Minggu, 11 April 2010

hobi teroris: bikin bom spiritualitas : 120410

Senin, 12/04/2010 11:57 WIB
Teroris yang Tertangkap di Medan Pandai Rakit Bom Seperti Dulmatin
Aprizal Rahmatullah - detikNews

Foto: Ilustrasi Jakarta - Satu dari 6 teroris yang ditangkap di Medan, Sumatera Utara ternyata memiliki kemampuan untuk merakit bom. Dia juga dihormati dan diakui sebagai guru spiritual bagi kelompoknya.

"Yang namanya Bayu dia ahli merakit bom, sekaligus guru spiritual mereka," ujar Kapolda Sumut Irjen Pol Oegroseno kepada detikcom di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta, Senin (12/4/2010).

Bahkan, kemampuan merakit bom yang dimiliki oleh Bayu, tak kalah dibandingkan dengan tersangka teroris yang ditembak polisi beberapa waktu lalu, Dulmatin.

"Iya," jawab Oegroseno, saat ditanya apakah Bayu punya kemampuan seperti Dulmatin.

Dia menjelaskan, 6 teroris yang ditangkap di Medan merupakan jaringan teroris yang selama ini diburu di NAD. Di antara mereka bahkan terlibat dalam beberapa kasus pengeboman di Indonesia.

"Mereka kan mengaku terlibat dalam rencana pengeboman di Cikeas itu, dan ada terlibat dalam kasus-kasus sebelumnya. Ini semua masih terus dikembangkan oleh tim Densus 88," imbuhnya.

Guna pengembangan, lanjut dia, tim Densus membawa 3 orang teroris ke NAD. Sementara 3 orang lainnya masih diamankan di Polda Sumut. "Yang dua masih kita buru," akunya.

Tiga petugas Samapta Poltabes Medan menangkap 6 orang yang diduga teroris pada Sabtu 10 April dini hari. Keenam teroris ditangkap saat berada dalam mobil dengan plat nomor Aceh, sedang masuk wilayah Medan.

Keenam tersangka tersebut adalah Komarudin alias Abu Musa (35) asal Bandar Lampung, Yusuf Arifin (25) asal Bandar Lampung, Ibrahim alis Deni (31) asal Sidoarjo, Jawa Timur, Bayu alias Budi (26) asal Solo, Jawa Tengah, Pandu alias Abu Asamah (26) asal Solo, dan Abu Musa alias Lutfi alias Jafar (30), asal Magetan, Jatim.

"Mereka terdesak dari NAD lalu hendak kabur ke daerahnya masing-masing," pungkasnya.

(anw/fay)
Inilah Peran Enam Tersangka Teroris yang Ditangkap di Medan
SENIN, 12 APRIL 2010 | 13:19 WIB
Besar Kecil Normal
TEMPO Interaktif, Medan - Keenam tersangka teroris yang berhasil ditangkap personel patroli Kepolisian Sektor Medan Kota, diketahui memiliki peran penting dalam sel teroris di Tanah Air. Wakil Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara, Brigadir Jenderal Syafruddin menyatakan, keenamnya di antaranya memiliki peran penting dalam jaringan teroris yang diungkap di Aceh.

”Saya perlu pertegas kembali teroris yang tertangkap adalah teroris yang sangat dicari. Di antara mereka mempunyai kelas yang tinggi sebagai komandan latih militer di Aceh,” kata Syafruddin kepada wartawan, Senin (12/4) siang, di VIP Bandar Udara Polonia Medan, usai memberangkatkan lima teroris ke Nanggroe Aceh Darussalam.

Berikut peranan keenam teroris yang diungkap Kepolisian Daerah Sumatera Utara. Qomaruddin alias Abu Musa alias Mustagim alias Abu Yusuf alias Hafshoh berperan sebagai pimpinan pelatih di Aceh. Ia merupakan alumni Akademi Militer Al Jamaah Mindanau, Filipina Selatan, 1998 hingga 2004.

Keterlibatan terakhir Abu Musa sebelum tertangkap di Jalan Sisingamangaraja Medan, Minggu (11/4) dinihari lalu, adalah ikut saat kontak senjata dengan personel Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri di Lambauke, Aceh Besar.

Pandu Wicaksono Widyan Putro alias Abu Asma, diidentifikasi pernah menyembunyikan buronan teroris nomor wahid, Noor Din M Top di Solo. Bayu Sena alias Budi alias Rahmat alias Tono alias Seno terlibat merencanakan dan merakit bom, untuk mengebom Susilo Bambang Yudhoyono di Cikeas. Seno juga diketahui terlibat dalam pengungkapan lokasi perakitan bom di Jati Asih, Bekasi.

Ibrohim alias Deni alias Suramto peserta pelatihan militer di Aceh, terlibat peledakan bom di Kedutaan Besar Australia, Kuningan Jakarta. Alumni Mahad Ali, Universitas Al Mukmin Ngruki, Solo ini, terakhir terlibat kontak senjata dengan personel Densus 88 AT Mabes Polri di Aceh Besar, Lambauke. Japar alias Lufti alias Upend alias Abu Musa perannya, peledakkan bom di Kedutaan Besar Australia di Kuningan, Jakarta.

Abu Musa juga dinyatakan pernah mengikuti pelatihan militer singkat (Yamruk) pada 19999-2000. Ia juga aktif mencari dana untuk biaya pelatihan di Aceh. Seperti Ibrohim, alumni Universitas Al Mukmin Ngeruki, terlibat kontak senjata dengan personel Densus 88 AT Mabes Polri di Aceh.

Sedangkan Yusuf Arifin alias Rambo, yang kini sedang dirawat karena menderita sakit malaria di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Sumut, hanya peserta pelatihan militer di Aceh yang dikomandoi Qomaruddin alias Abu Musa.

SOETANA MONANG HASIBUAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar