Selasa, 14 Juni 2011

survei yang diplintir

Dua Lembaga Survei Saling Bantah
Oleh Abdullah Mubarok | Inilah – 10 jam yang lalu
14 Juni 2011


INILAH.COM, Jakarta - Dua lembaga survei ternama di Indonesia, Lembaga Survei Indonesia dan Lingkaran Survei Indonesia 'satu suara' bahwa Partai Demokrat (PD) mengalami penurunan suara. Tapi mereka beda pendapat soal kemana suara itu lari. Ke Golkar atau ke partai lain?

Hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang dimotori oleh Saiful Mujani menunjukkan Partai Demokrat masih unggul jika Pemilu dilakukan bulan Mei 2011. PD memperoleh persentase tertinggi mencapai 18,9 persen.

Sedangkan, hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang dipimpin oleh Denny JA menyebutkan perolehan suara PD sebesar 15,5%. PD tidak lagi berada di nomor satu. Posisinya digeser oleh Partai Golkar dengan 17,9% suara. Diikuti dengan PDI Perjuangan dengan 14,5 persen suara.

Duo LSI 'sepakat' suara PD menurun. Yang membedakan jumlah prosentase penurunan. LSI Saiful Mujani sekitar dua persen, LSI Denny JA sekitar lima persen.

Namun, yang menjadi perdebatan apakah suara Demokrat yang hilang seluruhnya beralih ke Partai Golkar sebagai klaim LSI Denny JA? Berdasarkan survei LSI Denny JA, angka lima persen penurunan suara Demokrat 'lari' ke Partai Golkar (PG).

Sebab, kedua partai memiliki spektrum yang sama. PDIP, Gerindra, lebih nasionalis dan cenderung sosialis. PPP dan PKS agamis. Sedangkan Golkar, Demokrat berada di tengah.

Apabila Golkar diterpa persoalan maka pemilihnya akan beralih ke Demokrat. “Kalau Golkar turun, Demokrat naik, kalau Demokrat naik, Golkar turun,” imbuhnya.

Peneliti dari Lembaga Survei Indonesia (LSI), Burhanuddin Muhtadi mempertanyakan kesimpulan Denny JA soal penyebab suara Demokrat turun. Menurutnya, mustahil PG mendapatkan 'berkah' dari Demokrat. Seharusnya PDI Perjuangan yang beruntung.

"Tak pernah kita menemukan sentimen negatif ke Partai Demokrat dan SBY, pemilih lari ke Golkar. Agak kurang make sense (masuk akal) kalau ke Golkar karena citra buruk Golkar soal pemberantasan korupsi," kata Burhanuddin saat dihubungi wartawan (13/6/2011).

Bukan hanya Burhanuddin yang mengkritisi survei LSI Denny JA. Pengamat politik dari Charta Politika Yunartho Wijaya menilai survei Denny JA tidak masuk akal. "Saya tidak percaya bila suara yang hilang larinya ke Golkar dan tidak masuk akal kasus Nazaruddin dapat menghilangkan hasil suara,” katanya.

Guru besar ilmu politik Universitas Indonesia (UI) Iberamsjah ikutan. Menurutnya, survei LSI Denny JA politis. “Ya. Bisa saja, karena dulu kan Denny JA termasuk dekat dengan Demokrat terus enggak kebagian posisi. Hasil-hasil surveinya juga sering untungkan Demokrat, tapi sekarang beda. Ya bisa saja dia dendam pada Demokrat,” ungkapnya.

Entah survei mana yang mesti dijadikan pegangan. Yang jelas, partai yang merasa 'diuntungkan' senang dengan survei yang menguntungkan namanya. Ahli survei sibuk bersilang pendapat. [mah]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar