Rabu, 15 Agustus 2012

Yth. REM1$1 korupt0r

Kamis, 16/08/2012 10:51 WIB Enaknya Jadi Koruptor, Vonis Ringan & Panen Banyak Remisi! Indra Subagja - detikNews
Jakarta Koruptor benar-benar menikmati hidup di Indonesia. Bayangkan, uang negara miliaran masuk kantong pribadi, tapi di sidang di vonis ringan dan hanya sebentar menikmati dinginnya penjara. Panen remisi pun dinikmati terpidana korupsi.
"Jadi koruptor di Indonesia itu merdeka. Tanpa efek jera. Kemerdekaan dirayakan juga oleh musuh negara yakni koruptor," kata peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW), Apung Widadi, saat berbincang, Kamis (16/8/2012). Bayangkan di peringatan Hari Kemerdekaan dan perayaan Lebaran ini, terpidana korupsi mendapatkan remisi. Salah satunya seperti disebutkan Ditjen PAS Kemenkum yakni Gayus Tambunan. Pemberian itu dilakukan karena Gayus berkelakuan baik. "Nah kalau dalam kasus Gayus dan ribuan koruptor lainnya itu bertolak belakang dengan semangat pemberantasan dan usaha merdeka dari korupsi. Atas masalah ini DPR paling harus bertanggung jawab atas penolakan moratorium remisi untuk koruptor yang didorong oleh Kemenkum HAM," jelas Apung. Apung menilai lagi-lagi pemberian remisi ini akan menjadi momok. Efek jera yang diharapkan muncul dari kurungan penjara tidak akan tercapai. Apalagi rata-rata vonis bagi terpidana korupsi di bawah angka 5 tahun. "Di sisi lain, remisi ganda Kemerdekaan dan Idul Fitri ini menjadi titik puncak gunung es ketidakberdayaan SBY dalam memberantas korupsi. Bukan dalam penegakkan hukum yang katanya tidak bisa diintervensi, SBY pun tunduk memberi izin remisi untuk koruptor. Presiden sebagai pemberi efek jera di garda paling akhir telah gagal," urainya. Apung melanjutkan kalau legislatif dan eksekutif tidak bisa memberi efek jera untuk koruptor, maka bisa dikatakan saat ini kita dalam posisi titik nadir melawan koruptor. "Dan akhirnya kemerdekaan pun bisa dinikmati koruptor yang mengambil uang rakyat," tegasnya. (ndr/vit)

Sabtu, 11 Agustus 2012

turut bersimpati atas bencana alam @mesjid

Minggu, 12 Agustus 2012 , 02:48:00 Masjid Disambar Petir, 13 Jamaah Tarawih Tewas
DHAKA - Setidaknya 13 orang tewas dan 15 lainnya terluka akibat masjid darurat yang digunakan untuk salat tarawih di Bangladesh, Jumat (10/8) malam tersambar petir. Imam salat tarawih termasuk dalam korban tewas.
Kepolisian Bangladesh menyatakan bahwa masjid yang tersambar petir tersebut terletak di desa Saraswatipur, distrik Sunamganj, yang berjarak 200 kilometer sebelah timur laut ibukota Dhaka. Masjid tersebut hanya bangunan dari kayu dan beratap jerami.
“Sekitar 35 warga lokal sedang melakukan shalat tarawih ketika petir tersebut menyambar,” kata kepala polisi, Bayes Alam dalam keterangan kepada media, Sabtu (11/8).
“Keseluruhan 13 orang, termasuk sang imam, meninggal di tempat kejadian. Tubuh dan muka sebagian korban terbakar hangus,” kata Alam. Ia menambahkan, 6 dari 15 orang yang terluka harus dirawat intensif di rumah sakit.
Para warga menjadikan bangunan tidak layak tersebut sebagai mesjid sementara karena akses menuju mesjid berbahan beton yang biasa mereka gunakan terendam air sungai Saraswati yang meluap akibat terpaan hujan deras yang melanda daerah tersebut selama beberapa minggu terakhir.
Petir merupakan ancaman utama di wilayah Sunamganj, yang menjadi lokasi dari berbagai danau besar di Bangladesh. Insiden warga yang tersambar petir biasa terjadi ketika musim hujan yang datang medio Juni sampai September.(AFP/ara/jpnn)

Jumat, 10 Agustus 2012

Yth. Indahnya Keanekaragaman Nilai

Serukan Indahnya Keberagaman dalam Beragama Kontributor Surabaya, Achmad Faizal | Sabtu, 11 Agustus 2012 | 03:50 WIB SURABAYA, KOMPAS.com — Tidak seperti biasanya, malam itu paduan suara Cantate Domino Universitas Kristen Widya Mandala mengiringi lagu bernuansa Islami yang dilantunkan Candra Malik dengan iringan musik Nusantara Kyai Menur. Busana yang dikenakan para penyanyi juga berbeda. Candra Malik selaku penyanyi utama mengenakan busana islami berupa jubah lengkap dengan kopiah, sementara penyanyi pengiring paduan suara mengenakan jubah putih yang biasa digunakan dalam acara di gereja. Tak hanya dalam hal busana terkesan kontras, dalam musik yang disajikan juga terdengar lebih indah. Sedikit sentuhan koreografi yang disajikan para penyanyi juga menambah keindahan penampilan mereka. Indahnya nuansa keberagaman itu sengaja ditampakkan dalam pergelaran musik bertajuk ''Persembahan bagi Bangsa, Merayakan Keberagamaan dalam Keberagaman'' yang digelar di Ciputa World Plaza Surabaya, Jumat (10/8/2012) malam. Pergelaran musik itu membawakan sejumlah tembang Kidung Sufi karya Candra Malik dengan iringan grup musik Kyai Menur. Menurut Candra Malik, lagu-lagu yang dibawakan malam itu dari album Kidung Sufi bertajuk Samudera Cinta, yang di antaranya berjudul "Seluruh Nafas", "Hasbunallah", "Fatwa Rindu", dan "Syahadat Cinta" yang bercerita tentang cinta kasih, persaudaraan, dan kebebasan baragama. ''Ini untuk mengingatkan kembali bahwa bangsa kita punya bakat untuk hidup penuh cinta, rukun, dan damai; serta mengajak masyarakat untuk menjauhi segala bentuk kekerasan karena perbedaan suku, agama, dan ras,'' katanya. Eksotisme musik rasa Nusantara yang dilengkapi sejumlah alat musik tradisional seperti kendang dan gending Jawa serasa lebih sempurna untuk dinikmati dengan dukungan sejumlah artis dan musisi pendukung, seperti Anji, Trie Utami, Leo Kristi, dan petikan gitar mantan gitaris Boomerang, John Paul Ivan. Selain di Surabaya, kata Candra, konser musik yang membawa misi mendukung keberagaman beragama itu sebelumnya juga digelar di Jakarta dan Yogyakarta. Daerah lain yang akan disinggahi antara lain Bali, Bandung, dan Solo. Editor : Glori K. Wadrianto

