toh usia mereka masih antara 19 hingga 21 tahun. Artinya usia emas mereka sekitar empat hingga tahun lagi.

Anda puas dengan penampilan pemain muda Malaysia?
Saya cukup puas dengan permainan mereka. Karena dalam turnamen AFF kali ini cuma Malaysia yang tak menggunakan pemain naturalisasi. Dan ingat, pelatihnya juga asli Malaysia (sambil tertawa).

Maksudnya?
Di tengah maraknya naturalisasi pemain dan pelatih asing yang dilakukan beberapa Timnas lainnya, kami ingin membuktikan bahwa pemain dan pelatih lokal jika diberi kesempatan, akan memberikan hasil yang baik pula. Intinya berikan kepercayaan penuh kepada mereka, jangan direcoki dan jangan dicampuradukkan dengan masalah apapun.
Saya lihat di Asia Tenggara ini sepakbola sering dicampur-campur dengan banyak hal. Kepentingan bisnis-lah, politik-lah. Padahal sepak bola itu suatu olah raga, kita cari kesehatan dan kesenangan.

Penilain tentang Timnas Indonesia?
Indonesia adalah tim yang bagus, mereka punya Gonzales dan Irfan di depan, serta Okto di tengah, juga Maman di belakang. Dalam kejuaraan AFF kali ini mereka juga selalu menang. Cuma semua pertandingan itu selalu di Jakarta. Pembuktiannya sekarang, ketika mereka bermain di luar Jakarta. Apakah mereka juga akan menang seperti halnya bermain dihadapan pendukungnya?


Msrur (Kualalumpur)


Asyik dengan Timnas, Ical Lupa Korban Lumpur Lapindo
Rabu, 22 Desember 2010 - 06:06 wib
Amir Tejo - Okezone


SIDOARJO - Bantuan uang Rp2,5 miliar dan hibah tanah seluas 25 hektare bagi pemain Tim Nasional (Timnas) Indonesia rupanya membuat 'cemburu' korban luapan lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur.

Mereka kecewa, bos Bakrie Group yang biasa disapa Ical itu tidak memprioritaskan ganti rugi yang belum lunas untuk warga yang berada dalam area terdampak lumpur Lapindo.

"Kami merasa disakiti dengan ulah Bakrie tersebut. Oh, dia ternyata tidak mau lagi bertanggungjawab dengan korban lumpur. Dia sedang asyik dengan sepakbola," kata Saman, warga Desa Jatirejo, Selasa, 21 Desember.

Tak hanya kepada Ical, kekesalan juga ditujukan kepada Andi Darussalam Tabusala, Presiden Direktur PT Liga Indonesia yang sekaligus menjadi Vice President PT Minarak Lapindo Jaya, perusahaan yang menjadi juru bayar Lapindo Brantas.

Warga kecewa karena Senin, 13 Desember lalu mereka berunjuk rasa mewakili sekira 12 ribu warga korban lumpur dari empat desa yakni Siring, Jatirejo, Renokenongo dan Kedungbendo.

Mereka berunjukrasa di kantor Minarak Lapindo Jaya di Jalan Juanda Sidoarjo. Tuntutannya, agar Minarak Lapindo Jaya segera membayar cicilan yang tertunggak selama dua bulan.

"Pada saat itu, Minarak Lapindo Jaya menjanjikan jika Kamis (17 Desember) kemarin sudah ada transferan. Namun kenyataannya hingga kini belum ada. Melihat kelakuan Bakrie tersebut, kami akan kembali mendatangi PT Minarak untuk menagih janji mereka," kata Saman.

Saman mengaku ulah PT Minarak menunggak pembayaran sisa ganti rugi ini bukan kali pertama terjadi. Sebelum Idul Fitri kemarin, bahkan PT Minarak Lapindo Jaya sempat menunggak hingga lima bulan.

"Kami sudah tidak kuat lagi dengan keadaan seperti ini. Saya sudah mempunyai hutang hingga Rp13 juta. Yang parah ada janda tua bernama Solati yang usianya sudah 65 tahun yang harus ditampung di posko korban lumpur. Dia ditampung di posko karena dia hidup sebatang kara. Sedangkan uang 20persennya sudah habis," kata Saman bercerita.
(fer)
Selasa, 21/12/2010 07:35 WIB
Nurdin Halid Dikenal Sebagai 'Tangan Kanan' Ical di Wilayah Timur
Laurencius Simanjuntak - detikNews




Jakarta - Spekulasi adanya maksud politis di balik jamuan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie terhadap timnas sepakbola Indonesia dinilai semakin kuat mengingat Ketua Umum PSSI Nurdin Halid juga adalah kader partai beringin. Nurdin bahkan dikenal sebagai 'tangan kanan' Ical di wilayah Timur Indonesia.

"Nurdin Halid itu Koordinator Wilayah Sulawesi DPP Partai Golkar. Dia berjasa buat Golkar di bawah kepemimpinan Pak Ical, memenangkan 60 persen Pilkada di Sulawesi," kata pengamat politik dari Lembaga Survei Indonesia (LSI), Burhanuddin Muhtadi, saat dihubungi detikcom, Selasa (21/12/2010).

"Jadi Nurdin memang dikenal sebagai 'tangan kanan' Aburizal Bakrie di wilayah Timur," imbuh Burhan.

Karena itu, lanjut Burhan, sulit untuk memungkiri adanya maksud politis di balik jamuan makan pagi tersebut.

"Nurdin mau tidak mau punya hidden agenda dengan posisi sebagai ketua umum PSSI dan pada saat yang sama sebagai 'tangan kanan' Ical. Dia juga ingin membantu Ical juga untuk mempopulerkan Golkar di kalangan penggemar bola," kata Burhan.

Hal itu, kata Burhan, lantas membuat kredit poin Nurdin di mata Ical semakin tinggi. Tidak hanya berjasa memenangkan jago Golkar di Pilkada, tetapi juga mulai meniti kebangkitan timnas sejak 7 tahun terakhir.

"Lepas dari kontroversi kepemimpinan Nurdin, kita tidak bisa menolak bahwa secara de jure dia adalah ketum saat timas bangkit sekarang," ujar Burhan.

Ical mengundang timnas sepakbola Indonesia bersama jajaran PSSI, termasuk Nurdin Halid, dalam jamuan makan pagi di rumahnya, kawasan Menteng, kemarin.

Juru Bicara Keluarga Bakrie, Lalu Mara, meminta jangan ada politisasi kunjungan timnas Indonesia ke kediaman Ical. Lalu menegaskan kunjungan sepenuhnya hanya silaturahmi Timnas dengan keluarga Bakrie.

"Itu silaturahmi, jangan dipolitisir, seolah-olah ada niatan politik. Buat kami Belanda masih jauh, mari kita berkarya untuk negeri ini," kata Lalu yang mengatakan pertemuan diinisiasi oleh PSSI.

(lrn/ddt)

Selasa, 21/12/2010 07:05 WIB
Waktu Timnas Sering Kalah, Kok Tak Ada Pengusaha/Parpol yang Ngundang?
Laurencius Simanjuntak - detikNews




Jakarta - Jamuan pengusaha yang juga Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie, terhadap timnas sepakbola Indonesia di rumahnya, menimbulkan spekulasi adanya maksud politis di balik undangan tersebut. Sebab, saat prestasi timnas terpuruk, tidak ada penguasaha atau parpol yang mengundang Tim Garuda tersebut.

"Kalau waktu timnas sering kalah, kok tidak ada pemimpin partai dan pengusaha yang mengundang untuk memeberi nasihat dan semangat," kata anggota Komisi X (bidang olahraga), Dedi S Gumelar, saat dihubungi detikcom, Selasa (21/12/2010).

Namun demikian, Miing, sapaan akrabnya, mengatakan jamuan itu sah-sah saja selama dilakukan atas dasar kepedulian terhadap timnas. Namun, mengingat yang mengundang adalah ketua umum parpol, nuansa politis itu sulit dilepaskan.

Miing menyebut hal itu adalah sebagai kecerdasan elite politik dalam memanfaatkan momentum yang tengah menjadi perhatian publik.

"Numpang beken boleh kali ye," sindir mantan pelawak yang kini politisi PDI Perjuangan itu.

Lebih jauh, Miing juga menilai kehadiran para elite politik dalam pertandingan timnas di Gelora Bung Karno sebagai cara 'mengkapitalisasi' momentum perhatian 80 ribu penonton langsung dan jutaan pasang mata penonton televisi.

"Seperti kehadiran SBY, belum terukur kehadiran SBY menghadirkan semangat yang kuat bagi timnas atau tidak," kata Miing.

Seperti diketahui sejumlah elite politik hadir dalam pertandingan semifinal Piala AFF Suzuki Cup 2010 antara Indonesia dan Filipina. Mereka antara lain Presiden yang juga Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, Ketum Partai Golkar Aburizal Bakrie, Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum, dan sejumlah elite parpol yang duduk di Kabinet Indonesia Bersatu II.