Selasa, 07 Agustus 2012

Yth. Ustadz TV

elasa, 07 Agustus 2012 | 03:52 WIB Awas, Banyak Ustadz ''Gadungan'' di Televisi
TEMPO.CO , Jakarta - Majelis Ulama Indonesia melihat banyak ulama yang tidak berkompeten dan berintegrasi tampil menjadi penceramah agama di televisi.
"Harusnya kualitas dan validitas serta keteladanan juru dakwah diperhitungkan," kata Wakil Ketua Tim Pemantau TV Ramadan 1431 H dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), Imam Suhardjo di Kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika, Senin, 6 Agustus 2012.
Imam mengatakan, banyak tayangan komedi yang berujung pada makian atau melecehkan individu atau sekelompok orang. Ia prihatin, sebagian penceramah agama itu justru larut di skenario komedi.
Imam mencontohkan tayangan di Indosiar ketika Inul Daratista mengatakan "Pak saya nggak mandul lho, buktinya saya punya anak." Kemudian, ustadz menanggapi dengan perkataan "Lagian bukannya dibor malah ngebor."
Menurut Imam, pernyataan ini justru merendahkan seorang ustadz. Ia juga menyayangkan ustadz lain di Trans TV yang juga ikut ambil bagian waktu joget bersama secara berlebihan.
Imam mencermati, banyak dai yang menyampakan riwayat keagamaan dengan akurasi yang rendah. "Menggunakan hadis yang tidak sahih," kata Imam. Ia berharap para penceramah terus berusaha meningkatkan kompetensinya sebagai ustadz. Menurut Imam, ustadz yang mempunyai kompetensi bisa dilihat dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik. Kognitif, artinya ustadz mempunyai pengetahuan agama yang mumpuni. Afektif, ustadz mempunyai kemampuan mengaitkankan ajaran-ajaran agama dengan permasalahan sehari-hari. Sedangkan psikomotorik, ustadz itu mempunyai kehidupan atau perbuatan yang terpuji. "Kalau tidak ada ketiga itu, berarti tidak layak disebut ustadz," ujar Imam. Ia berharap stasiun televisi lebih berhati-hati memilih penceramah. Televisi dihimbau untuk lebih mengutamakan kompetensi diatas unsur selebritas. SUNDARI

Rabu, 01 Agustus 2012

Yth. Salju Dieng

Selasa, 31 Juli 2012 | 15:11 WIB Suhu Dieng Tembus Minus 5 Derajat Celsius
TEMPO.CO, Dieng - Warga di kawasan dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah, pada Ramadan ini merasakan cuaca yang amat ekstrem. Suhu udara di kawasan itu bisa menembus hingga minus 5 derajat Celsius. “Paling terasa saat sahur, rasanya seperti membeku,” ujar Sekretaris Kelompok Tani Kentang Perkasa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Banjarnegara, Kabul Suwoto, Selasa, 31 Juli 2012. Kabul mengatakan, suhu ekstrem tersebut sudah terjadi selama dua hari terakhir ini. Apalagi saat mendekati bulan purnama, suhu akan terus bertambah ekstrem. Ia menyebutkan, suhu akan mencapai titik terendah sejak pukul 02.00-06.00 pagi.
Menurut dia, jika dipaksakan keluar rumah, maka akan terasa sakit kepala. Apalagi saat harus mengambil air wudhu ketika hendak salat Subuh, dinginnya air akan sangat terasa.
Akibat suhu ekstrem itu, lahan pertanian kentang menjadi seperti hamparan salju yang memutih. Penduduk setempat menyebutnya embun upas atau embun yang membeku. Saat ini, kata Kabul, sedikitnya 50 hektare tanaman kentang sudah mati akibat serangan embun upas itu.
Akibat dinginnya suhu, dia menambahkan, petani pun harus berangkat ke ladang saat matahari sudah tinggi. Mereka menunggu pipa paralon untuk menyemprot air tidak terlalu beku. Jika dipaksakan, paralon yang terdapat air di dalamnya membeku itu bisa pecah. Ketua Masyarakat Pariwisata Dieng, Alif Rahman, mengatakan hamparan salju di Dieng justru menjadi daya tarik untuk wisatawan. “Terutama wisatawan lokal yang belum pernah melihat salju,” katanya. Ia mengatakan, suhu di Dieng bisa menjadi sangat ekstrem. Pada siang hari, suhunya bisa mencapai 22-24 derajat Celcius. Namun memasuki dinihari, suhu akan terus turun hingga titik terendah mencapai minus dua derajat, bahkan bisa mencapai minus lima derajat. Masih menurut Alif, hamparan salju hanya terjadi di wilayah Desa Dieng Kulon. Desa ini merupakan lembah yang dikelilingi pegunungan bekas Gunung Dieng purba. Hamparan salju paling mencolok terlihat di sekitar Kawasan Gunung Arjuna. “Pemandangan inilah yang paling dinantikan oleh wisatawan lokal, yaitu saat candi-candi dikelilingi salju yang sebenarnya embun yang membeku,” katanya. ARIS ANDRIANTO