Juru Bicara Keluarga Bakrie, Lalu Mara, meminta jangan ada politisasi kunjungan timnas Indonesia ke kediaman Ical. Lalu menegaskan kunjungan sepenuhnya hanya silaturahmi Timnas dengan keluarga Bakrie.

"Itu silaturahmi, jangan dipolitisir, seolah-olah ada niatan politik. Buat kami Belanda masih jauh, mari kita berkarya untuk negeri ini," kata Lalu

(lrn/ddt)

Pemersatu Bangsa Itu Bernama Sepakbola
TB Ardi Januar
Senin, 20 Desember 2010 - 13:48 wib

MERINDING… Itulah ungkapan yang dapat diutarakan saat berada di tengah kerumunan massa di Stadion Utama Gelora Bung Karno ketika Timnas Indonesia berlaga di ajang Piala AFF 2010 saat ini.

Duduk bersama puluhan ribu orang yang mengenakan warna baju sama merah, teriakan yel-yel kebersamaan yang diiringi brumband atau sekadar botol air mineral kosong membuat jiwa ini seakan bergetar. Terlebih saat lagu kebangsaan Indonesia Raya berkumandang, mata pun refleks berkaca-kaca. Sebuah pemandangan yang langka dirasakan.

Apa yang saya rasakan kala itu, mungkin tak jauh beda dengan yang lainnya. Ratusan juta pasang mata mulai menatap kebangkitan Timnas sepakbola Indonesia. Mereka yang sebelumnya awam dengan nama-nama seperti Christian Gonzales, Firman Utina, Oktavianus Maniani, dan Irfan Bachdim, kini mendadak ramai diperbincangkan. Bahkan hingga tayangan infotainment sekalipun.

Gemilangnya prestasi Timnas saat ini seakan membawa angin segar bagi dunia persepakbolaan Tanah Air yang sudah lama puasa gelar. Bayangkan, sejak dihelatnya turnamen Piala AFF (dulu Piala Tiger), Timnas Indonesia tidak pernah keluar menjadi juara satu kali pun. Paling bagus, Timnas hanya bisa menjadi runner up saja.

Padahal, potret sepakbola Tanah Air sebelumnya kerap tercoreng dengan perkelahian antarpemain, penganiayaan kepada wasit, hingga tawuran antarsupporter. Belum lagi, sejumlah klub telah menyedot habis anggaran daerah demi lancarnya roda kompetisi.

Selain itu, cemerlangnya prestasi Timnas Indonesia di AFF 2010 juga telah melahirkan persatuan bangsa. El Loco yang sebelumnya dicap sebagai bintang Persib Bandung, Bambang Pamungkas dari Persija, dan Firman Utina dari Sriwijaya FC, kini menjadi bersatu padu untuk satu nama yakni Indonesia.

Hal ini juga berimbas kepada para supporter di stadion ataupun di luar stadion. Mereka seakan tidak memperdulikan dari mana asal mereka, yang jelas hanya ada satu tujuan yakni mendukung Timnas Indonesia. Pemandangan ini disadari betul oleh Presiden SBY. Seakan tak mau kalah, SBY beserta sejumlah anak buahnya pun hadir langsung ke stadion mendukung Timnas.

Aksi Firman Utina dkk juga menjadi penawar luka dan penghibur lara bagi rakyat Indonesia. Di tahun 2010 ini, Indonesia telah dihantam sederet musibah dan bencana alam. Baik itu gempa bumi di Padang, banjir bandang di Wasior, gelombang tsunami di Mentawai, hingga gunung meletus di Merapi.

Di bidang politik dan hukum, potret Indonesia juga tengah carut marut. Berita soal Gayus Tambunan, soal korupsi pejabat dan wakil rakyat, serta soal pertikaian antara pemerintah pusat dengan rakyat Yogyakarta seperti menjenuhkan pikiran masyarakat. Bayangkan, hampir setiap hari kita dihadapkan dengan hal-hal demikian tanpa diselingi hiburan.

Dengan sepakbola, tidak berlebihan rasanya jika rakyat ingin melupakan sejenak kepenatan yang ada di Tanah Air. Selain itu, memang sudah saatnya pula Indonesia keluar dari keterpurukan, diawali dengan prestasi Timnas Indonesia di ajang AFF 2010.

Dalam waktu dekat, Timnas Indonesia akan tampil dalam laga final melawan “musuh bebuyutan” Malaysia. Mari bersama kita terus dukung Timnas Indonesia dan kita kawal Burung Garuda menuju puncak prestasi. Sudah saatnya Ibu Pertiwi unjuk gigi di muka bumi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar